Jakarta. Indonesia merupakan negara dengan penduduk ke-empat terbesar di dunia. Namun, besarnya jumlah penduduk jangan dijadikan sebagai beban, tetapi justru sebagai sebuah potensi dan daya tarik dunia, terutama dalam rangka penanaman investasi di Indonesia. “Penduduk besar ini, bukan sebagai beban, tetapi keuntungan,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menjadi Keynote Speaker pada Seminar Tingkat Tinggi tentang Isu-Isu Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Senin, 21 September 2015 .
Menurut Wapres, saat ini beberapa negara di dunia seperti Jerman, Jepang, dan Singapura menghadapi permasalahan demografi dengan banyaknya penduduk usia tua dibandingkan dengan usia produktif (aging country). Jerman sendiri menerima para pengungsi dari Suria maupun Timur Tengah. Wapres memandandang, Jerman memahami keuntungan bonus demografi dengan menerima jutaan pengungsi tersebut. “Disamping upaya kemanusiaan, sebenarnya (Jerman) juga punya perhitungan ke depan secara ekonomis yang sangat penting. Jerman memang mengeluarkan biaya besar tetapi pada 5 tahun sampai 6 tahun yang akan datang memenuhi kebutuhan ekonominya dengan pekerja usia kerja yang baik dari pengungsi yang hampir 1 juta itu,” ungkap Wapres.
Wapres menilai Indonesia tidak perlu khawatir karena memiliki penduduk yang banyak. “Indonesia beruntung bahwa saat ini sampai dengan tahun 2030 kita dihadapi dengan bonus demografi usia produktif yang besar,” kata Wapres.
Namun, Wapres mengingatkan, banyaknya penduduk juga harus dibarengi dengan pengaturan yang baik. Sebab, penduduk adalah subjek dari pembangunan oleh karena itu pengelolaannya menjadi tanggung jawab bersama. Jika banyaknya populasi tidak dikelola dengan pas maka justru akan menjadi beban dimana jumlah lapangan pekerjaan akan lebih sedikit dibanding jumlah angkatan kerja.
Wapres menekankan, dalam kebijakan demografi yang dikembangkan oleh suatu negara adalah penting untuk melihat harmoni antara jumlah penduduk, pendidikan, lingkungan serta lahan. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan sektor industri dan pertanian, agar ketersedian lapangan kerja serta kebutuhan pangan tetap terjaga.
Disamping itu, lanjut Wapres, dibutuhkan perencanaan yang baik terutama dari sarana infrastruktur, perbankan, teknologi dan pendidikan. “Adanya pendidikan yang baik tidak ada perbedaan gender,” tegas Wapres.
Di awal acara Wapres menerima tiga buah buku, berjudul Studi Kasus Indonesia tentang Dinamika Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan, Monografi Migrasi Internal di Indonesia, dan Monografi Urbanisasi di Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Surya Chandra Surapaty, Kepala Perwakilan United Nations Population Fund Jose Feraris, dan Pakar Pembangunan Berkelanjutan Emil Salim. (Romansen)