Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla Menerima Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah,  Nashirul Haq, di Kantor Wapres, Merdeka Utara, Senin, (16/5/2016).

Kedatangan Nashirul bersama jajaran DPP Hidayatullah untuk menyampaikan terimakasih kepada Wakil Presiden yang telah hadir membuka munas Hidayatullah di Balikpapan pada 7 November 2015. Selain itu, Nashirul melaporkan kepengurusan di tingkat pusat dan program kerja organisasi selama lima tahun telah disahkan.

Program kerja tersebut, Nashirul mengatakan, akan fokus pada bidang pendidikan dan dakwah yang berkarakter di 278 kabupaten/kota.

Terkait bidang ekonomi, lanjut Nashirul, Hidayatullah saat ini sedang mencoba menjajaki usaha di bidang koperasi, bidang pertanian, serta menjajaki pengembangan beberapa lahan persawahan untuk menjaga bidang ketahanan pangan.

Di Jakarta Timur, ungkap Nashirul, Hidyatullah mendapat tanah wakaf 5.000 m untuk dijadikan pusat dakwah dan masjid, sekaligus bisa dijadikan kantor.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum DPP Hidayatullah menyampaikan terimakasih kepada Wapres yang telah memfasilitasi proses kepengurusan tanah Hidayatullah di Badan Pertanahan Nasional dimana saat ini sedang menunggu proses balik nama sertifikat, walaupun dengan anggaran yang lumayan besar.

“Sehingga dalam perjalanan organisasi ini, ke depan, tidak terganggu lagi dengan donasi, mudah-mudahan,” ucap Nashirul.

Nashirul juga mengapresiasi dukungan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam meluruskan dan memediasi arah perjuangan Hidayatullah kepada beberapa pihak terutama TNI dan Polri, sehingga stigma negatif yang saat ini melekat ke Hidayatullah bisa diluruskan.

Menanggapi laporan Nashirul, Wapres mendorong Hidayatullah untuk terus berusaha memajukan umat. Wapres menyampaikan keprihatinannya bahwa saat ini jumlah umat Islam yang maju masih sedikit. Padahal untuk memberikan wakaf, hanya orang-orang mampu yang dapat melakukannya.

“Siapa yang memberikan wakaf itu, pasti orang mampu. Orang mampu ya setidak tidaknya dia pasti ada usahanya pasti bapaknya pengusaha atau orang kaya, terkecuali dia dapat warisan,” ujar Wapres.

“Saya iri di Turki itu kalau ada 100 orang kaya 90 % orang Islam,” lanjutnya.

Wapres menegaskan sebagai organisasi Hidayatullah harus fokus kepada masyarakat, jangan hanya pada organisasi, seperti yang dilakukan dua organisasi Islam besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Wapres menganalogikan, sebagaimana halnya perusahaan Muhammadiyah itu seperti holding company, yang sukses membangun ibadah sosial melalui sekolah dan rumah sakit.

“Sering saya katakan Muhammadiyah kalau di perusahaan istilahnya itu holding company, perusahaan buka cabang, ada sekolahnya. Muhamadiyah organisiasi yang paling kaya di dunia,” jelas Wapres.

Sementara, lanjut Wapres, Nahdlatul Ulama seperti waralaba atau franchise yang besar layaknya McDonald’s, jumlahnya mencapai ratusan ribu di dunia, namun kepemilikannya berbeda-beda. Seperti di Jakarta dan Makassar, pemiliknya berbeda tetapi capnya tetap McDonald’s.

Untuk itu, Wapres menekankan, apapun bentuknya, Hidayatullah harus tetap memajukan umat.

Hadir mendampingi Wapres Jusuf Kalla, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Kasetwapres Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud. (KIP, Setwapres)