Jakarta, wapresri.go.id – Penyelesaian masalah radikalisme saat ini tidak lagi cukup dilakukan melalui pendekatan politik dan militer. Namun diperlukan pendekatan lain, yakni keagamaaan, dengan memperkuat kerukunan umat beragama, sehingga diharapkan mampu membangun dunia yang lebih aman dan damai.
“Saya berharap ada pendekatan melalui keagamaan dari tokoh-tokoh agama, Islam, Protestan, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha untuk membangun dunia yang lebih aman dan damai,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat menyampaikan sambutannya pada Peluncuran 8 Buku Prof. Azumardi Azra dengan tema “Politik Global dengan Islam Wasathiyah: Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme” di Ruang Teater Lantai 2 Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta, Rabu (04/03/2020).
Pada kesempatan tersebut, Wapres menyampaikan apresiasi dan penghargaannya kepada Prof. Azumardi Azra yang telah banyak menulis buku yang dapat memberikan inspirasi, bahkan dapat mengubah cara berpikir menjadi Islam Washatiyah.
“Mengenai pandangan tentang Islam Wasathiyah, Saya cenderung menyangkut cara berpikir dan cara bergerak, fikrotan, cara berpikirnya moderat, tidak tekstual,” ucapnya.
Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa berpikir wasathiyah yang moderat dinamis, tidak statis, tetapi bermanhaj, ada metodologi berpikir, santun dalam bergerak sesuai dengan yang dilakukan Nabi, juga mengajak orang dengan sukarela untuk bertoleransi dan saling memberi.
“Kemarin Wasekjen Rabitah Al-Alam Al-Islami menyatakan bahwa model kehidupan Indonesia nasional inilah yang menjadi cerminan kehidupan global, walaupun agamanya majemuk, karena kita umat Islam mematuhi kesepakatan nasional. Kita bisa rukun karena umat Islam mayoritas mematuhi kesepakatan, kita punya kesepakatan nasional. Negara ini merupakan negara kesepakatan (Darul Mitza), sehingga semua harus terjaga,” tegas Wapres.
Wapres mengatakan bahwa menurutnya Indonesia merupakan cerminan Islam Wasathiyah atau yang sering disebut sebagai Islam Nusantara.
“Ada produser Itali yang datang ke Indonesia dan ingin melihat Islam Nusantara itu seperti apa, melihat kondisi kerukunan umat beragama di Banten ada suku Badui, Jawa Tengah ada Borobudur, ke Bromo (Pasuruan) melihat orang Hindu di tengah masyarakat Islam di sana,” tuturnya.
Wasathiyatul adliyah, lanjutnya, diperlukan untuk membangun persaudaraan, persahabatan dan situasi yang kondusif. Untuk itu, Wapres berharap nantinya akan ada pertemuan para tokoh agama sedunia yang mampu meminimalisir kelompok radikal atau teroris.
“Saya telah menyampaikan kepada Presiden. Pertemuan tokoh agama tersebut bertujuan untuk merukunkan kehidupan umat beragama sekaligus umat beragama bisa merukunkan konflik-konflik global yang terjadi,” pungkasnya.
Adapun delapan buku yang diluncurkan berjudul
1. Fenomena Beragama: Dari Dunia Arab Hingga Asia Pasifik
2. Politik Global Tanpa Islam
3. Moderasi Islam di Indonesia
4. Menjaga Indonesia : Dari Kebangsaan hingga Masa Depan Politik Islam
5. Membebaskan Pendidikan Islam
6. Gerakan Pembebasan Islam
7. Indonesia Bertahan: Dari Mendirikan Negara Hingga Merayakan Demokratisasi
8. Relevansi Islam Wasathiyah: Dari Melindungi Kampus Hingga Mengaktualisasi Kesalahan.
Hadir pula dalam kesempatan tersebut Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Jalil, Bachtiar Chamsyah, dan Lukman Hakim.
Sementara Wapres didampingi Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, Anggota Tim Ahli Wapres Saleh Husin dan Fadhil Hasan, dan Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Abdul Muis. (SA/AF-KIP, Setwapres)