Yang Mulia Kepala Delegasi Konferensi Ekonomi Biru Tingkat Menteri IORA Kedua,

Yang Mulia Kepala Delegasi Para Mitra Dialog dan Organisasi Internasional,

Yang terhormat Sekretaris Jenderal IORA,

Menko Maritim,

Para Menteri Kabinet Kerja,

Para delegasi,

Hadirin yang kami hormati,

 

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi.

Pertama-tama, saya ucapkan selamat datang di Jakarta. Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk menjadi tuan rumah Konferensi Ekonomi Biru Tingkat Menteri IORA Kedua, setelah menjadi tuan rumah KTT IORA pada bulan Maret yang lalu.

Para pemimpin negara anggota IORA telah mengadopsi Jakarta Concord yang berfungsi sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kemitraan di IORA, dalam menciptakan wilayah yang damai, stabil, dan sejahtera di Pesisir Samudra India.

Kita juga telah menyaksikan diadopsinya Deklarasi Jakarta tentang Ekonomi Biru pada saat Konferensi Tingkat Menteri sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menerapkan pendekatan ekonomi biru untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir di wilayah Samudera Hindia.

Blue Economy (Ekonomi Biru) adalah pendekatan sistemik yang bertujuan untuk menumbuhkan pertumbuhan dengan menjunjung tinggi kelestarian lingkungan dan inklusi sosial. Secara khusus, penjabaran berbagai bidang yang belum berkembang seperti wisata bahari, keterlibatan sektor swasta di bidang infrastruktur, jaringan pelabuhan, penyertaan keuangan, dan ancaman sampah plastik di laut harus dieksplorasi lebih lanjut.

Implementasi Ekonomi Biru untuk mengkatalisis pertumbuhan ekonomi berbasis laut secara langsung berkaitan dengan ancaman, tantangan, dan peluang di Samudera Hindia, terutama kesejahteraan manusia dan penghidupan masyarakat pesisir, yaitu ketahanan pangan dan keamanan maritim.

Kami menyadari bahwa isu-isu yang berkaitan dengan laut dan aspek sosialnya terkait erat satu sama lain, saling terkait dan perlu dipertimbangkan secara komprehensif dan holistik.

Para delegasi yang terhormat,

Hadirin yang kami hormati,

Laut dan samudra adalah masa depan kita. Lebih dari tiga miliar orang di dunia bergantung pada keanekaragaman hayati laut dan pesisir sebagai sumber kehidupan mereka. Samudra menjadi sumber protein dunia terbesar; lebih dari tiga miliar orang di dunia bergantung pada laut sebagai sumber protein utama mereka. Samudera menjadi tempat kerja, secara langsung atau tidak langsung bagi lebih dari 200 juta penduduk dunia. Namun, 40% lautan kita dipengaruhi oleh aktivitas manusia termasuk pencemaran laut, penangkapan ikan secara berlebihan, dan hilangnya habitat pesisir.

Samudra Hindia memiliki sumber daya yang sangat luas yang perlu dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat kita. Total jumlah perdagangan intra negara-negara anggota IORA mencapai US$926 miliar. Total tangkapan ikan di Samudera Hindia sekitar 13 juta per tahun. Namun, jumlahnya hanya mewakili 13% dari total penangkapan ikan di dunia. Sementara itu, lebih dari 40% nelayan di dunia tinggal di wilayah ini.

Sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kita perlu menekankan bahwa Perikanan yang Dilarang, Tidak Dilaporkan dan Tidak Teratur (IUU Fishing) adalah bentuk kejahatan transnasional yang terorganisasi yang harus diperhatikan oleh masyarakat internasional. Dalam mencegah dan memberantas IUU Fishing, kami mendorong pembentukan dan penerapan instrumen hukum internasional/regional.

Sebagai negara yang terletak di Tepi Laut Hindia dan sebagai negara kepulauan yang disatukan oleh lautan, Indonesia berkomitmen untuk membangunkan semangat maritim kita. Sejalan dengan komitmen ini, pertama, kami akan mengelola sumber daya maritim kami secara berkelanjutan. Kedua, kami akan membangun dan mengembangkan infrastruktur maritim dan konektivitas kami. Ketiga, Indonesia akan mendorong diplomasi dan pertahanan maritim.

Oleh karena itu, visi maritim sangat penting dan sangat diperlukan bagi bangsa kami. Visi maritim ini diterjemahkan ke dalam visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, yaitu Indonesia sebagai negara mandiri, maju, dan kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian regional dan global.

Di tingkat nasional, Indonesia berkomitmen untuk menerapkan pendekatan ekonomi biru, yang bekerja dengan beberapa prinsip yaitu kreativitas, inovasi, serta pemanfaatan sumber daya dan bahan baku lokal dengan tujuan untuk mengurangi limbah dan mengelola sumber daya yang lebih baik di masa depan.

Indonesia juga berkomitmen untuk memerangi sampah plastik laut. Kami memiliki target untuk mengurangi sampah plastik ini hingga 70% sampai tahun 2025.

Ekonomi maritim kita di masa depan terletak pada ekonomi biru. Tantangan konsep Ekonomi Biru memang terletak pada sektor bisnis dan industri di tengah semua sumber daya yang lebih terbatas. Kita perlu merespon tantangan ini bersama-sama, terutama pemerintah dalam memfasilitasi sektor bisnis dan industri yang berkomitmen untuk menerapkan konsep ini di masa depan.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai komitmen sukarela baik dari negara anggota maupun mitra dialog, untuk berkontribusi pada penerapan komitmen dana ekonomi biru, yang merupakan tema inti dari Konferensi Tingkat Menteri ini.

Dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, saya secara resmi membuka Konferensi Ekonomi Biru Tingkat Menteri IORA Kedua.

Terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh