ISES 2015

Pembukaan International Student Energy Summit ke-4 Tahun 2015

Nusa Dua
. Energi bermula dari tenaga yang dihasilkan air, hewan dan manusia. Tapi, setelah terjadi revolusi industri, mulailah ditemukan energi baru seperti batubara, minya bumi, nuklir, dan sumber lainnya. Setelah kenaikan harga minyak bumi dari USD 2 per barrel menjadi USD 20 per barrel saat terjadi “oil shock” tahun 1970-an dan juga KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992, mulailah dipikirkan sumber energi lainnya, yang memenuhi kriteria murah dan ramah lingkungan.

Oleh karena itulah, selama sepuluh tahun terakhir ini kita memikirkan bagaimana caranya melakukan efisiensi dalam penggunaan energi. “Ini solusi yang harus dicari anak muda di seminar ini,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberi sambutan pada pembukaan International Student Energy Summit (ISES) ke-4 Tahun 2015 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu 10 Juni 2015.

Lebih jauh Wapres menambahkan bahwa kita harus membicarakan dampak dan tujuan pemanfaatan energi. Bahkan, kita harus kembali lagi menggunakan energi yang ramah lingkungan dan terbarukan, sehingga memaksa kita untuk kembali memanfaatkan energi yang bersifat alami, seperti tenaga angin, matahari, tenaga air dan geothermal. “Ini penting bagi generasi kalian, karena energi terbarukan dapat menyelamatkan planet bumi ini. Kita menyelamatkan masa depan,” tegas Wapres.

Berbicara di hadapan 660 mahasiswa yang berasal dari 100 negara, Wapres menjelaskan bahwa banyak negara yang telah berhasil menggunakan energi alam yang ramah lingkungan, dan merupakan energ terbarukan. Di dunia ini, kata Wapres, ada miliaran penduduk di yang bermukim, dan tidak mudah menemukan energi alam yang ramah lingkungan. Itulah alasan anda datang kemari, bicarakan ini semua dan memecahkannya untuk negara anda,” ucap Wapres.

Beberapa negara yang sukses mengembangkan energi alam yang ramah lingkungan adalah Selandia Baru dengan geothermal, dan Norwegia dengan tenaga air. Indonesia, kata Wapres, baru menggunakan energi terbarukan sebanyak 12 persen dari energi secara keseluruhan. “Kita harus memikirkan masa depan kita semua,” ujar Wapres.

Sumber energi yang banyak digunakan di Indonesia, seperti juga di Tiongkok yaitu batubara, karena murah,tapi juga mengotori lingkungan dibandingkan energi lainnya. “Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan tenaga air dan geothermal, tapi masalahnya adalah tingginya nilai invesetasi,” kata Wapres.

Memang semua orang membutuhkan energy, tapi tidak semua negara berhasil mengatasi perosalan ini. Energi, kata Wapres, harus dapat membuat kehidupan yang lebih baik dengan menghasilkan lingkungan yang baik.

Wapres mengatakan bahwa para mahasiswa yang hadir di Nusa Dua ini, mungkin dalam 2-3 tahun mendatang telah menjadi seorang peneliti, pengusaha maupun praktisi di bidang energi. “Anda semua dapat berdiskusi dengan teman-teman dari berbagai negara dengan situasi yang berbeda,” ucap Wapres.

Sebagai contoh, lanjut Wapres, penduduk di Indonesia belum semuanya terhubungkan dengan energy. Di Amerika Serikat, mungkin sudah 100 persen terhubungkan. “Hal ini sebenarnya menjadi tantangan dan merupakan potensi investasi di bidang pembangkit listrik,” kata Wapres.

Wapres mengingatkan bahwa kita harus bersama-sama menjaga lingkungan kita. “Lebih baik, lebih murah dan lebih cepat adalah kunci untuk energi di masa depan,” ucap Wapres.

Tampak hadir mendampingi Wapres, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, Rektor ITB Kadarsah Suryadi, Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Direktur Eksekutif Student Energy Kali Taylor dan Ketua Panitia ISES 2015 Hilman Syahri Fathoni. Hadir pula pada acara ini, Managing Director dan Chief Operating Officer World Bank Sri Mulyani.

****