Jakarta. Perempuan Indonesia semakin meningkat peranannya di berbagai bidang. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla membandingkan jika pada pemerintahan sebelumnya hanya ada lima perempuan di kabinet, kini di Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK terdapat delapan perempuan, demikian juga di lembaga legislatif jumlah kaum perempuan terus meningkat. Sebenarnya peranan perempuan ini jauh lebih banyak terjadi di bidang profesi lainnya. “Pada dewasa ini peranan perempuan sangat meningkat di banyak lapangan,” ujar Wapres ketika membuka Konferensi Besar (Konbes) ke-15 Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Aula HM Rasjidi Kementerian Agama Jakarta, Jumat sore 21 November 2014.

Wapres menceritakan pengalaman saat mulai bekerja di perusahaan ayahnya, ketika itu belum ada perempuan yang bekerja. Bahkan ketika Wapres menjabat sebagai direktur, sekretarisnya pun seorang laki-laki. “Tetapi kini di perusahaan tersebut 60 persen perempuan, bahkan dua dari empat direkturnya adalah perempuan,” ujar Wapres.

Dahulu banyak ibu di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada kolom pekerjaan berisikan ibu rumah tangga atau ikut suami. “Sekarang ini Alhamdulillah peranan perempuan tinggi,” ucap Wapres. Ada beberapa penyebab kenapa peranan perempuan semakin meningkat akhir-akhir.

Menurut Wapres, penyebab pertama adalah adanya pendidikan. Wapres bercerita saat hadir pada suatu wisuda di Universitas Indonesia ternyata 60 persen adalah perempuan, dan 75 persen yang mendapat predikat cum laude adalah perempuan.

Penyebab kedua adalah adanya teknologi. Dengan teknologi banyak kegiatan di rumah yang dimudahkan dan menjadi lebih singkat, terutama dengan adanya mesin cuci, microwave, dan kulkas. Dulu, kata Wapres, mesti setiap hari ke pasar, tetapi sekarang berkat ada kulkas cukup sekali seminggu. Teknologi menjadikan perempuan memiliki banyak waktu, karenanya banyak yang dapat melaksanakan karir yang baik.

Penyebab lainnya adalah adanya program keluarga berencana. Wapres mengatakan bahwa ia bersaudara sepuluh. Kini, orang-orang di kota kadang anaknya dua, tapi pembantunya tiga. Bagi Wapres, ketiga factor inilah yang mengubah kehidupan perempuan masa kini. “Jadi pendidikan, teknologi, struktur sosial berubah semuanya, sehingga peranan perempuan menjadi lebih penting,” ucap Wapres.

Kini menurut Wapres, banyak ibu muda yang tinggal di daerah perkotaan, jika ibu-ibu tersebut tidak bekerja, tentunya mereka akan menggosip. “Tugas Fatayat untuk memberikan solusi pada anggotanya, agar perempuan muda NU menjalakn tugasnya lebih mudah. Akibat tumbuhnya generasi muda terdidik dan orang yang taat beragama,” ujar Wapres

Di awal sambutannya, Wapres berharap Konbes Fatayat NU menghasilkan pikiran-pikiran jernih untuk menjalankan upaya amal kita di masa depan. “Upaya bersama kita, khususnya upaya Fatayat membina perempuan-perempuan NU menuju tingkat persaingan dalam masa-masa yang akan datang di wilayah ASEAN,” ujar Wapres.

Ketua Umum PB NU Said Aqil Sirodj mengatakan bahwa setiap minggu menerima tamu dari luar negeri, diantaranya Duta Besar (Dubes) Perancis, Dubes Swedia dan utusan dari Amerika Serikat. Mereka tertarik untuk mengunjungi kantor PB NU karena bagi mereka ada sebuah organisasi mayoritas tapi mengajarkan umatnya untuk toleran. “Biasanya mayoritas akan melakukan apa saja terhadap minoritas, tetapi NU yang warganya berjumlah 70 juta orang justru mengajak agar selalu bersikap moderat dan mengutuk kekerasan,” ucap Ketua PB NU.

Ketua Umum PP Fatayat NU Ida Fauziyah melaporkan bahwa Konbes ke-15 Fatayat NU ini dihadiri oleh 32 pimpinan wilayah dari 34 wilayah. Fatayat NU ini merupakan forum permusyawaratan tertinggi di bawah kongres yang diadakan sekali dalam satu pengurusan. “Fatayat digelar usai NU melaksankaan musyawarah nasional,” ujar Ida.

Lebih jauh Ida mengatakan bahwa konbes digelar menjelang pemberlakuan Masyarakat ASEAN 2015. Sebagai organisasi besar, kata Ida, Fatayat NU tidak bisa begitu melepaskan diri pada kenyataan tersebut, karena kondisi tersebut akan sangat berpengarauh pada nasih perempuan di Indonesia. Untuk itu Fatayat NU merespon dengan mengusung tema Peran strategis fatayat NU bagi Indonesia menyambut era Masyarakat ASEAN 2015. “Konbes secara khusus membahas kesiapan Indonesia dan kesiapan perempuan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN berikut peluang dan tantangannya,” ujar Ida.

Dalam kesempatan itu, Wapres menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Sosial dengan Fatayat NU. Konbes Fatayat NU berlangsung selama dua hari hingga 22 November 2014.

****