Jakarta, wapresri.go.id – Setiap bangsa memiliki pola dan rencana untuk memajukan bangsanya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Untuk mencapai kemajuan itu diperlukan adanya perubahan yang didasari atas ilmu dan pengetahuan.
Hal ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka Seminar Revolusi Mental Program Penguatan Kapasitas Pemimpin Indonesia di Birawa Assembly, Hotel Bidakara Jakarta pada Kamis, pagi (7/6).
“Sebagai bangsa, Indonesia pun mempunyai pola dan perencanaan bagaimana memajukan bangsa ini. Tentu juga dunia sangat mempengaruhi, kita banyak berbicara tentang globalisasi, kita berbicara banyak tentang perubahan-perubahan yang terjadi, karena itulah setiap perubahan mesti ada kepemimpinannya, ada caranya, dan tentunya juga ada ilmu dan pengetahuan dalam mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut Wapres mengharapkan pertemuan pagi ini, bukan hanya mendengarkan saja, namun agar dimanfaatkan untuk mendiskusikan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Banyak ide-ide yang dapat kita pelajari,” ucapnya.
Selain itu, Wapres mengingatkan bahwa dua bulan yang lalu Presiden telah meluncurkan tentang pola atau roadmap dari Revolusi Industri 4.0. Seiring dengan hal itu, Wapres meminta agar perubahan-perubahan itu menjadi patokan di beberapa dunia industri, namun agar disesuaikan dengan kondisi Indonesia yang mempunyai ekonomi beragam dan industri perubahan.
Tetapi di lain pihak, lanjut Wapres, Indonesia juga masih mempunyai kemajuan di bidang pertanian yang selalu tetap menjadi kebutuhan dasar bangsa ini.
“Mungkin juga antara kemajuan industri dan kebutuhan dasar tetap menjadi bagian daripada ekonomi kita ini,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres menyerukan kepada para menteri dan jajarannya selain memahami perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa datang, juga dapat mendiskusikannya untuk mencari solusi menghadapi perubahan-perubahan tersebut.
“Karena itu lah maka diskusi ini atau pertemuan ini yang dipelopori oleh Kemenko Maritim, Lemhanas, Diknas, Dikti, dan juga yayasan United in Diversity tentu akan membuka pikiran-pikiran kita bagaimana menjalankan hal-hal yang sebaiknya,” ungkap Wapres.
Di forum itu, Wapres juga mencontohkan banyak negara-negara yang menjalankan perubahan-perubahan seperti, China yang saat ini mempergunakan teknologi yang lebih tinggi, Singapore yang dulu hanya menjadi tempat pembelajaran, sekarang menjadi tempat mengembangkan riset untuk mencapai sistem nasional yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dewasa ini. Semua itu karena adanya perubahan sikap dan penguasaan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsanya.
“Karena ini sebuah revolusi ingin sebuah perubahan, tetapi perubahan yang pertama adalah perubahan sikap dan pengetahuan bangsa ini,” serunya.
Menutup sambutannya, Wapres menggarisbawahi pentingnya menggabungkan dua hal itu, yaitu merubah sikap, pengetahuan, dan cara bertindak, sekaligus juga mengimplementasikan teknologi digital atau teknologi yang lebih maju lagi yang lebih relevan untuk kemajuan industri.
“Sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah,” pesannya dihadapan para pemimpin institusi pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta dan industri, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, kalangan akademisi dan mahasiswa dengan jumlah kurang lebih sebanyak 700 orang dari seluruh Indonesia.
Tampak hadir di seminar ini yaitu Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Menristek Dikti M. Nasir, MenPAN-RB Asman Abnur, Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Menkominfo Rudiantara, Menkumham Yasonna Lauly dan sejumlah pejabat lainnya.
Sementara Wapres pada acara ini di dampingi oleh Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wapres Sofyan Wanandi. (AS/RN, KIP Setwapres).