Jakarta. Tahun 2008, Indonesia dapat melakukan swasembada pangan dengan tidak melakukan impor pangan dari negara lain. Hal ini tak lepas dari kerja keras Kementerian Pertanian (Kementan) yang termotivasi dari kritikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla.

“Ketika saya datang ke kantor Departemen Pertanian ini delapan tahun lalu, saya katakan kalau kantor ini merupakan Departemen Pertanian terbesar di dunia. Tetapi di saat yang sama, juga saya sampaikan bahwa negara kita menjadi pengimpor produk pertanian terbesar di dunia,” kenang Wapres ketika memberikan pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Rabu, 16 September 2015.

Menurut Wapres, pengurus pertanian merupakan tugas yang mulia jika dapat mewujudkan keberhasilan penyediaan pangan secara baik. “Pengurus pangan itu adalah orang yang dekat dengan surga, tetapi mereka juga dekat dengan neraka,” gurau Wapres yang disambut gelak tawa peserta rakor.
Dekat dengan surga, lanjut Wapres, jika mereka berhasil memproduksi pangan sehingga dapat menyejahterakan masyarakat, namun dekat dengan neraka ketika mereka gagal menyediakan pangan untuk masyarakat dan bangsanya.

Wapres mencermati, dewasa ini, kebutuhan pangan bangsa Indonesia cenderung semakin tinggi, oleh karena itu, perlunya meningkatkan produksi pangan secara lebih baik. Namun, harus dapat menjaga keseimbangan harga secara hati-hati agar antara petani padi dan konsumen beras tidak ada yang merasa dirugikan. “Karena kalau tidak dapat menjaga keseimbangan harga, maka akan banyak pihak yang memprotes,” ujar Wapres.

Mengurus pangan, kata Wapres, itu jauh lebih sulit daripada mengurus hasil perkebunan, karena sangat sensitif. Kalau mengurus pangan seperti beras/padi misalnya, ketika harganya dinaikkan maka akan banyak konsumen yang mengeluh keberatan, lebih-lebih mereka yang berpenghasilan rendah karena beban biaya untuk pangan saja dapat mencapai 60 persen dari pendapatannya, sehingga perekonomian mereka bisa goyah. “Sementara jika harganya diturunkan, maka akan banyak juga petani padi yang menjadi lebih sengsara. Karena itu, petani padi kita pendapatannya rata-rata relatif rendah,” ungkap Wapres

Sementara, lanjut Wapres, untuk hasil perkebunan, seperti kopi, tebu, cengkeh, teh, dan jagung, meskipun harganya naik ataupun turun maka tidak seberapa banyak orang yang memprotes karena tidak berdampak langsung terhadap kebutuhan pokok mereka.

Oleh karena itu, keberadaan pangan mutlak dibutuhkan masyarakat, baik yang berpendapatan rendah maupun berpendapatan tinggi sama-sama membutuhkan pangan dalam jumlah yang tidak berubah. Artinya, ketika mereka pendapatannya naikpun kebutuhan pangan mereka tidak akan bertambah atau berkurang. “Pangan adalah kebutuhan yang tidak dapat tergantikan dengan apapun,” tegas Wapres

Di awal acara, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melaporkan, bahwa Kementerian Pertanian telah menjalankan berbagai kebijakan di bidang peningkatan pangan. Antara lain, peningkatan sistem irigasi melalui penyediaan pompa-pompa air khususnya dalam musim kemarau ini untuk mengatasi kekeringan, penyaluran bantuan untuk pengembangan irigasi tersier, serta pemberian reward dan punishment bagi pemangku kepentingan di daerah seperti bupati dan walikota dalam penyediaan pangan melalui anggaran pertanian.
Di samping itu Andi mengapresiasi arahan Wapres agar kebijakan tidak dikriminalisasikan, karena dampaknya menjadi positif. “Dengan adanya penegasan Bapak Wapres tersebut, maka dampaknya banyak sawah yang terselamatkan,” ungkap Andi.

Menanggapi laporan Mentan, Wapres menegaskan bahwa untuk meningkatkan produksi pertanian, agar Kementerian Pertanian dalam jangka panjang dapat melakukan penyempurnaan data tentang pertanian. Sementara, untuk mengatasi kebutuhan jangka pendek, agar dapat meningkatkan kualitas unsur pertanian. “Pertanian terkait dengan lima unsur, yakni lahan pertanian, bibit, pupuk, pengairan, dan metoda,” ujar Wapres.

Rapat koordinasi tersebut selain dihadiri oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, juga para pejabat struktural eselon I, II di lingkungan Kementan yaitu Sekjen, Irjen, para Dirjen dan Kepala Badan, serta Staf Ahli Meneri dan Tenaga Ahli Kementan. Hadir mendampingi Wapres yaitu Kepala Setwapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat, Staf Khusus Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Sjahrul Udjud, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi, Husein Abdullah, dan Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (Supriyanto).