Nusa Dua-Bali, wapresri.go.id—Usai meresmikan 15th Indonesian Palm Oil Conference and 2020 Price Outlook di Bali International Convention Center, Wakil Presiden (Wapres) KH. Ma’ruf Amin meninjau Posyandu Desa Pecatu Bali, Kamis (31/10/2019)

Di desa tersebut, Wapres melihat langsung gambaran seperti apa penanganan soal kesehatan masyarakat terutama pencegahan stunting atau anak kerdil. Wapres melihat upaya-upaya pencegahan stunting itu telah dilakukan secara sistematis. Mulai dari ibu hamil hingga usia balita 1000 hari bahkan ada sosialisasi itu dilakukan juga kepada para remaja pra nikah dengan memberikan pemahaman tentang stunting.

“Sebelum nikah itu sudah paham tentang bagaimana penanganan masalah stunting itu. Itu saya kira langkah yang harus kita pertahankan,” ujarnya kepada awak media.

Lebih lanjut, Wapres menjelaskan bahwa stunting di Bali tinggal 16% padahal tingkat nasional itu masih 27%, sementara standar internasional itu 20%.

“Ini di bawah standar internasional dan jauh di bawah nasional. Nah ini kita ingin juga mengembangkan penanganan stunting seperti di Bali ke seluruh Indonesia. Ini menjadi contoh baik ya,” pujinya.

Wapres meminta tingkat stunting yang secara nasional masih 27% itu agar diturunkan minimal menjadi 20 % sesuai dengan keinginn target internasional.

“Kita bisa menurunkan 7% itu. Bali sudah 16%. Itu yang pertama soal kesehatan mengenai ibu hamil yang juga cukup bagus. Dan juga pencegahan,” tuturnya.

Wapres pun mengingatkan kedepannya dalam penanganan masalah kesehatan itu lebih pada pencegahannya. Bukan kepada pengobatan penyakit yang memakan biaya tinggi.

“Pencegahannya itu melalui upaya-upaya sebelum dia terkena penyakit atau sudah ada penyakitnya tingkat awal, maka kita sudah antisipasi. Tidak seperti orang datang ke rumah sakit kalau stadiumnya itu sudah tinggi. Sehingga itu pengobatan rumah sakitnya kita menjadi biayanya mahal,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut Wapres menegaskan untuk penanganan pencegahan stunting berikut dananya agar disatukan dan penanganannya dilakukan secara bersama-sama.

“Tidak sendiri-sendiri, tidak sektoral. Dan pola-pola penanganannya pun supaya seragam sehingga capaiannya itu jelas. Terutama daerah-daerah yang masih tinggi (tingkat stuntingnya),” pungkasnya. (RN, KIP-Setwapres).