Jakarta-wapresri.go.id Ada tiga hal pokok yang saat ini menjadi perhatian dunia. Pertama, hak asasi manusia (HAM) yang selalu mejadi bagian yang diperjuangkan dan dibela, kedua, demokrasi yang memberikan manusia kebebasan, dan ketiga, lingkungan hidup yang memberikan kehidupan lebih baik bagi kehidupan manusia. Untuk itu perlunya menjaga kelestarian lingkungan hidup termasuk hutan.

“Lingkungan hidup tentu tidak terpisah dari hutan, apalagi di Indonesia ini yang walaupun hutannya sangat berkurang tapi masih mempunyai bagian hutan kurang lebih 100 juta hektar yang harus dijaga, direhabilitasi dan diperluas,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Pameran Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia ke-20, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Kamis (9/6/2016).

Wapres mengungkapkan, pada tahun 60-70an pernah terjadi kesalahan besar, karena ada anggapan membabat hutan sama dengan kemakmuran. Sehingga banyak orang kaya yang mempunyai jutaan hektar hutan siap membabatnya. Tindakan ini tidak diiringi dengan penanaman kembali sehingga pembabatan hutan yang dimaksud untuk kemakmuran bangsa malah menyebabkan kemiskinan bangsa.

“Tugas kita semua adalah merehabilitasi semua itu. Dan saya yakin ongkos merehabilitasinya jauh lebih besar daripada manfaat sebelumnya daripada pembabatan itu. Jadi ini adalah kesalahan kita bersama,” ungkap Wapres.

Untuk itu, Wapres menambahkan, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan perlu ditingkatkan sehingga dibutuhkan hukum yang jelas.

“Kesadaran selalu timbul daripada hukum, dan kesadaran baru bisa efektif apabila hukum berjalan dengan baik. Hal Itulah yang akan menjadikan hidup lebih baik pada masa yang akan datang, yang akan kita berikan kepada anak cucu kita, kepada kita semua dan kepada dunia ini,” tegas Wapres.

Wapres juga menekankan bahwa kerjasama antar masyarakat, pengusaha, serta LSM yang banyak memberikan bantuan dan komentar yang baik harus dihargai karena tanpa peringatan dari para aktivis dikhawatirkan masyarakat akan terlena dan tidak menjaga lingkungan. Oleh karena itu, Wapres menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak dan diharapkan dapat tetap bekerja bersama-sama untuk menjalankan hidup lebih baik.

Menutup acara, Wapres kembali mengingatkan bahwa penting menjaga lingkungan secara bersama-sama untuk kehidupan hari ini dan masa depan lebih baik.

“Kita tidak datang hanya karena dunia meminta itu, kita hadir disini untuk kehidupan yang lebih baik, untuk anak cucu kita, jadi keberlanjutan sangat bergantung terhadap apa yang kita lakukan hari ini,” pungkasnya.

Sebelumnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melaporkan dalam sambutannya bahwa Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity dan rumah dari 17% total spesies yang ada di dunia, oleh karena itu upaya pencegahan atas kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa liar mendapatkan perhatian sangat serius.

“Upaya pemerintah dalam melindungi tumbuhan dan satwa liar telah dilakukan dengan penetapan spesies dilindungi yang hingga saat ini telah ditetapkan sebanyak 592 spesies langka yang terdiri dari tumbuhan dan satwa. Dalam 5 bulan terakhir juga telah lahir 7 Badak Jawa, 1 Badak Sumatera, 8 Harimau, 3 Macan tutul, 1 Harimau Siberia, 2 Jerapah, 1 Beruang Madu, 1 Banteng, 1 Anoa, dan 1 Babi Rusa,” ungkap Siti Nurbaya.

Selain membuka acara Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wapres juga memberikan nama pada 2 anak gajah Sumatera yang lahir di Taman Nasional Tesso Nilo dan Taman Nasional Way Kambas, dan 1 anak Banteng yang lahir di Taman Nasional Baluran, serta melakukan kunjungan ke booth peserta pameran.

Acara ini dihadiri pula oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Mantan Menteri Lingkungan hidup Emil Salim, dan Mantan Menteri Kehutanan Djamaloedin Soeryohadikusumo.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat, dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (KIP, Setwapres)