Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semuanya, good morning.

Yang saya hormati

Excellency Presiden Nauru and Madame

Minister of Indonesia and all of you, participants

Ladies and gentlemen

Pertama-tama saya ingin menyampaikan selamat datang ke Indonesia untuk semua  peserta, dan mengucapkan selamat bahwa Bali Democracy Forum ini yang ke 10 yang tentunya tempat di mana kita semua saling bertukar pandangan, sharing sistem, sharing pengalaman dan tentunya lesson to learn.

Bagi kita semua tentu juga saya ingin menyampaikan selamat bahwa hari ini kita tidak berada di Bali tetapi untuk berada di Banten juga untuk memberikan pengertian bahwa Indonesia bukan hanya Bali. Indonesia mempunyai 17 ribu pulau, 3 ribu yang berpenduduk dengan penduduk yang sangat besar. Karena itulah maka apabila anda ingin ke pantai, Banten juga mempunyai pantai untuk dapat anda nikmati pemandangannya yang indah selain di Bali.

Di samping itu Indonesia ingin semua berjalan dengan aman dan juga teratur. Oleh karena itu maka kita lebih memprioritaskan kemanan daripada menikmati Bali setelah konferensi ini.

Kita berbicara tentang demokrasi tentu sudah banyak dan bagi saya Indonesia mempunyai pengalaman yang panjang dalam mejalankan demokrasi.

Sejak Indonesia merdeka selama 72 tahun telah berjanji, baik dalam Undang-undang Dasar kita dan sistem pemerintahan, Indonesia dengan bentuk Republik dengan dasar pelaksanaannya Pancasila, kemudian demokrasi yang menjadi bagian dari pada jalan hidup bagi bangsa ini.

Pertanyaannya apakah mudah untuk menjalankan itu? selama 72 tahun Indonesia mengalami banyak perubahan-perubahan dan pengalaman. Pada saat Indonesia merdeka dengan sistem demokrasi, bahkan demokrasi parlementer, puluhan partai dan telah melaksanakan pemilihan umum yang sangat demokratis pada tahun 1955. Namun presiden pertama setelah lebih dari 10 tahun cenderung untuk menjadi otoriter. Jadi demokrasi berjalan dengan baik hanya 10 tahun.

Kemudian diganti oleh presiden yang kedua yang juga demokratis, selama lebih 5 tahun, setelah itu 20 tahun lebih berjalan dengan lebih otoritarian dibanding dengan prinsip-prinsip demokrasi yang kita perjuangkan, juga berakhir dengan otoritarian.

Kemudian kita mulai lagi demokrasi terbuka setelah krisis tahun 1997, sampai sekarang 20 tahun demokrasi terbuka (pemilu-red) dijalankan dengan baik di Indonesia ini setiap 5 tahun. Belajar dari itu maka Indonesia menetapkan kenapa Presiden untuk Indonesia hanya boleh 2 kali paling maksimum 10 tahun karena cenderung Presiden yang berkuasa lebih lama cenderung dia berubah dari demokrasi ke otoritarian. Itu suatu pengalaman yang kita pelajari daripada pengalaman bangsa ini. Jangan setiap pemerintah yang lama cenderung merubah kondisi yang seharusnya terjadi. Karena itulah maka, pengalaman ini penting untuk kita pelajari semua dan saya yakin juga di negara-negara yang besar, negara demokratis yang lainnya juga mempunyai batasan-batasan seperti itu. Itu tentulah pelajaran yang pertama yang ditempuh oleh Indonesia dan dialami selama ini. Apakah mudah untuk mendelivers seperti pertanyaan (tema BDF-red) ini? Tadi saya katakan bahwa pengalaman Indonesia mempunyai banyak tantangan-tantangannya.

Demokrasi dan republik selalu mempunyai kesamaan prinsip, namun kadang-kadang tidak sejalan dengan namanya.  Banyak republik yang lebih otoritarian dibanding dengan monarki, karena itulah maka sistem dengan gaya hidup itu berbeda. Pengalaman yang menarik ialah Arab spring. Indonesia tentu lebih mengetahui semua krisis yang terjadi ada di negara republic, tidak di negara monarki. Tentu perlu kita pelajari seperti ini.

Krisis (terjadi-red) di Irak, di Syria, di Mesir, di Yaman, di Tunisia yang pertama, di Libya semuanya dalam bentuk republik. Tapi, dalam monarki tidak terjadi krisis seperti itu, artinya adalah demokrasi tidak bisa dijadikan copy paste untuk semua orang. Demokrasi harus disesuaikan dengan tradisi, gaya hidup di daerah masing-masing, tapi prinsip pokok demokrasi dimana rakyat banyak menentukan dan pembangunan dari rakyat untuk rakyat itu yang paling penting untuk dilaksanakan. Karena bagi kami, demokrasi bukanlah tujuan, demokrasi adalah alat untuk mencapai tujuan.

