Jakarta, wapresri.go.id – Perkembangan teknologi menentukan arah bisnis di masa depan sehingga cara berpikir di bidang ekonomi setiap 30 tahun mengalami perubahan. Untuk itu saat ini bisnis berfokus pada nilai dan bukan lagi keuntungan saja.

“Dulu Saya memulai bisnis retail telepon dengan modal USD400.000. Namun memasuki tahun 2000 merugi karena handphone mulai berkembang. Tren globalisasi dan multinational company mulai bergeser,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menjadi Keynote Speaker pada acara Mandiri Beyond Wealth 2019 di Grand Ballroom The Ritz Carlton Hotel Pasific Place Jakarta, Selasa (7/8/2019).

Dalam acara yang bertemakan “Empowering Future Generations Through Business Innovations” ini, Wapres mengatakan bahwa perkembangan teknologi menjadi sebuah kebutuhan. Peristiwa pemadaman listrik secara luas beberapa hari lalu menghambat komunikasi, penyampaian update berita, dan transaksi bisnis serta perbankan. Oleh karena itu, perlunya menggali kekuatan ekonomi untuk menyikapi perubahan yang terjadi akibat perkembangan teknologi.

“Di tahun 1930an ada pemikiran bahwa perekonomian perlu campur tangan pemerintah. Tiga puluh tahun kemudian berubah terbalik, maka muncul neoliberalisme, divestasi, dan globalisasi. Sekarang, negara kapitalis yang liberal berubah menjadi proteksionis, negara sosialis yang proteksionis malahan menjadi liberal,” ujar Wapres.

Untuk itu, lanjutnya, Pemerintah Indonesia perlu memperluas pasar dengan percepatan free trade agreement. Pasar yang besar merupakan kekuatan perekonomian Indonesia karena didukung oleh jumlah penduduk yang besar.

“Dengan Australia sudah. Masih dijajaki dengan beberapa negara lain,” ungkap Wapres.

Lebih jauh Wapres menekankan bahwa masyarakat harus memiliki skill sebagai pebisnis ataupun pekerja sehingga ada pendapatan. Pendapatan yang merata akan meningkatkan kesejahteraan. Negara yang sejahtera mampu membangkitkan investasi dan merangsang peningkatan ekspor.

“Peran investasi Pemerintah melalui APBN sekitar 18%. Selebihnya adalah investasi swasta. Pemerintah juga menargetkan tingkat suku bunga menjadi 7%. Investasi meningkat, ekspor meningkat, maka pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Ini yang akan menghidupkan perbankan, dan bukan tingginya suku bunga,” tegas Wapres.

Sebelumnya, Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menyampaikan acara Beyond Wealth ini merupakan acara rutin Bank Mandiri bersama nasabah prioritas sejak tahun 2015. Tujuannya agar mereka menjadi High Networth Individuals (HNWI) perseroan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Pada kesempatan ini Bank Mandiri yang memiliki nasabah sebesar 55.000 sedang membangun platform digital wealth sebagai media yang memungkinkan nasabah HNWI melakukan investasi langsung dan akan diluncurkan pada tahun 2020.

Turut mendampingi Wapres pada acara ini Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar dan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Informasi Husain Abdullah. (RMS/AF/SK-KIP, Setwapres)