Ambon. Konflik yang terjadi di masa lalu diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga agar tidak terulang kembali dan untuk memotivasi membangun masyarakat Maluku yang lebih sejahtera dan berkeadilan di masa depan. “Bisa dibayangkan bagaimana situasi saat itu. Justru itu jangan dilupakan, tetapi diingat untuk menjadi pelajaran bahwa betapa pedihnya waktu itu,” demikian harapan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya di depan warga Maluku saat Musyawarah Besar (Mubes) Masyarakat Maluku Tahun 2015, Rabu 25 November 2015 di Islamic Center, Ambon.
Dalam pandangan Wapres, konflik yang terjadi tahun 1999 sebenarnya adalah masalah politik lokal, bukan soal agama. Belajar dari pengalaman konflik di berbagai daerah bahkan di dunia, agama itu selalu dikaitkan, karena hanya agama yang bisa menimbulkan solidaritas tinggi, dan membuat orang tidak netral. Sebaliknya Wapres menilai konflik selalu berawal dari adanya ketidakadilan dan kemiskinan. “Jangan ada lagi konflik berkedok agama terjadi di Tanah Banda” pesan Wapres.
Kemudian Wapres menceritakan perjuangannya, bagaimana berupaya menciptakan perdamaian di Ambon saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. “Kita semua merasakan bagaimana pedihnya waktu itu, bagaimana antar saudara bertikai tidak melihat lagi persaudaraan dan merusak seluruh infrastruktur.”
Setiap tiga hari sekali harus terbang ke Maluku untuk memantau perkembangan proses perdamaian. Pertama kali datang, menggunakan kendaraan darat, tiga hari berikutnya harus menggunakan speedboat karena jalan darat ditutup akibat meningkatnya eskalasi konflik di Maluku, “Saat pulang, speedboat-nya di bakar. Kemudaian saya datang lagi dengan helikopter,” kenang Wapres
Lebih jauh, Wapres memerintahkan kepada pemerintah daerah setempat, bersama tokoh adat dan masyarakat harus mampu bersatu untuk membangun kesejahteraan rakyat. “Pemerintah Maluku harus menyiapkan sumber daya manusia dengan baik, sehingga dapat bersaing dengan daerah lainnya,” tegas Wapres.
Selanjutnya pada Mubes yang bertemakan “Masa depan Maluku yang berkeadilan dan bermartabat untuk Indonesia” Wapres menyinggung sejarah Maluku yang mempunyai andil dalam memproklamirkan negara Indonesia. Di dunia, tambah Wapres, Maluku juga dikenal dengan daerah yang kaya akan rempah-rempah sehingga membuat bangsa-bangsa Eropa datang mencarinya. Namun demikian, itu adalah masa lalu yang hanya dapat dikenang, sehingga masyarakat Maluku hari ini harus mempersiapkan masa depannya sendiri dengan baik.
“Masa lalu itu milik pendahulu kita, milik kita adalah masa depan. Dan karena itulah, disamping kita menghormati dan mempelajari serta mengagungkan masa lalu, kita harus selalu berusaha keras mempersiapkan sumber daya manusia agar masa depan kita lebih baik dari masa lalu ” tandasnya
Pada bagian lain, Wapres mengungkapkan, Maluku merupakan lumbung ikan nasional, untuk itu pemerintah akan berupaya membangun infrastruktur untuk mendorong produktivitas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan di Maluku. “Kita mempersiapkan infrastuktur untuk itu, tapi pemerintah tidak pergi tangkap ikan, hanya mempersiapkan infrastrukturnya, listrik untuk storage harus disiapkan, kapal-kapal, pelabuhan harus dipersiapkan tapi yang menangkap ikan adalah nelayan di sini” jelas Wapres.
Wapres juga meminta agar Maluku harus menyiapkan nelayan yang tangguh, dengan dibekali pula pengetahuan dan keahlian yang memadai. Selanjutnya bila ditunjang dengan fasilitas yang memadai, Wapres berharap potensi perikanan yang berlimpah di Maluku dapat dikelola dengan baik dan pendapatan petani meningkat.
“Kalau bisa nelayan Maluku yang menangkap ikan di sini. Jangan kapal Thailand yang tangkap, begitupun kapal Vietnam dan kapal China. Karena ikan tidak punya kewarganegaraan, jadi setiap kapal yang dating, ikan pasti merapat. Kita juga tidak bisa menyalahkan itu semua,” ujar tutur Wapres.
Selain itu, Wapres juga menyampaikan, gas alam yang berada di blok Masela sesuai undang-undang yang berlaku, sebagiannya dimiliki oleh masyarakat di sini. Untuk itu, Wapres meminta kepada pemerintah Provinsi Maluku agar menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik sehingga ke depan dapat ikut mengelola gas tersebut untuk kesejahteraan masyarakat Maluku.
“Dari sekarang sudah harus dipersiapkan SDM dan orang yang akan bekerja, untuk itu harus dididik insinyur-insinyiur yang memahami tentang konstruksi,” pinta wapres.
Guna mengenang, sekaligus menyadarkan masyarakat agar peristiwa pahit yang pernah terjadi di masa lampau tidak terulang kembali, diakhir sambutannya wapres kembali membacakan puisi yang telah dia tulis sepuluh tahun lalu itu.
“Ambonku, Ambon kita semua”.
400 tahun lalu dunia mencarimu, dunia ingin hidup nyaman darimu, karena engkau adalah sumber keharuman. Pala, fuli dan cengkeh dambaan mereka. Karena itu dari jauh mereka datang padamu. Lima tahun engkau terkoyak, bangsa ini sangat tersayat dan dunia ikut tersentak karena deritamu derita bangsa juga, kesulitanmu kesulitan kita semua, ale rasa beta rasa.
Hari ini engkau bangun dengan senyum simpul, bangsa juga turut tersenyum. Kita semua lega dan berbesar hati. Kalau engkau senang kami bahagia. Ale senang, beta senang. Waktunya membangun negeri ini dengan semangat Pattimura yang perkasa itu.
Lupakan segala pedang dan batu itu. Berikan kembali pena dan buku kepada Jong Ambon. Petik kembali cengkeh dan pancing kembali ikan. Tabuh kembali tifa dan petik kembali gitar itu. Nyanyikan kembali ole iso sambil bertari lenso.
Dengan senyum bunyi tifa, dan nyanyianmu. Dunia akan lega, bangsa akan bangga karena sumber keharuman dan kehidupan akan bangkit kembali dari ufuk timur. Ambon, Ambon kita semua. (Karya Jusuf Kalla, 7 September 2004):
Turut hadir dalam acara itu, Menko Polkam, Luhut Binsar Panjaitan, Gubernur Maluku, Said Assegaf, seluruh bupati dan walikota se-Maluku, Kasetwapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto serta pejabat sipil maupun militer serta tokoh masyarakat Maluku.