Pekan Lingkungan dan Kehutanan

Pembukaan Pekan Lingkungan dan Kehutanan yang ke-19 tahun 2015

Jakarta. Di awal abad 21 ini, tiga hal yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah lingkungan, teknologi, dan hak asasi manusia. Lingkungan, bukan hanya tentang hutan tetapi lebih luas dari itu, dan ketiga hal ini berjalan beriringan apabila dikaitkan dengan lingkungan. Pernyataan tersebut disampaikan Wapres ketika membuka Pekan Lingkungan dan Kehutanan yang ke-19 tahun 2015 di Jakarta Convention Center, Kamis, 18 Juni 2015.

Lingkungan, kata Wapres, menjadi perhatian dunia setelah Rio Summit, dimana pada pertemuan tersebut dibahas perubahan iklim (climate change) baik semakin panas maupun semakin dingin, yang terjadi di seluruh dunia. Perubahan iklim tersebut disebabkan pengelolaan lingkungan yang tidak diikuti dengan norma-norma lingkungan yang baik. Dibanding dengan negara-negara lain, lanjut Wapres, Indonesia masih sangat beruntung, karena masih memiliki lahan yang hijau, tidak seperti di Eropa ataupun Timur Tengah.

Wapres mengisahkan, dahulu tahun 1970-an, pengusaha-pengusaha besar berlomba-lomba menebang pohon (logging). Produksi sawah diperluas juga dengan membabat hutan. Bahkan, untuk menyaingi gaya hidup Belanda, kentang ditanam di bukit-bukit. Karena tidak mengikuti norma-norma lingkungan yang baik, maka yang terjadi adalah tandus dan banjir, serta kehancuran lingkungan. “Inilah yang terjadi akibat kehidupan tidak menyesuaikan lingkungan,” ucap Wapres.

Padahal, lanjut Wapres, hutan berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem, yang akan mencegah kekeringan sekaligus kebanjiran. Ketika masyarakat kelebihan air, akan diserap, dan ketika kekurangan air, akan diberikan. Wapres mengimbau, walaupun banyak hutan yang telah hilang di Indonesia, masyarakat tetap harus menjaga hutan-hutan yang ada. “Di samping moratorium penggunaan lahan, pemerintah tetap harus menjaga hutan-hutan yang kritis,” ujar Wapres.

Namun, kata Wapres, hilangnya hutan-hutan di Indonesia disebabkan juga oleh pengusaha-pengusaha luar negeri yang mengambil kayu-kayu di sini. “Untuk itu, masalah lingkungan, bukan hanya menjadi tanggung jawab Indonesia, tetapi juga tanggung jawab bersama [dunia],” tegas Wapres.

Kini, masalah lingkungn, sudah menjadi tren. Setiap kegiatan selalu dikaitkan dengan skema eco atau green. Misalnya eco-produsen, green car, green infrastructure. “Itu baru bisa laku,” ujar Wapres.

Lingkungan, lanjut Wapres, juga menyangkut energi. Misalnya, segala macam tanah digali untuk mencari batubara. Namun, sumber batubara menyebabkan lingkungan menjadi sangat kotor apabila tidak diproses dengan benar. “Karena itu, teknologi merubahnya. Energi dapat dihasilkan tidak harus dari dalam bumi, tetapi juga dari luar, seperti matahari, angin, dan geothermal,” ungkap Wapres.

Masalah lingkungan, kata Wapres, juga disebabkan bukan hanya produksinya tetapi konsumsinya. Wapres mencontohkan, tekonologi komputer dikembangkan untuk mengurangi produksi kertas. Namun yang terjadi saat ini, komputer dan kertas dua-duanya tetap digunakan.

Begitupun dengan makanan. Di dunia ini, 25 persen makanan adalah makanan yang tidak dimakan, maka banyak negara-negara yang melakukan impor beras. Padahal, kata Wapres, kalau konsumsi dilakukan baik-baik maka tidak akan ada makanan yang dibuang. Menurut Wapres, kalau semua orang makan dengan pedoman cara Islam atau cara restoran Padang, dunia tdk akan kelaparan. “Di restoran Padang, yang dibayar yang dimakan, sisanya dijual lagi,” kata Wapres.

Penggunaan Batik, lanjut Wapres, juga dilakukan untuk menghemat konsumsi. Dahulu pejabat menggunakan jas, oleh karena itu ruangan harus selalu dingin. Namun, kalau memakai batik, AC dalam ruangan hanya 25 derajat. Hemat mencuci dan hemat air. “Lagipula, batik kan bisa dipakai 3 hari!” gurau Wapres disambut tawa hadirin.

Kedepan Wapres berharap acara-acara seperti pembukaan pekan lingkungan dan kehutaan ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga dilaksanakan untuk selanjutnya diawasi. “Hal ini harus dimulai dari pengetahuan atau memahami lingkungan,” ungkap Wapres.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyampaikan, kampanye publik tentang lingkungan sangat penting, dan masalah pengetahuan menjadi utama. “Dengan mengetahui, akan memahami, dan akan muncul niat atau semangat di sana,” ujar Siti.

Siti juga melaporkan acara ini merupakan acara perayaan Lingkungan Hidup sedunia yang ke-53 dan mengambil tema Mimpi dan Aksi bersama untuk keberlanjutan kehidupan di bumi. Rangkaian acara telah dimulai sejak tanggal 5 Juni 2015 di Istana Bogor dan bertujuan menyerap partisipasi publik dan keterlibatan masyarakat yg lebih luas. Rangkaian acara ini termasuk seminar, workshop, talkshow, kompetisi insinyur cilik, dan green music festival. (Siti Khodijah)

****