Jakarta, wapresri.go.id – Saat ini, generasi milenial, baik laki-laki maupun perempuan, 85 persennya memiliki kecenderungan untuk belajar agama. Agar tidak salah arah dan memiliki paham-paham radikal, maka mereka perlu diarahkan kepada hal-hal yang positif demi memajukan bangsa. Untuk itu, orang tua terutama ibu dituntut untuk ‘melek’ [memahami] teknologi dan memiliki jiwa kewirausahaan.

“Ini semua terjadi perubahan-perubahan dasar, ini menyebabkan kita semua juga tentu ingin melihat apa [yang bisa dilakukan] ke depan. Ke depan tentunya ingin maju, dengan teknologi, dan dengan enterpreneurship. Karena itu yang bisa memajukan suatu negeri, apabila seseorang menguasai ilmu teknologi dan entrepreneurship,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Pembukaan Rapat Koordinasi (Rakornas) Muslimat NU, di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu malam (27/1/2019).

Lebih jauh Wapres menjelaskan kecenderungan milenal tentang kehausan belajar agama. Hal ini dapat dilihat dari pola pikir mereka dalam memilih mall. Kalau dulu kaum milenial pergi ke mall yang identik dengan kemegahannya, sekarang mereka lebih memilih mall yang di dalamnya ada masjid, karena memudahkan mereka untuk sholat, terutama setelah melakukan buka bersama di bulan Ramadhan.

“Kalau dulu [di dalam] mall itu mungkin ada musholah kecil.  Sekarang mall baru laku kalau ada masjid besar di atasnya. Sehingga kalau bulan puasa ramai orang buka puasa, kemudian pergi sholat maghrib,” ungkapnya.

Kecenderungan kaum milenial belajar agama yang mengalami peningkatan ini patut disyukuri. Namun, Wapres mencermati, waktu mereka bahkan sejak dari usia dini, lebih banyak dihabiskan bersama asisten rumah tangga (ART). Saat ini jumlah perempuan yang berkarier di luar rumah, baik dalam pendidikan, politik, maupun wirausaha, hampir sama dengan laki-laki. Masalah anak-anak pun diserahkan kepada ART, sehingga, membuat mereka menjadi lebih dekat dengan ART dibandingkan orang tua mereka.

Untuk itu, Wapres menekankan, agar anak-anak tetap berada dalam koridor agama yang tidak menyimpang, dan juga tidak banyak didominasi oleh ART, Muslimat NU yang anggotanya banyak dari ibu rumah tangga, harus mampu memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya, yakni dengan memahami teknologi dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

Wapres mencontohkan melek teknologi yang dapat dilakukan ibu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti penggunaan mesin cuci, microwave, kompor listrik, atau aplikasi ojek online untuk memesan makanan.

Banyak orang berpendapat kemudahan dari penggunaan teknologi ini adalah bagian dari revolusi industri. Namun, menurut Wapres, revolusi industri itu sendiri hakikatnya adalah cara orang berpikir dalam wirausaha (entrepreneurship).

“Revolusi industri pada dasarnya adalah revolusi entrepreneurship. Perubahan cara orang berusaha,” ucapnya.

Terkait dengan entrepreneurship, Wapres menilai bahwa peranan perempuan sebagai pengusaha adalah peranan tertinggi. Hal ini merujuk dari peran isteri Rasulullah SAW yang bernama Khodijah, sosok yang kala itu merupakan pengusaha sukses dan pertama kali membantu Rasulullah.

“Sekali lagi kalau ditanya siapa yang pertama membantu Rasulullah, ya Khodijah, perempuan pengusaha,” ungkapnya.

Melihat banyaknya usaha yang tumbuh pesat di Indonesia, Wapres pun meminta anggota Muslimat yang hadir, untuk mendorong anak-anak mereka lebih produktif dengan membangun usaha.

“Sifat entrepreneur diajarkan ke anak-anak kita semuanya agar [mereka] tidak ketinggalan dan menjadi konsumen semata,” pesan Wapres.

“Jadi kita perlu mendorong tingkat persaingan yang baik sehingga akan terjadi suatu kemajuan bersama seperti itu,” sambungnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa anak-anak Muslim yang memiliki pendidikan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri, sudah mulai jauh dari ajaran Ahli Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) yang merupakan ajaran utama dari Muslimat NU.

Oleh karena itu, agar tetap berada dalam koridor Aswaja, ia bersama ormas wanita yang dipimpinnya meluncurkan kurikulum pendidikan sejak usia dini, yaitu Kurikulum Kreatif, pengembangan kurikulum PAUD 2013 berbasis Multiple Intelligence dan Berkarakter Aswaja, serta buku bahan ajar guru untuk santri Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ke-NU-an, Ahli Sunnah Wal Jama’ah, dan An-Nahdiyyah PAUD untuk kelompok bermain Taman Kanak-kanak (TK), Raudhotul Atfal (RA), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD Sejenis (SPS) dan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).

“Saya ingin memanggil kembali. Kita semua ingin memanggil kembali, bahwa mereka [anak-anak dari anggota Muslimat NU] ini hadir sukses, mungkin hidupnya juga penuh barokah itu tidak lepas dari doa-doa ibunya ketika ikut pengajian di Muslimat NU,” ujarnya.

Sementara, Ketua Panitia Peringatan Harlah (hari lahir) Muslimat NU ke-73 Yenni Wahid melaporkan bahwa pada Ahad, 27 Januari 2019, ormas wanita tersebut telah sukses menghijaukan Gelora Bung Karno (GBK) dan Jakarta. Setelah 73 tahun berdiri, ini pertama kalinya Muslimat NU tampil di GBK dan dihadiri lebih dari 130 ribu peserta. Mereka datang dari cabang Jawa Barat yang berjumlah sekitar 50ribu, Jawa Timur 15ribu, Lampung 7ribu, DKI Jakarta dan Jawa Tengah masing-masing 20ribu, Banten 5ribu, dan peserta lainnya dari 34 provinsi di Indonesia. Di samping itu, hadir pula perwakilan Muslimat NU dari Hongkong, Saudi Arabia dan Malaysia.

“Pak Wapres sendiri juga sebagai Ketua Umum DMI (Dewan Masjid Indonesia) sangat aktif mengkampanyekan dan menyuarakan moderasi dalam Islam. Jadi Muslimat Nahdlatul Ulama hari ini mendukung upaya-upaya yang dilakukan Pak Wapres dengan langkah konkret langsung menampilkan ibu-ibu di GBK Pak,” ujar Yenny.

Yenni menjelaskan, agenda Rakornas yang merupakan bagian dari peringatan Harlah Muslimat NU ke-73 adalah mendeklarasikan sebuah gerakan anti hoax, yang akan menjadi pilar utama gerakan Muslimat NU ke depan dan diharapkan bisa membawa perubahan besar di masyarakat.

“Karena begitu ibu-ibu dibangun kesadarannya untuk menciptakan pemikiran yang lebih kritis dalam menyaring informasi yang masuk maka pasti ini akan berdampak pada pencerdasan mulai dari keluarganya sampai lingkungan terdekatnya,” tandasnya.

Hadir mendampingi Wapres Jusuf Kalla dalam acara tersebut Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar dan Deputi Bidang Kebijakan Pembangungan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (SK-KIP, Setwapres)