Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Duta Besar (Dubes) Republik Perancis, Jean-Charles Berthonnet, di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Selasa (17/1/2017). Kedatangan Dubes Berthonnet beserta delegasi merupakan kunjungan kehormatan kepada Wapres sebagai Dubes baru Republik Perancis untuk Indonesia menggantikan Corinne Breuzé.

Dalam kunjungannya, Berthonnet menyampaikan ucapan terima kasih atas kesedian  Wapres menerimanya setelah minggu lalu menyerahkan Surat Kredensial kepada Presiden RI.

Selain itu, ia juga menyampaikan rencana kunjungan Menlu Perancis, Jean-Marc Ayrault ke Indonesia tanggal 28 Februari 2017 dan kunjungan farewell Presiden Perancis Francois Hollande ke Indonesia serta beberapa negara lain di Asia tenggara pada akhir Maret 2017.

Menurut Berthonnet, Presiden Perancis akan didampingi oleh rombongan pebisnis Perancis dalam lawatannya ke Indonesia.

“Perancis akan memperkuat kerjasama bilateral. Kunjungan tersebut diharapkan akan berkontribusi besar pada hubungan Indonesia-Perancis secara umum, khususnya dalam kerjasama ekonomi,” jelas Berthonnet.

Beberapa proyek dibidang ekonomi akan menjadi topik pembahasan dalam kunjungan Presiden Hollande, diantaranya proyek energi terbarukan, transportasi, peralatan senjata, dan peningkatan jumlah pelajar Indonesia untuk belajar ke Perancis.

Wapres menyampaikan ucapan selamat datang dan selamat bertugas pada Dubes Berthonnet, dimana Indonesia merupakan misi keduanya menjadi Dubes Republik Perancis setelah sebelumnya bertugas di Kazakhstan.

Wapres pun mengapresiasi hubungan baik yang selama ini dimiliki antara Indonesia dan Perancis.

“Kunjungan Menlu dan Presiden Hollande tentunya akan lebih memperkuat hubungan yang selama ini terbilang baik antara Indonesia dan Perancis,” tutur Wapres.

Dalam pertemuan tersebut, Berthonnet juga menyampaikan bahwa salah satu tugasnya adalah untuk memperkuat kerjasama bilateral antar kedua negara khususnya bidang ekonomi seperti kerjasama dalam pengembangan energi terbarukan (solar energy dan marine energy) sebagaimana yang telah dilakukan Perancis setelah meratifikasi Paris Agreement.

Selain itu, ia juga membahas soal pembatalan pajak minyak kelapa sawit yang sempat dimunculkan pada draft RUU Biodiversity Perancis 2016 lalu. Indonesia menganggap RUU yang diadopsi oleh Majelis Tinggi Legislatif Perancis melanggar prinsip-prinsip World Trade Organization.

Hal lain yang disampaikan Berthonnet adalah kesulitan untuk memperoleh Keputusan Pengakuan (Rekognisi) bagi Food Product of Plant Origin (FPPO) yang berasal dari Perancis. Padahal, Perancis telah menjalani proses rekognisi semenjak awal tahun 2016 dan Badan Karantina Kementerian Pertanian Indonesia juga telah melaksanakan inspeksi ke Perancis pada Desember 2015.

Tak kalah pentingnya, ia juga menyinggung bahwa di bidang transportasi, Indonesia telah menjadi mitra perusahaan AIRBUS yang cukup lama.

“Kami cukup aktif di Indonesia, tidak hanya menjual pesawat tapi juga memproduksi dan menggunakan konten lokal pada beberapa onderdil di pesawat tersebut sebagai prioritas yang diinginkan oleh Indonesia,” ujar Berthonnet.

Untuk itu, ia menawarkan kembali kepada Indonesia pesawat ATR yang selama ini sangat popular digunakan maskapai lokal untuk menyambung transportasi jarak pendek antar kepulauan di Indonesia.

Dalam hal ini, Wapres menyambut baik usulan tersebut dan mengharapkan kesinambungan kerjasama antara kedua negara dalam bidang onderdil pesawat terbang maupun keberlangsungan terhadap pemilihan jenis transportasi udara oleh maskapai lokal.

Terkait kerjasama energi, Wapres menyampaikan Indonesia dan Perancis sudah saling bekerjasama sejak lama.

“Kita sudah memiliki bukti kerjasama yang cukup lama dalam bidang pengembangan energi dengan Perancis. Pembangunan Waduk Jatiluhur adalah salah satu contohnya,” kata Wapres.

Wapres menambahkan, Indonesia saat ini sedang menggalakkan program-program baru untuk menggunakan energi terbarukan yang bersumber dari angin dan matahari (solar energy) demi mendukung program dunia tentang perubahan iklim dan efisiensi penggunaan energi.

Terkait kerjasama pendidikan, Wapres mengapresiasi pihak Perancis yang telah memberikan kesempatan WNI untuk belajar disana. Bahkan ia pun pernah belajar di Fontainebleau.

Diversitas yang dimiliki Perancis, menarik perhatian Wapres. Sebagaimana diketahui, beberapa negara bekas jajahan Perancis seperti Maroko dan Aljazair didominasi oleh umat Muslim. Sehingga Wapres beranggapan bahwa Islam bukanlah hal yang asing lagi di negara tersebut.

Terkait hal tersebut, Wapres menyampaikan, saat ini Indonesia sedang membangun sekolah Islam berskala Internasional.

“Mungkin kita bisa bekerjasama di bidang ini sebagai bentuk alih informasi tentang Islam yang dianut Indonesia, sedikit berbeda dengan di Timur Tengah mungkin. Sebagaimana anda ketahui, bahwa Islam di Indonesia lebih moderat dan lebih plular. Kami dapat mengajarkan bagaimana Islam itu sangat toleran,” tegas Wapres.

Sebelum mengakhir pertemuan, Wapres meminta dukungan Perancis terhadap usulan Indonesia dalam pengajuan Keanggotaan non-permanen Indonesia pada DK PBB periode 2019-2020 dan Kandidasi Professor Bambang Brodjonegoro sebagai Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD) periode 2017-2021, yang pemilihannya akan dilakukan pada 40th Session of Governing Council of IFAD, tanggal 14-15 Februari 2017.

Dubes Berthonnet merespon positif terhadap usulan ini dan akan menindaklanjutinya pada kunjungan Menlu dan Presiden Republik Perancis yang akan datang.

Hadir bersama Dubes Berthonnet Konselor Pertama Charles-Henri Brosseau, Konselor Ekonomi Pascal Furth, dan Sekretaris Pertama Eric Chevreul. Sementara Wapres Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar. (KIP, Setwapres)