Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Frederik Batong, di Kantor Wakil Presiden, Kamis (23/6/2016). Kedatangan Frederik untuk melaporkan pekembangan pembangunan infrastruktur pelebaran jalan jalur Makassar – Palopo via Toraja. Ia juga mengutarakan kondisi pariwisata di Kabupaten Tana Toraja yang sedikit memprihatinkan. Selain itu, disampaikan pula Trade Fair Pariwisata Kabupaten Tana Toraja yang akan diselenggarakan di Kelapa Gading, mulai besok, 24 Juni sampai dengan 27 Juni 2016.

Sebagai wadah para perantau asal Toraja, Frederik mengatakan, PMTI melalui jejaringnya selalu mendorong pemerintah untuk mendukung pembangunan daerah Toraja, terutama di bidang pendidikan dan pariwisata, agar warga Toraja lebih maju dan sejahtera serta sekaligus dapat menunjang pertumbuhan ekonomi lokal.

Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae yang hadir mendampingi Frederik menyampaikan, semua itu perlu didukung dengan pembangunan infrastruktur, karena tanpa hal tersebut pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan.

“Pariwisata di Tana Toraja tak bisa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tanpa adanya dukungan infrastruktur, terutama lapangan terbang Buntu Kuni,” ujar Nico.

Nico menambahkan, bergesernya peringkat Tana Toraja dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) memberikan dampak psikologis masyarakat dan juga perekonomian daerah.

Wapres menanggapi positif upaya yang telah dilakukan PMTI. Pemerintah, kata Wapres, sangat mendukung realisasi pembangunan Bandara di Tana Toraja, namun sampai saat ini masih terkendala karena alokasi APBN yang belum kembali stabil untuk peningkatan pembangunan infrastruktur di beberapa lokasi di Indonesia. Selain itu, lokasi kabupaten Tana Toraja yang bergunung-gunung menyulitkan pemerintah dalam penempatan bandar udara yang strategis.

Anggota DPR-RI Dapil Sulawesi Selatan III Markus Nari yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan, Pemerintah Daerah (Pemda) memang sedang mengembangkan kembali potensi pariwisatanya agar kembali masuk dalam 10 KSPN.

“Kami di DPR juga sedang memperjuangkan agar status tersebut kambali untuk Kabupaten Toraja,” ucap Markus.

Namun, lanjutnya, Pemda memiliki kendala dalam mengembangkan pariwisata karena akses yang tak memadai menuju Tana Toraja. Para wisatawan harus menempuh perjalanan darat selama delapan jam dari Makassar karena tak adanya akses pesawat udara yang memadai. Tidak adanya lapangan udara menjadi kendala utama proses pembangunan di Kedua Kabupaten Toraja tersebut.

Frederik berharap pembangunan Bandara Buntu Kuni yang awalnya sudah dilakukan sejak zaman Presiden SBY, kiranya dapat dilanjutkan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pemda mengharapkan pembangunan bandara dapat selesai untuk dapat memangkas waktu wisatawan yang ingin berkunjung ke Tana Toraja.

Seperti diketahui, bandara yang ada saat ini, baru digunakan untuk pesawat-pesawat kecil saja. Untuk itu Wapres menyarankan minimal pesawat sekelas Boeing dapat hadir di Toraja guna mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar.

Wakil Bupati Tana Toraja Victor Datuan Batara mengungkapkan, saat ini, panjang landasan yang ada baru sekitar 1.650 meter.

“Landasan 1.650 meter hanya bisa didarati pesawat tipe ATR 72, akan tetapi dengan panjang 2.000 meter, jenis Boeing pun bisa mendarat karena di landasan 1.800 meter saja Boeing sudah mampu mendarat,” ujar Victor.

Selanjutnya Wapres juga menyinggung pengembangan pariwisata di Toraja. Wapres berharap konsep kampanye pariwisata diperbaharui. Wisatawan, menurutnya, seharusnya disuguhi hal-hal yang menarik dan menyenangkan, seperti keindahan alam, suburnya perkebunan kopi, tarian-tarian yang bagus dan sebagainya. Selama ini, banyak wisatawan yang hadir di Toraja untuk menyaksikan upacara kematian yang unik, sehingga tidak banyak wisatawan yang datang ke Toraja untuk kedua kalinya.

“Untuk pariwisata sebaiknya mengedepankan aspek ketertarikan wisatawan, terutama bagi keluarga dan anak-anak,” ujar Wapres.

Aspek ketertarikan tersebut, lanjut Wapres, untuk mengantisipasi tren kunjungan wisata ke Toraja yang terus menurun dari waktu ke waktu. Jika suatu daerah tujuan wisata memiliki daya tarik bagi wisatawan dapat menimbulkan keinginan wisatawan untuk kembali mengunjungi daerah itu.

“Seperti ke Bali, orang bisa berlibur sebulan sekali,” tutur Wapres.

Sebenarnya, kata Wapres, terkait percepatan pembangunan bandar udara di beberapa daerah yang memiliki potensi pariwisata di Indonesia, telah dibicarakan dengan Menteri Perhubungan. Namun besarnya nilai pembangunan infrastruktur tersebut menjadikan kendala pembangunan beberapa bandar udara, diantaranya di daerah Kabupaten Toraja yang diproyeksikan selesai pada tahun 2018.

“Saya akan coba bicarakan kembali dengan [Menteri Perhubungan] Jonan perihal ini,” tutup Wapres ,

Turut hadir mendampingi Ketum PMTI Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembonan, Wakil Bupati Toraja Utara Yosia Rinto Kadang Uskup Agung Makassar Johannes Liku Ada, dan tokoh masyarakat Goris Mere. (KIP, Setwapres)