Jakarta-wapresri.go.id. Prinsip Indonesia yang selalu tercermin dalam lambang negara adalah berbeda-beda tetap satu. Prinsip ini bukan hanya dipraktekkan dalam hal pemerintahan dan kenegaraan, tetapi juga dalam hal beragama.

“Kita tidak ingin perbedaan itu menjadi tempat kita bermusuhan. Tapi perbedaan itu menjadi tempat kita bersatu. Itu penting juga di ajaran Al Quran, jadi kalau perbedaan itu rahmat, bukan sebagai tempat kita berkonflik,” ujar Wakil Presiden (Wapres) ketika memberikan sambutan pada Penutupan Musabaqah Hafalan Al Quran dan Hadits Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz Al Saud Tingkat Asia Pasifik ke-7 Tahun 2016, di Istana Wakil Presiden, Merdeka Selatan, Kamis (21/4/2016).

Menurut Wapres, hal ini merupakan makna dari Musabaqah. Tidak hanya sekedar menghafal ayat-ayat Quran, melainkan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana banyak di sebutkan dalam Al Quran agar umat Islam bersatu.

Namun, lanjut Wapres, kenyataannya di negara-negara Islam sendiri kini banyak terjadi konflik, seperti di Syiria, yang menyebabkan jutaan penduduknya hijrah ke negara non-Muslim untuk mencari keselamatan. Padahal, dahulu Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk mendapatkan kebaikan yang lebih baik dan menyebarkan Islam.

“Kita bisa menangis melihat jutaan orang itu, yang sebagian besar dari mereka meninggal di laut untuk mencari keselamatan,” ungkap Wapres prihatin.

Wapres mencermati, sumber kekacauan adalah dari negara Islam yang gagal, karena diserang oleh negara-negara besar, yang menyebabkan munculnya terorisme dan radikalisme. Alqaida muncul dari Afghanistan, sedangkan ISIS muncul dari Irak dan Syria.

“Itulah radikalisme dan terorisme, tidak bisa diselesaikan kecuali satu, kedamaian di negara kita masing-masing,” tegas Wapres.

Wapres menyayangkan media yang tidak proporsional dalam menyajikan berita tentang terorisme.

“Tigapuluh lima [orang] meninggal di Brussels, semua orang di dunia syok dan menjadi berita berhari-hari, berminggu-minggu. Tentu kita sedih kita menyesalkan tigapuluh lima [orang] meninggal. Tapi bagaimana jutaan umat Islam yang mati di Suriah, di Yaman, di Irak, di Afghanistan, di Libya, menjadi hal yang biasa,” ungkapnya.

Wapres mengimbau agar negara-negara Islam bersatu menjaga perdamaian. Apalagi di negara-negara ini telah diberikan rahmat oleh Allah dengan sumber daya yang melimpah. 2/3 minyak dan gas di dunia ada di negara Islam, termasuk Indonesia.

“Tapi itu semua harus memberikan rahmat kepada sesama. Tidak saling menghancurkan negara ini dengan persatuannya,” seru Wapres.

Wapres mengundang umat Islam untuk memulainya dari sumber yang paling keras, yakni perdamaian di Palestina. Walaupun telah diselenggarakan KTT OKI di Indonesia dan Turki, tapi belum membuahkan hasil yang signifikan.

“Disamping keinginan, tetapi praktiknya kita masih belum mencapai kesatuan sehingga timbul korban yang begitu besar daripada kita semuanya,” sesal Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres mengajak umat Muslim untuk selalu bersatu dan berpedoman pada Al Quran dan hadits. Walaupun muslim di seluruh dunia berbeda bahasa dan budaya, tetapi agama dan ajarannya tetap Islam.

“Semoga musabaqah yang dilaksanakan ini dan juga semangat dari kita semua, tetap semangat persatuan dan kedamaian,” pungkas Wapres.

Sebelumnya, Pangeran Khalid Bin Sultan Bin Abdul Aziz Al Saud menyampaikan umat Islam hendaknya memaknai dan mengamalkan Al Quran dan Hadits dengan cara Islam Wasathiyyah, yakni Islam jalan tengah, tidak ke ke kiri dan ke kanan, tidak berfikir secara radikal. Islam Wasathiyyah ini juga diamalkan dalam perbuatan sehari-hari, dialog, melaksanakan akidah, dan juga penegakan hukum.

Ia berharap musabaqah ini dapat memperbaiki tiga hal, meningkatkan pemahaman tentang perbedaan budaya masing-masing peserta, menjaga keaslian Quran dan hadits, serta menghasilkan penafsiran makna Qur’an dan hadits yang jauh dari pemikiran radikal.

Sementara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melaporkan peserta yang mengikuti Musabaqah tingkat Asia Pasifik Tahun ini sebanyak 150 peserta dari 25 negara dan 24 pendamping dari 24 negara. Peserta yang resmi tercatat sebanyak 103 peserta dan 17 official dari 18 negara. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari, dari tanggal 18 sampai dengan 20 April 2016 di Masjid Istiqlal.

“Musabaqah hafalan Al Quran dan hadits ini diharapkan menjadi pendorong berkembangnya pendidikan Al Quran dan hadits di kawasan Asia Pasifik. Minat generasi muda Islam antar bangsa harus ditumbuhkan tidak sekedar untuk menghafal tetapi sekaligus menggali dan mengeksplorasi ilmu-ilmu Al Quran dan hadits untuk kemajuan masyarakat, ilmu pengetahuan, tegaknya keadilan, kebenaran, dan perdamaian di dunia,” ujar Lukman.

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPR Zulkifli Hasan dan perwakilan Duta Besar dari negara-negara sahabat. (KIP, Setwapres)