Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia

Pembukaan Muktamar Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia ke-3

Jakarta. Dalam pandangan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla meski berada di Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi asset perbankan syariah masih berada di bawah bank konvensional “Lembaganya banyak, tapi asetnya masih kecil. Artinya, masing-masing lembaga peranannya kecil,” kata Wapres ketika membuka Muktamar Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia ke-3 di Gedung Danapala Kementerian Keuangan, Kamis pagi 30 April 2015.

Prinsip dari pedagang menurut Wapres adalah setiap pengusaha ingin bisnisnya maju, untung dan efisien. Meski berdagang itu sunnah Rasulullah, tetapi masih banyak pengusaha yang belum mengerti tentang syariah. “Karena bisnis ini bukan hanya syariah,” kata Wapres.

Waprs menyampaikan bahwa kita harus dapat membawa ekonomi Islam itu menjadi kompetitif, menjadi sistem bukan hanya halal dan haram. Artinya adalah tingkat persaingan lebih baik, karena prinsip memenangkan persaingan adalah lebih baik, lebih murah dan lebih cepat. “Kalau bank syariah lebih mahal bagaimana menarik peminatnya?” ucap Wapres.

Kompetitif, artinya membawa sistem ini ke sistem yang lebih umum, sehingga mudah dipahami dan menggunakan bahasa yang umum. “Jangan merasa Islam itu hanya menjadi bahasa Arab. Di Malaysia berhasil karena umum,” ucap Wapres.

Wapres menjelaskan mengapa perkembangan ekonomi Islam di Indonesia terlambat dibanding Malaysia. Malaysia memulai institusi ekonomi Islam melalui tabungan haji pada tahun 1963 dengan metoda bagi hasil. Bagi hasil sebenarnya sama dengan joint venture atau ventura. “Ventura itu syar’i,” kata Wapres.

Oleh karena itulah mengapa begitu pentingya penggunaan bahasa Indonesia agar istilah yang digunakan mudah dikenal oleh masyarakat dibandingkan penggunaan istilah bahasa Arab dalam ekonomi Islam. Selain itu juga, tidak ada yang bertentangan satu sama lain. “Tidak ada pertentangan konvensional dan syariah,” kata Wapres.

Di awal sambutannya, Wapres menjelaskan bahwa ekonomi Islam atau syar’i memiliki arti menuju pusat mata air. Kenapa? Karena di negara Arab air adalah segala-galanya, sumber kemakmuran, kehindupan dan surga digambarkan air mengalir dan kehijauan serta dihuni bidadari. Karena itulah artinya mencapai kehidupan lebih baik atau kemakmuran. Sedangkan ekonomi Islam dalam arti luas membahas tiga hal, yakni tentang bisnis, keuangan dan investasi.

Sedangkan prinsip hukum ekonomi Islam, Wapres menyebut tiga hal, yaitu akidah, ibadah, dan muammalah. Tetapi menurut Wapres, terkadang kita terbelenggu oleh penggunaan bahasa Arab dalam pengembangan ekonomi Islam. “Tidak ada urusan dengan bahasa Arab, yang penting haram dan halal,” ujar Wapres.

Wapres menjelaskan bahwa selama tidak ada riba dalam perniagaan, dan bukan dari hasil berjudi, maka halal dia, serta tidak menjual barang haram. Jadi, kata Wapres, sebenarnya bila kita berbicara tentang ekonomi Islam sangatlah sederhana dari yang diperkirakan.

Awal Mula Berkembangnya Ekonomi Syariah

Dalam abad modern, ekonomi Islam lebih terbuka ketika oil shock terjadi pada tahun 1973 setelah perang Palestina. Setelan negara-negara Timur Tengah menjadi OPEC kemudian terjadi embargo minyak yang menimbukan shock di dunia. Saat itu Amerika Serikat mengalami inflasi dan Jepang juga kerepotan. Akibat peristiwa ini menunjukkan bahwa negara-negara Islam mempunyai kekuatan besar. “Timbullah dan mulailah ekonomi islam berjalan,” kata Wapres.

Peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat menyebabkan negara-negara di benua Amerika dan Eropa mencurigai kekuatan ekonomi Islam. Akibat kecurigaan ini, mendorong keinginan dari negara-negara Islam untuk menjadi kekuatan sendiri.

Saat terjadi krisis 2008, menunjukkan sistem perbankan syariah yang diterapkan di beberapa negara Islam menunjukkan ketahanan dari krisis dibandingkan dari sistem perbankan negara-negara barat.

Setelah perisitwa-peristiwa di atas itu, sistem syariah berkembang karena penerapan syariah bukan namanya. Untuk menjual sistem ini, maka istilah-istilah yang digunakan harus dipahami masyarakat luas. “Kebijakan yang lebih berpihak dengan member insentif. Jangan pula bank syariah memberi biaya tinggi,” kata Wapres.

Konsep ekonomi Islam adalah konsep sederhana, halal dan tidak haram. Sistem menjadi dakwah, jangan dakwah memaksakan sistem. Wapres mengingatkan agar jangan memaksakan sistem ini untuk menjadi selera orang, tetapi selera dialah yang harus kita pelajari. “Ekonomi kita tumbuh dan makin banyak umat yang masuk bisnis,” pesan Wapres.

Sebelum menyampaikan sambutan, Wapres menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Ikatan Ahli Ekonomi Islam dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan, dan Kementerian Keuangan. Tampak hadir pada acara ini, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad dan Menteri Keuangan selaku Ketua IAEI Bambang Brodjonegoro.

***