Yasuo Fukuda

Kantor Wakil Presiden. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda selaku Presiden Asosiasi Jepang Indonesia (Japindo), Kamis, 28 Mei 2015, di Kantor Wakil Presiden. Di awal pertemuan Yasuo Fukuda mengajak para anggota Japindo untuk bertukar pendapat dengan Wapres tentang perluasan investasi Jepang di Indonesia yang berorientasi ekspor, kerjasama pembangunan infrastruktur, kerjasama di bidang pembangunan sumber daya manusia dan sosial budaya.

Dalam pertemuan tersebut Wapres berterima kasih atas masukan-masukan dari Japindo terkait perkembangan industri dan ivestasi di Indonesia, serta pembangunan infrastruktur. Wapres mengakui bahwa teknologi Jepang sudah sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya di bidang otomotif, kendaraan roda tiga (bemo) sampai sekarang masih digunakan di kampung-kampung di Indonesia bahkan banyak yang sudah berusia sampai 30 tahun meski dengan perubahan di sana sini. “Saya mengenal teknologi Jepang sudah lebih dari 50 tahun sejak pertama diluncurkannya bemo,” kenang Wapres.

Transfer teknologi dari Jepang dan desain teknologi yang dihasilkan oleh engineer Indonesia juga sangat penting. Begitu juga dengan industri baja. Perusahaan baja nasional Krakatau Steel telah melakukan joint venture untuk membuat coralsteel untuk mobil. “Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa beroperasi sehingga dapat mensuplai kebutuhan baja di Indonesia,” ujar Wapres.

Wapres juga mengapresiasi produksi kendaraan oleh perusahaan otomotif Jepang dan diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan penjualan dalam negeri. “Memang dewasa ini dimana-mana kebutuhan kendaraan sangat meningkat, dan jalan-jalan di hampir seluruh wilayah di Indonesia macet sehingga perlu lebih banyak lagi pembangunan infrastruktur,” kata Wapres.

Menjawab permasalahan pembebasan lahan untuk proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan Jepang, Wapres menjelaskan bahwa Pemerintah telah mengeluarkan UU Penyediaan lahan untuk kepentingan umum yang di dalamnya mengatur proses ganti rugi yang dapat langsung dibayarkan melalui pengadilan sehingga proyek yang terhambat pembebasan lahan dapat segera diselesaikan.

Wapres juga mendukung pengembangan kerjasama di bidang industri UKM. “Di Indonesia, tanpa UKM tidak akan menimbulkan keadilan ekonomi, pemerataan ekonomi merupakan tujuan pokok daripada filosofi pemerintah untuk mencapai pemerataan dan pertumbuhan,” ujar Wapres.

Di bidang perbankan, Wapres mengharapkan kerjasama dengan bank dari Jepang dapat mendorong pertumbuhan investasi, dan adanya hubungan kerjasama usaha-usaha kecil dengan usaha-usaha besar. Ini sangat penting untuk menciptakan sistem finansial Indonesia yang lebih efisien. “Karena dewasa ini bunga di Indonesia masih tinggi, sehingga kita berusaha terus untuk menekan tingkat bunga sehingga perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara di ASEAN yan lain,” jelas Wapres.

Untuk proyek MRT, Wapres mengapresiasi sistem MRT yang dikelola perusahaan Jepang. Jakarta, kata Wapres, membutuhkan sistem MRT kira-kira 100 KM, termasuk juga untuk jaringan utara-selatan dan jaringan timur-barat yang telah disetujui untuk segera dimulai supaya jangkauan MRT lebih luas. “Karena kalau hanya satu jaringan pasti tidak menarik dan tidak mengurangi kemacetan di Jakarta,” jelas Wapres.

Oleh karena itu, infrastruktur sangat penting. Di Indonesia, proyek besar seperti Shinkansen hanya bisa dijalankan kalau melihat perspektif masa yang akan datang. Kalau sekarang tentu tidak bisa dibiayai. “Special loan dari Jepang sangat membantu, walaupun demikian Indonesia sangat mempertimbangkan harga yang sesuai dengan kemampuan Indonesia membayar nanti,” jelas Wapres.

Infrastruktur juga harus mempunyai jangka waktu yang tahan lama. Karena itu selain proyek Jakarta-Bandung, perlu dikembangkan pula proyek Jakarta-Surabaya. Penduduk di Pulau Jawa, lanjut Wapres, sebanyak 165 juta tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur sehingga potensinya sangat tinggi sekali. Namun diperlukan suatu sistem yang tidak terlalu mahal karena dewasa ini masyarakat lebih banyak memilih bus atau pesawat terbang yang harganya lebih murah. “Perlu sistem transportasi massal yang baik namun juga terjangkau oleh masyarakat,” kata Wapres.

Pertemuan yang dihadiri oleh para eksekutif perusahaan ternama penggerak dunia bisnis Jepang seperti Sumitomo, Suzuki Motor, JGCm Taisei, Daihatsu Motor, Panasonic, Mizuho, Chiyoda dan Mitsubishi, turut dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki. (Meilani Saeciria)

****