Nusa Dua Bali. “Kelapa sawit merupakan komoditas yang bernilai strategis, hal itu karena sawit tidak hanya untuk kepentingan korporasi tetapi juga sebagai sumber devisa untuk kemaslahatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”. Demikian kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada acara Peresmian Pembukaan “11th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2015 and 2016 Price Outlook” di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, hari Kamis, 27 November 2015.
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, bahwa setidaknya ada tiga hal penting pemerintah menganggap bahwa kelapa sawit sebagai sesuatu hal yang sangat berharga, yakni pertama, minyak sawit atau crude palm oil (CPO) adalah sebagai suatu sumber untuk kehidupan dan makanan masyarakat dunia; kedua, besarnya manfaat sawit dunia karena Indonesia mempunyai andil; dan ketiga, CPO merupakan hasil perkebunan yang memberikan manfaat terbesar di Indonesia setelah padi. “Ketiga esensi tersebut, maka kelapa sawit memberikan sumbangsih yang besar terhadap pendapatan masyarakat secara keseluruhan,” tegas Wapres.
Menurut Wapres, fungsi CPO bukan hanya untuk makanan, melainkan juga untuk komoditas industri. “Lebih dari itu, kelapa sawit merupakan komoditas bernilai strategis, yang tidak hanya untuk kepentingan korporasi, tetapi juga sebagai sumber devisa yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat di negeri ini,” ungkap Wapres. Terhadap fungsi sawit sebagai penghasil devisa, Wapres meminta hal tersebut tidak untuk dijadikan simpanan devisa di luar negeri oleh para pengusaha, tetapi benar-benar untuk kesejahteraan rakyat, kata Wapres.
Diawal acara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono melaporkan bahwa harga sawit dunia saat ini sedang mengalami penurunan, disamping itu para pengusaha perkebunan sawit menghadapi permasalahan antara lain sering terjadinya kebakaran hutan dan kebun sawit yang merugikan berbagai pihak termasuk para pengusaha itu sendiri, namun disisi lain adanya anggapan sejumlah pihak bahwa hal tersebut sebagai unsur kesengajaan yang dilakukan oleh para pengusaha sawit.
Disamping itu ia menyampaikan pula bahwa kelapa sawit merupakan komoditas sangat penting karena menghasilkan devisa yang besar bagi negara, maka Ketua GAPKI meminta agar kelapa sawit ditetapkan sebagai komoditas strategis.
Dalam pandangan Wapres, terhadap adanya permasalahan penurunan harga sawit, hal tersebut tidak akan secara drastis sebagaimana penurunan harga barang industri lain seperti besi baja, dan sebagainya. Hal tersebut menurut Wapres, karena minyak sawit sebagai makanan akan tetap dibutuhkan orang. “Minyak kelapa sawit akan tetap dibutuhkan masyarakat sejalan dengan pertumbuhan penduduk,” kata Wapres.
Disisi lain adanya permasalahan kebakaran hutan yang berdampak pada kerugian berbagai pihak, termasuk para pengusaha perkebunan sawit dan kerusakan ekosistem, Wapres meyakini bahwa kebakaran tersebut bukan merupakan unsur kesengajaan, namun kata Wapres, Pemerintah perlu melakukan moratorium terhadap pengembangan lahan gambut untuk mengurangi kerusakan ekosistem yang setiap tahunnya terus bertambah. “Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan harus berpartisipasi memperbaiki ekosistem agar tidak rusak,” tegas Wapres.
Selain itu, lanjut Wapres mengingat tropical forest Indonedia juga memberikan manfaat bagi dunia sebagai paru-paru dunia, maka penduduk dunia diminta juga untuk ikut menjaganya.
Sambutan Wapres tersebut diakhiri dengan pemukulan gong sebagai tanda diresmikannya pembukaan acara “11th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2015 and 2016 Price Outlook”. (Supriyanto).