Banyak bangsa besar yang seakan-akan membawa demokrasi itu sebagai agama, sebagai tujuan, menyerang agama (negara-red) lain untuk demokrasi. Sehingga demokrasi dijadikan sebagai tujuan, kemudian kehidupan bangsa itu menjadi jauh lebih buruk dari pada sebelumnya. Lihat Irak, lihat Syria, karena dipaksakan untuk demokrasi diserang oleh Amerika, kemudian kehidupan negeri itu jauh lebih buruk daripada tujuan sebelumnya. Bagaimana Libya hari ini, saya kira tujuannya lebih jelek daripada apa yang dipikirkan untuk demokrasi.

Demokrasi bukan agama, yang harus mempunyai ketentuan-ketentuan yang sama. Demokrasi adalah alat yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang ada. Di Asia Tenggara ini semua tentu negara demokratis, tapi demokrasi Indonesia berbeda dengan Singapura, berbeda dengan Malaysia, berbeda dengan Filipina dan negara lain.

Tapi tetap, ujungnya adalah suatu demokrasi yang harus menghasilkan kemakmuran daripada bangsa-bangsa yang ada.

Tahun ini sebagaimana dicantumkan adalah tahun ke-10 Indonesia menjadi tuan rumah dari Forum Demokrasi Bali, sudah begitu banyak pengalaman yang di-sharing dalam forum ini. Karena itulah maka kita bergembira untuk mencapai hal-hal yang baik dalam demokrasi itu. Kita tanpa rasa takut menjalankan demokrasi itu, dengan nyaman secara konstruktif. Itulah esensi daripada demokrasi yang kita fahami.

Memang menjalankan demokrasi tidaklah harus black and white. Pengalaman Indonesia pada saat reformasi tahun 97 dari otoritarian menuju demokrasi yang terbuka, itu mempunyai korban yang banyak. Konflik di Poso, Ambon, yang menyebabkan ribuan orang meninggal akibat kita selenggarakan demokrasi yang langsung ingin dilaksanakan secara terbuka mempunyai efek-efek disharmoni.

Demokrasi sesuai tujuannya tentu mempunyai tujuan menciptakan persatuan dan harmoni, apabila demokrasi terlalu ditekankan kepada the winner takes all, itu akan menghilangkan harmoni yang ada di negeri itu.

Demokrasi harus menghilangkan diskriminasi tetapi apabila demokrasi dijalankan sesuai dengan sistem hukum the winner takes all maka menyebabkan disharmoni terjadi. Kita mempunyai pengalaman yang hitam atau sulit yang kita alami pada awal demokrasi terbuka yang dijalankan 20 tahun yang lalu di Indonesia ini. Karena sebelumnya di kita ada harmoni dalam mengatur pimpinan daerah, kemudian tiba-tiba the winner takes all maka menyebabkan banyak kehilangan harmoni di daerah tersebut. Ini juga menjadi pelajaran dari pada kita semua dan untuk negara-negara lain yang ingin menjalankan demokrasi terbuka haruslah mempunyai masa transisi yang baik. Demokrasi yang dijalankan secara tiba-tiba bisa menimbulkan pengalaman sebagaimana terjadi di Indonesia (dulu-red), yakni disharmoni.

Oleh karena itu juga dalam kesempatan ini saya berterima kasih bahwa diikutsertakan juga para mahasiwa sebagai pimpinan masa yang akan datang di setiap negara untuk juga menjalankan konferensi mahasiswa demokrasi (BDF-red) ini.

Generasi muda dari sejak awal perlu paham demokrasi, kemajemukan, dan toleransi. Mereka juga menjadi generasi muda yang cinta damai, menjadi agen perdamaian. Karena apabila kita tidak menjalankan demokrasi seperti itu maka pada akhirnya akan muncul radikalisme yang hampir semua radialisme dimulai dari pada generasi muda yang diajarkan tentang hukum radikalisme hanya mencapai tujuan tanpa suatu proses yang baik.

Saya juga berterima kasih atas penyelenggaraan BDF di Tunisia, Chapter Tunis yang tentu tadi Menlu Tunisia menyampaikan hasilnya yang baik, melengkapi semua pembicaraan-pembicaraan yang telah kita lakukan.

Saudara-saudara yang terhormat,

Dalam konteks global kita saksikan bahwa demokrasi telah menghadapi berbagai tantangan, di atas skeptisme. Bahkan demokrasipun tidak jarang disalahgunakan seperti saya katakan tadi, menyerang suatu negara atas nama demokrasi. Itu juga tentu sangat berbahaya apabila tidak disiapkan suatu sosialisasi atau suatu persiapan infrastruktur bagi seluruh rakyatnya.

Kebebasan berpendapat juga disalahgunakan dengan bermunculannya sumber-sumber informasi yang tidak terpercaya, berita-berita hoax dan ujaran kebencian.

