Kantor Wakil Presiden. Saat ini sektor energi menjadi salah satu prioritas program pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal ini menarik perhatian dunia internasional, tak terkecuali Selandia Baru. Negara ini sagat percaya diri dengan sumber energi yang dimiliki sehingga berkemampuan dalam hal Manajemen Resiko Bencana (Disaster Risk Management). “Kami memiliki energi tebarukan terbaik di dunia,” kata Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Trevor Matheson ketika bertemu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden Merdeka Utara, Selasa, 14 April 2015.
Matheson yang baru diterima kredensialnya oleh Presiden Joko Widodo pada 19 Maret 2015 menambahkan, di tahun 2025 Selandia Baru akan menjadi negara dengan predikat “zero carbon”. Matheson memastikan bahwa Indonesia juga dapat mencapai target tersebut. Untuk itu, ia telah mengundang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk hadir ke dalam seminar terkait energi yang akan diselenggarakan pada September 2015. Ia berharap, Presiden Indonesia juga turut menghadiri seminar ini.
Sebagai negara yang dekat dengan Australia, Matheson menyayangkan bahwa Selandia Baru belum menjadi perhatian bagi orang-orang Indonesia laiknya Australia. Dalam hal penerbangan misalnya, tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Selandia Baru. “Untuk itu kami akan berusaha membangun rute penerbangan langsung dari dan menuju masing-masing negara untuk meningkatkan pariwisata,” ungkap Matheson.
Di bidang pendidikan juga tak jauh beda. Matheson menjelaskan hanya ada 800 siswa Indonesia yang sedang belajar di Selandia Baru karena orang Indonesia lebih memilih belajar di Australia. Menurutnya, hal itu disebabkan masyarakat Indonesia masih menganggap lokasi Selandia Baru lebih jauh dari Australia, padahal hanya 2 – 3 jam penerbangan dari negeri Kangguru tersebut. Untuk itu ke depan Matheson berharap akan ada perpindahan tujuan belajar mahasiswa Indonesia, dari Australia ke Selandia Baru.
Masih di sektor wisata, lanjut Matheson, pemerintah Selandia Baru berencana akan mengembangkan Pantai Losari yang berlokasi di Makassar seperti Marina Bay yang ada di Singapura. Pembangunan di Makassar ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, ungkap Matheson, bandara yang dibangun pertama kali di Makassar sekitar 25 tahun lalu adalah hasil kerjasama dengan pemerintah Selandia Baru.
Di sektor perdagangan, kata Matheson, Selandia Baru banyak mengekspor produk-produk susu, seperti susu, coklat, yoghurt dan sebagainya. Saat ini perdagangan antara Indonesia dan Selandia Baru, jumlah ekspor Selandia Baru baru mencapai NZD 1,7 milyar, dan akan ditingkatkan sampai NZD 4 milyar. Matheson menjelaskan saat ini produk-produk Indonesia juga sudah banyak yang masuk ke Selandia Baru. Terkait ekspor, Matheson menyayangkan kebijakan pemerintah Indonesia yang sempat melarang masuknya daging sapi.
Wapres menjawab, bahwa perdagangan daging sapi sekarang lebih terbuka, namun dengan harga yang lebih bersaing.
Untuk mendukung program-program pemerintah, Wapres berharap Selandia Baru dapat membantu pada sektor pertanian dan geothermal. “Kami membutuhkan lebih banyak ahli di bidang tersebut,” ucap Wapres.
Sebagai Duta Besar yang baru, Wapres menyarankan Matheson untuk menjelajah pulau-pulau di Indonesia. “Dengan begitu Selandia Baru dapat berkontribusi sesuai dengan kebutuhan lokal,” pungkas Wapres.
Di akhir pertemuan, Wapres menyampaikan, terkait pembangunan di Indonesia, Indonesia membutuhkan lebih banyak ahli di bidang energy. Untuk itu Wapres menyarankan agar pemerintah Selandia Baru membuka kantor-kantor konsultan di Jakarta.
Hadir mendampingi Matheson, Wakil Duta Besar Tredene Dobson, Komisioner Perdagangan Tim Anderson, Sekretaris Dua bidang Ekonomi Huw Thomas, dan Koordinator Program Pembangunan Mike Ingriani. (Siti Khodijah/Novisah Hijriah)
****