Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla memimpin rapat rencana bantuan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar, di Istana Wakil Presiden, Merdeka Selatan, Jumat (17/3/2017).

Hadir dalam rapat, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) M. Fachir, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Salman Al Farisi, Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Dr. Sarbini,  Ketua Bidang Pelayanan Kesehatan, Sosial dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI) Dr. Farid Husain, dan Ketua Pelaksana Komite Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) M. Ali Yusuf.

Mengawali laporannya, Wamenlu Fachir menyampaikan bahwa program ini merupakan murni bantuan yang bersifat kemanusiaan, sehingga persepsi yang harus dibangun sejak awal adalah persepsi kemanusiaan.

“Yang harus jadi persepsi kita sekarang ini adalah jangan kita masuk dari unsur agama, tetapi dari unsur kemanusiaan, dan melibatkan seluruh masyarakat di sana, dan meng-empower mereka,” jelas Fachir.

Selanjutnya ia menyampaikan ada tiga proyek bantuan Indonesia di negara bagian Rakhine, Myanmar, yakni dua sekolah di Sitwe dan Maung Daw, dan Rumah Sakit di Mrauk. Pembangunan Rumah Sakit akan diupayakan sebelum bulan April 2017 yang memasuki musim libur panjang.

“Ada rencana, akan launching tanggal 24 ini di Kementerian Luar Negeri. Jadi ‘kan istilahnya kalau Bapak memberikan restu, kita  akan segera launching,” ujarnya.

Melanjutkan laporan Wamenlu, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Salman Al Farisi menyampaikan bahwa tim dari MER-C dan PMI telah memaparkan desain rumah sakit kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Disamping itu, Kemenlu juga telah mengkomunikasikan desain RS tersebut yang telah siap, sekaligus menyampaikan kesiapan Indonesia untuk segera melakukan proses pembangunan kepada pihak Myanmar.

“Jadi mudah-mudahan dalam waktu dekat semuanya dapat dilaksanakan. Sehingga pada akhir bulan Maret direncanakan akan ada delegasi dari Indonesia yang akan ke Myanmar untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan pembangunan, baik itu penunjukan kontraktor maupun melihat site kembali untuk memastikan segala sesuatunya berjalan baik. Dengan dana yang ada saya kira kita bisa melaksanakan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita akan mendapatkan respon dari pihak Myanmar,“ papar Salman.

Tidak hanya pembangunan RS, Salman mengatakan, bantuan kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar juga akan disampaikan dalam bentuk community development, sehingga ada sinergi antara program pemerintah dengan program yang telah dibuat oleh MER-C, PMI dan AKIM.

“Selain pembangunan RS kita sinergikan juga dengan program yang akan dilaksanakan oleh teman-teman Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar. Ini akan melibatkan beberapa bidang yaitu kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Sehingga ini nanti akan bersinergi dengan apa yang dibangun oleh MER-C, PMI dan Aliansi. Saat ini sudah ada 2 juta dolar  (AS) yang disiapkan. 1 juta dolar sudah siap untuk melaksanakan program untuk tahun ini. Ini program 2 tahunan, salah satu yang akan kita bangun adalah pasar perdamaian seperti yang pernah kita kembangkan di Ambon. Sehingga kita punya tiga venue yaitu sekolah, RS, dan nantinya pasar,” tambah Salman.

Dalam arahannya, Wapres mengapresiasi dan mendukung program bantuan kemanusiaan ini dan berharap pembangunannya segera dilaksanakan, karena semuanya dinilai sudah siap. Menurutnya, bantuan ini merupakan tindak lanjut komitmen yang disampaikannya pada saat KTT ASEM di Ulaan Baatar, Mongolia.

“Hari ini kita ingin merampungkan  atau mensegerakan rencana untuk pembangunan Rumah Sakit di Myanmar dan tentunya sudah boleh dibilang tinggal jalan, karena perencanaan dan sponsirshipnya menurut saya sudah siap,” imbau Wapres.

Terkait rancangan rumah sakit, Wapres berpesan ada ciri khas yang menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut dibangun oleh Indonesia. Disamping itu, dipikirkan juga kelanjutan dari pembangunan rumah sakit ini.

“Ya gambar (rumah sakit)-nya sudah bagus, tetapi siapkan kalau nanti mau diperluas bagaimana. Jadi, ini akan jadi rumah sakit tumbuh. Bagaimana kalau nanti dia mau tambahkan jadi 50 bed. Jadi kita ada listnya, setelah ini begini,” kata Wapres mengarahkan.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Wapres menginstruksikan untuk membuat tim gabungan yang terdiri dari Kemenlu, MER-C, PMI dan AKIM untuk penjajagan teknis di Myanmar.

“Hal ini menjadi cikal bakal dari pembentukan single agency Kerjasama Selatan-Selatan,” imbuhnya.

Ditemui awak media usai rapat, Wamenlu Fachir menuturkan, pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan kemanusiaan untuk Myanmar adalah pendekatan inklusif dan komprehensif.

“Inklusif artinya semua harus dilibatkan. Baik dari kita sendiri, tidak hanya pemerintah tetapi juga adalah teman-teman yang bergerak dibidang kemanusiaan. Sementara yang di sana inklusif itu masyarakat Myanmar terutama yang ada di Rakhine,” jelasnya.

Lebih jauh Fachir menegaskan bahwa program kemanusiaan ini diperuntukkan bagi semua masyarakat Myanmar tanpa membeda-bedakan agama.

”Kita akan membuat Rumah Sakit. Jadi pendekatan kita adalah masyarakat yang ada disitu.  Lokasi untuk RS juga di situ ada sekitar ada 2000 yang akan kita layani baik dari muslim maupun dari Buddhist. Intinya adalah itu, inklusif seperti itu,” pungkasnya.

Hadir mendampingi Wapres Jusuf Kalla Kepala Setwapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi. (KIP, Setwapres)