Demokrasi juga harus diikuti oleh pemerintahan yang demokratis, juga harus memberikan otonomi. Ada 3 hal dalam perubahan demokrasi di Indonesia pada tahun 1997, 20 tahun yang lalu. Pertama, dengan sistem demokrasi yang menimbulkan kesetaraan antara legislatif dan eksekutif, parlemen harus menjadi parlemen yang juga dapat mengontrol pemerintah dengan baik.

Demokrasi juga tentu suatu hal yang sangat penting dari pada itu ialah kebebasan pers, kebebasan berpendapat. Karena hanyalah dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat itu dapat menjadikan demokrasi itu ada check and balance.

Begitu juga demokrasi seperti di negara Indonesia yang besar tentu membutuhkan otonomi pemerintahan daerah, karena hanyalah pemerintahan daerah yang kuat yang menyebabkan demokrasi itu dapat berjalan di daerah masing-masing. Apabila tetap sentralistis maka cenderung kembali otoriter dari pada pemerintah kepada rakyatnya. 3 hal penting itu selalu melekat karena sistem demokrasi terbuka yang khususnya dijalankan di Indonesia.

Indonesia adalah contoh bagaimana demokrasi dapat memberikan manfaat konkrit bagi masyarakat, bagi kemakmuran dan bagi perdamaian. Pertama tentu demokrasi mendekatkan jarak antara negara dan masyarakat, meningkatkan partisipasi, aspirasi dan pengawasan oleh rakyat. Tentunya pada akhirnya tingkat pelayanan kepada warga akan meningkat sebagai ciri suatu masyarakat madani yang modern.

Hal yang penting juga ialah respect to each others, toleransi, tanpa toleransi tentu demokrasi tidak akan berjalan dengan baik. apabila hanya the winner takes all tanpa toleransi yang besar kepada yang kecil maka akan menyebabkan masalah-masalah.

Indonesia mempunyai pengalaman bagaimana toleransi itu berjalan. Kabinet di Indonesia ada 34 menteri semua berasal dari  (berbagai-red) daerah dan dapat turut serta dalam pemerintahan. Begitu juga semua penganut agama wakilnya ada di kabinet di Indonesia, baik Islam, Kristen, Budha, China, semua mempunyai perwakilan. Mungkin ada menteri yang tidak mewakili agama, tapi menteri dari berbagai agama ada dalam kabinet tersebut. Begitu juga Gubernur, Gubernur dari 34 Gubernur juga 30% nonIslam, walaupun di Indonesia adalah negara dengan mayoritas beragama Islam.

Kita saling menghormati baik yang kecil, yang besar mempunyai tempat yang sama di negeri ini. Karena demokrasi hanya bisa berjalan apabila tidak ada diskriminasi satu sama lain.

Disamping itu juga, demokrasi baru bisa berjalan apabila hukum berjalan dengan baik dan good governance berjalan dengan baik. Hal-hal itu tentu menjadi hal yang lumrah karena demokrasi adalah alat bukan tujuan, tujuannya adalah kemakmuran, kebebasan dan hidup berdampingan bangsa itu semua warganya tanpa diskriminatif satu sama lain.

Dua puluh tahun terakhir Indonesia telah menikmati kehidupan seperti itu, sehingga demokrasi juga sangat berdampingan dengan ekonomi. Demokrasi terbuka menciptakan juga ekonomi yang terbuka. Memang ada negara yang ekonominya terbuka, tapi politiknya secara struktural tidak demokrasi, walaupun sudah ada demokrasi di dalam pemerintahan tapi juga dapat berjalan dengan baik. Namun, hal yang umum adalah apabila kita menjalankan demokrasi terbuka didalam politik maka tentu juga ada keterbukaan ekonomi yang tentu menjadikan hal tersebut.

Indonesia bisa menjaga ekonominya dengan baik secara terbuka, minimum tumbuh 5% setiap tahun. Sehingga menimbulkan hal yang baik untuk kita semua di negeri ini.

Itulah harapan saya dapat sharing mengenai pandangan-pandangan dan pengalaman yang ada dan saya berterima kasih kepada anda semua yang telah memberikan juga nanti pandangan-pandangan berdasarkan pengalaman yang ada.

Kita ambil yang baik dari pengalaman dan tentu menghindari yang jelek dari pengalaman tersebut. Seperti saya katakan tadi, Indonesia mempunyai pengalaman yang baik karena mempunyai politik yang demokratis, ekonomi terbuka untuk mengambil manfaat yang ada. Tapi efeknya ialah apabila tidak dipersiapkan suatu demokrasi dengan baik maka akan menimbulkan disharmoni dalam masyarakat yang ada.

Karena itulah, maka saya harapkan pada konferensi ini, seminar ini, merefleksikan hasil-hasil yang baik untuk kita semua.

Dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan forum demokrasi Bali yang ke-10 dibuka dengan resmi.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

 

Transkripter: Arief Hendratno