Malang. “Malang Message” yang merupakan hasil rumusan Konferensi Cendekiawan Muslim, Ulama, dan Sufi Se-Dunia ke-IV di Malang diharapkan dapat menjadi pesan bagi perdamaian dunia, sehingga mampu menghentikan terorisme, radikalisme dan konflik yang melanda negara-negara Islam.
“Menjadi harapan besar untuk menyebarkan Islam moderat, Islam Rahmatan Lil Alamin,” demikian disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menutup 4th International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang pada 25 November 2015.
“Malang Message” dibacakan oleh delegasi asal Belgia Michel Privot, merupakan manifestasi dari ajaran Islam, antara lain mendorong kontribusi yang signifikan dari umat Islam untuk melakukan kontekstualisasi ajaran Islam yang memungkinkan agama sebagai sumber inspirasi untuk mengatasi masalah-masalah dunia modern secara bersama-sama.
Menegaskan kembali keyakinan Islam rahmat bagi alam semesta untuk menjadi gaya hidup dan pedoman umum dalam mengatasi tantangan multi dimensi kemanusiaan dan meningkatkan kesadaran umat tentang pentingnya hidup moderasi, toleransi dan keseimbangan sebagai pondasi Islam moderat.
Dalam sambutannya, Wapres menekankan pentingnya pemimpin yang demokratis dan adil menjadi faktor utama implementasi ajaran Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamiin, sehingga diharapkan mampu mengikis munculnya kekerasan, radikalisme dan terorisme.
“Kepemimpinan yang terjadi di banyak negara Islam, yang tidak memperlakukan masyarakat dengan adil. Sikap otoriter dan tentu perilaku yang menyebabkan kehancuran negara itu sendiri,” tutur Wapres.
Namun demikian, Wapres juga tak menampik adanya faktor eksternal dari negara-negara kuat yang mengintervensi bahkan menyerang negara Islam, sehingga menyebabkan hijrahnya jutaan umat muslim ke negara-negara lain untuk mendapatkan perlindungan.
“Kita sedih ketika memperingati hijriyah, pada saat kita mendalami hijrahnya Rasulullah, pada saat yang sama kita lihat tiap hari di media TV hijrahnya umat Islam dari negaranya yang indah,” jelas Wapres
Wapres menyambut baik “Malang Message” dan mendorong kaum Ulama untuk menjalankan kesepakatan di dalamnya bagi penguatan dan kemakmuran rakyat.
Juga berharap adanya peningkatan pendidikan yang terintegratif dan transformatif, serta pendekatan kepada kaum muda untuk menyuarakan nilai-nilai Islam yang penuh kedamaian, sebagai Rahmatan Lil ‘Alamiin ke seluruh dunia.
“Berkumpul disini tidak hanya membacakan deklarasi, namun melaksanakan deklarasi itu,” pesan Wapres.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal ICIS K.H. Hasyim Muzadi mengatakan ICIS didirikan pada tahun 2002 masa pemerintahan Presiden Megawati, yang bertugas untuk memadamkan berbagai konflik dalam negeri. Sedangkan di luar negeri ICIS menjadi second track diplomacy untuk menyuarakan perdamaian dunia.
“Kombinasi keduanya diharapkan dapat memperkuat diplomasi Indonesia kepada dunia internasional. Dan membawa Pancasila sebagai alternatif ideologi bagi negara yang plural,” ucap Hasyim Muzadi.
ICIS ke-4 diselenggarakan pada tanggal 23-25 November 2015, atas kerjasama International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdhiyyah (JATMAN) dan Kementerian Luar Negeri.
Konferensi tersebut telah menghadirkan sejumlah tokoh penting seperti Tun Dato Sri Haji Abdullah bin Haji Ahmad Badawi, Perdana Menteri Malaysia (1999 – 2003); Pehin Dato Dr. Haji Badaruddin bin Dato Haji Othman, Menteri Agama Brunei Darussalam; dan Dr. N. Hassan Wirajuda, Menlu RI periode 2001-2009.
Lalu diikuti oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama dari seluruh Indonesia, para akademisi dan para Duta Besar negara sahabat. Konferensi ICIS sebelumnya telah dilaksanakan tiga kali pada tahun 2004, 2006 dan 2008. (Taufik Abdullah)