Jakarta. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengharapkan pembangunan transmisi dan gardu induk dapat dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan pembangkit listrik yang sedang dikerjakan di beberapa daerah. Dengan demikian, distribusi pasokan listrik dapat segera dialirkan bila pembangkit, transmisi dan gardu induk telah selesai dalam waktu yang sama.

“Jangan sampai terulang lagi pengalaman yang dulu. Pembangkit selesai, tapi listrik belum bisa mengalir, karena transmisi belum dibangun,” pesan Wapres saat memimpin rapat tentang kelistrikan yang diikuti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Dirut PLN Sofyan Basir beserta jajarannya di Kantor Wakil Presiden, Rabu 16 Desember 2015.

Pada tahun ini, Sofyan Basir memaparkan, PLN akan menyelesaikan penandatanganan kontrak dan tender pembangunan pembangkit listrik dengan total kapasitas 17.488 MW dari target program 35.000 MW yang telah dicanangkan pemerintah dalam kurun waktu 5 tahun sampai 2019.

Mengiringi pembangunan pembangkit listrik, Sofyan melanjutkan, PLN juga akan membangun Gardu Induk dan transmisi secara bersamaan. Total gardu induk yang akan dibangun mencapai 1375 gardu. Namun demikian, pembangunan tersebut tidak mudah dan cepat, disebabkan oleh kendala ketersediaan lahan, terutama di perkotaan seperti Jakarta. Selain itu, harga tanah yang mahal juga menjadi permasalahan lainnya.

Menyiasati pengadaan lahan tersebut, PLN melakukan kerjasama dengan beberapa pihak, seperti Gubernur DKI Jakarta untuk menggunakan tanah milik pemda dengan perjanjian sewa. Untuk itu PLN masih akan terus berupaya mencari lahan kosong agar pembangunan transmisi dapat terus berjalan. Dirut PLN menjanjikan seluruh transmisi selesai dibangun sebelum pembangkit listrik selesai.

Menanggapi kendala ketersediaan lahan itu, Wapres meminta PLN untuk mengganti untung bukan rugi bagi warga masyarakat yang memiliki lahan. Hal itu, dikarenakan nilai tanah persentasenya relatif kecil bila dibandingkan dengan nilai total investasi secara keseluruhan.

“Seperti pembangunan jalan tol, harga tanahnya di bawah lima persen, relatif kecil nilainya. Berikan sedikit keuntungan untuk rakyat agar sejahtera,” seru Wapres.

Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said, mengingatkan kepada PLN agar tetap fokus kepada program dan rencana yang telah dibuat. Fokus itu, lanjut Sudirman, dapat ditunjukkan dengan perubahan struktur, behaviour dan budaya kerja di lingkungan internal PLN. Hal itu patut menjadi perhatian, karena ke depan PLN akan mengelola ledakan volume energi listrik yang besar.

Mencermati ledakan volume listrik, Wapres berpendapat pasokan listrik yang besar tersebut nanti akan berguna memenuhi semua kebutuhan listrik, terutama industri. “Supply ceate demand, seperti bangun jalan kemudian berdiri rumah-rumah di sekitarnya. Listrik juga akan menumbuhkan industri,” jelas Wapres.

Melihat kebutuhan listrik yang semakin besar ke depan, Wapres mengharapkan PLN nantinya tidak hanya menjadi perusahaan yang memproduksi listrik, namun lebih dari itu sebagai distributor atau penjual jasa listrik. PLN diharapkan bisa mendapatkan energi listrik dari mana saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sebelum mengakhiri rapat, Wapres juga berpesan agar nanti PLN menjadi perusahaan yang besar dan membawahi beberapa anak perusahaan yang mengatur listrik di daerah-daerah secara otonom dan mandiri. “Agar jangan nanti, yang mati listrik di Kupang, tapi yang pusing di Jakarta,” pungkas Wapres.