New York, 26 September 2015

Yang Mulia Mr. Xi Jinping,

Yang Mulia Mr. Ban Ki-moon,

Yang Mulia Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan,

Para delegasi yang terhormat,

Saya ingin memulai sambutan saya dengan berterima kasih kepada ketua kita, Yang Mulia Mr. Xi Jinping, dan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, atas inisiatif dan pelaksanaan pertemuan yang luar biasa ini.

Yang mulia para hadirin,

Pertemuan hari ini adalah tentang bagaimana menyuntikkan dinamisme baru dalam Kerjasama Selatan-Selatan untuk mengimplementasikan Agenda Pembangunan Pasca-2015.

Dalam perpektif Indonesia, sebagai mandat dari Konferensi Asia-Afrika, Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) merupakan wujud solidaritas di antara negara-negara berkembang.

Konferensi Bandung 1955 diselenggarakan sebagai respon atas tantangan saat itu, terutama tantangan kolonialisme, imperialisme, dan perbedaan pandangan tentang Perang Dingin.  Dengan membina solidaritas Asia-Afrika, kita yang masih lemah saat itu mampu berdiri tegak dan diperhitungkan di kancah dunia, antara lain dengan membentuk haluan independen Gerakan Non-Blok (GNB).

Konferensi Asia-Afrika 2015 yang diselenggarakan di Indonesia April lalu dilaksanakan untuk merayakan semangat “pasti bisa” dan juga untuk merevitalisasi Kemitraan Strategis Asia-Afrika, serta memajukan Kerjasama Selatan-Selatan dan Kerjasama Segitiga.

Agar relevan, Kerjasama Selatan-Selatan dapat merespon tantangan masa kini yang kita hadapi yang meliputi ketidakstabilan ekonomi dunia yang terus berlangsung, kesenjangan pembangunan antar negara dan dalam negara yang terus meningkat, kelangkaan energi dan makanan, serta ancaman radikalisme dan ekstremisme.

Kita harus memperkuat kerjasama ekonomi antar negara-negara anggota pada wilayah perdagangan dan investasi, serta pertukaran teknologi.  Dengan potensi yang kita miliki, Kerjasama Selatan-Selatan dapat menghasilkan manfaat sosial yang signifikan, yang mampu memberikan kesetaraan yang lebih baik pada anggotanya.

Kita juga harus saling belajar dan berbagi pengalaman satu sama lain dalam menangani konflik internal, serta ancaman radikalisme dan ekstremisme. Sejauh mungkin kita harus mencoba melakukan upaya terbaik untuk meredakan konflik secara damai.  Bagaimanapun juga, perdamaian dan pembangunan tidak dapat dipisahkan.

Melalui KSS, negara-negara belahan bumi selatan juga dapat meningkatkan kemampuan masing-masing dan saling mendukung di berbagai negosiasi internasional.

Yang Terhormat Ketua,

Yang mulia para hadirin,

KSS memiliki peran penting dalam mewujudkan agenda pembangunan baru tersebut karena fleksibilitasnya.

Terlebih lagi, kemampuan nasional negara-negara belahan selatan untuk melakukan pembelajaran bersama juga telah meningkat secara signifikan.

Misalnya, pada 1995, Pusat GNB untuk Kerjasama Teknis Selatan-Selatan didirikan di Indonesia untuk mengakselerasi pembangunan di negara-negara berkembang melalui berbagai kegiatan, termasuk pertukaran ahli, berbagi informasi dan fasilitas teknis, serta pelatihan dan magang.  Hingga saat ini, Indonesia telah melakukan sekitar 400 program pelatihan pengembangan kapasitas bagi lebih dari 4.000 peserta dari negara-negara di Asia, Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.

Sungguh kami melihat bahwa KSS terus memegang posisi kunci dalam merangkul berbagai pemangku kepentingan dari belahan bumi selatan untuk membentuk kemitraan global.

Kegiatan-kegiatan teknis, keuangan, dan pengembangan bersama dalam KSS oleh karenanya harus lebih lanjut memadukan berbagai upaya para pemangku kepentingan, termasuk kemitraan swasta-publik.

Sebagaimana yang mungkin telah Anda ketahui, pada Konferensi Asia-Afrika 2015, Indonesia berkomitmen untuk membangun Pusat Asia-Afrika dalam waktu dekat.

Pusat ini ditujukan sebagai dukungan institusional untuk menindaklanjuti Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru di berbagai wilayah interaksi, seperti G-to-G (pemerintah dengan pemerintah), B-to-B (bisnis dengan bisnis), dan P-to-P (masyarakat dengan masyarakat).

 

 

Yang mulia para hadirin,

 

Sidang Umum PBB ke-70 ditandai dengan “komitmen untuk bertindak”.

Terkait dengan hal ini, kita akan mempertimbangkan Kerjasama Selatan-Selatan sebagai kendaraan untuk memenuhi harapan pembangunan baru kita.

Bersama-sama, mari kita membuat Kerjasama Selatan-Selatan agar sesuai dengan Agenda Pembangunan Pasca-2015 dengan tetap memerhatikan prinsip-prinsip dasar sebagaimana diamanatkan oleh Konferensi Asia-Afrika 1955.

Terima kasih.