Jakarta, wapresri.go.id – Sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tujuan dari lembaga ini dibentuk adalah untuk mengembangkan penelitian dan pengkajian penerapan inovasi yang terintegrasi. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus memaksimalkan kinerja BRIN dalam menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

“Saya berharap [hasil pertemuan] ini nanti bermanfaat bagi lembaga peneliti agar mampu bekerja sama di dalam riset dan inovasi untuk mendukung program kemajuan iptek di Indonesia melalui kolaborasi sarana dan prasarana pemanfaatan keanekaragaman hayati,” tutur Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat menerima audiensi Masyarakat Pemajuan Iptek dan Inovasi Nasional secara virtual di Jakarta, Kamis (17/03/2022).

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, dileburnya seluruh badan riset menjadi satu lembaga terpadu, yaitu BRIN, merupakan solusi atas berbagai masalah dalam dunia riset dan inovasi di Indonesia akibat selama ini sistem penelitian yang terpisah-pisah di sejumlah kementerian atau lembaga. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan kembali terhadap kerangka besar penelitian di Indonesia.

“Kita coba memetakan kembali supaya tidak terjadi apa yang disinyalir justru menimbulkan kemunduran dan disintegrasi tenaga riset, karena tujuan utamanya untuk menghindari disintegrasi yang mengarah pada minimnya persaingan sehingga pada akhirnya output penelitian hanya bersifat selingkungan atau spesifik pada kementerian atau lembaga yang menaungi unit riset tersebut,” jelas Wapres.

Wapres pun menegaskan bahwa ketidakpaduan sejumlah lembaga riset akan memberikan dampak negatif bagi perkembangan inovasi di Indonesia, karena minim kontribusi dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan kualitas kinerja.

“Output penelitian hanya bersifat selingkungan atau spesifik pada kementerian atau lembaga yang menaungi unit riset tersebut, padahal yang kita butuhkan terobosan untuk meningkatkan kualitas kinerja pemerintah secara keseluruhan di berbagai aspek,” ucap Wapres.

Sebelumnya, Eks Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio menyampaikan beberapa masukan terhadap kemajuan pengembangan inovasi, khususnya pengembangan Vaksin Merah-Putih yang saat ini masih dilakukan.

“Pertama kami diberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas kami, kemudian penggunaan peralatan-peralatan yang saat ini sudah ada dapat dipertahankan, serta kami diperkenankan untuk melakukan kerja sama baik dengan institusi dalam negeri maupun luar negeri, karena keberhasilan tugas-tugas kami tidak lepas dari pengembangan jaringan di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.

Sementara, Staf Khusus Wakil Presiden Mohammad Nasir menyampaikan, beberapa kendala yang ditemui peneliti dalam berbagai penelitian dan inovasi di Indonesia, dapat dicari solusinya’, di antaranya melakukan konsolidasi dengan berbagai pihak terkait agar dapat menaungi para peneliti untuk berkontribusi dalam kemajuan bangsa.

“Duduk bareng antara BRIN, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan. Riset dan Teknologi serta para peneliti yang punya pengalaman lama untuk membuat suatu roadmap riset yang ada di Indonesia sesuai bidang keahliannya masing-masing, seperti ada di LAPAN ahli dalam rekayasa bidang antariksa, di BATAN ahli rekayasa di bidang ketenaganukliran, bila dapat dintegrasikan dengan baik, ini akan menjadi produktifitas inovasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik,” urainya.

Hadir secara virtual dalam audiensi ini manta peneliti LIPi Maxensius Tri Sambodo, mantan Kepala LIPI Prof. Lukman Hakim, dan Purna Tugas LIPI Prof. Jan Sopaheluwakan.

Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, Mohamad Nasir dan Bambang Widianto, serta Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Lukman Hakim Siregar. (SM/SK-BPMI, Setwapres)