New York, 27 September 2015
Yang Mulia Presiden Ellen Johnson Sirleaf,
Yang Mulia Presiden, Perdana Menteri David Cameron,
Yang mulia para hadirin,
Para peserta yang terhormat,
Pertama-tama saya ingin mengapresiasi Perdana Menteri Cameron atas inisiatifnya mengadakan pertemuan ini. Tiga tahun yang lalu, pertemuan pertama panel tingkat tinggi diadakan di New York pada 25 September 2012. Setahun kemudian, pada 30 Mei 2013, Presiden Indonesia, atas nama Para Ketua Panel Tingkat Tinggi, menyerahkan laporan akhir panel tersebut kepada Sekretaris Jenderal PBB.
Hari ini, kita berkumpul kembali di sini di sela-sela agenda penting Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang pengesahan agenda pembangunan 2030.
Merupakan kehormatan bagi Indonesia untuk berada di antara Para Ketua Panel dan para delegasi yang terhormat, untuk menunjukkan komitmen kami untuk bekerja sama mewujudkan agenda pembangunan berkelanjutan tersebut.
Yang mulia para hadirin,
Para peserta yang terhormat,
Tahun ini kita telah menyusun suatu agenda pembangunan global yang akan membentuk dan membingkai strategi pembangunan global kita untuk lima belas tahun yang akan datang.
Dewan Panel memiliki peran besar dalam membentuk agenda tersebut. Dewan Panel telah memberikan pencerahan tentang bagaimana memberantas kemiskinan yang ekstrem dan memastikan tak satu pun negara tertinggal di belakang.
Dewan Panel juga telah menyimpulkan bahwa agenda tersebut perlu digerakkan oleh lima perubahan transformatif yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan, dan mencapai kemitraan global. Perubahan paradigma ini telah dengan secara baik terekam dalam 17 tujuan SDGs (sustainable development goals/tujuan pembangunan berkelanjutan).
Pertemuan hari ini penting untuk memperbarui komitmen kita untuk melakukan implementasi secara bersama-sama, efektif, praktis dan dan inklusif .
Berdasarkan laporan Dewan Panel dan Dokumen Hasil SDGs, izinkan saya untuk menggarisbawahi beberapa poin untuk implementasi agenda tersebut selama 15 tahun yang akan datang:
Pertama, kemiskinan masih menjadi tantangan global.
MDGs telah mencapai beberapa hasil yang sangat signifikan. Secara umum, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan yang ekstrem telah berkurang dari 1,9 miliar pada 1990 menjadi 836 juta pada 2015.
Namun, di tengah capaian ini, 1,2 juta orang masih hidup dalam kemiskinan. Kesenjangan pendapatan antar negara masih ada dan bahkan terus tumbuh.
Kondisi ini diperparah dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah, krisis keuangan, dan bencana alam yang sering terjadi.
Oleh karena itu, pemberantasan kemiskinan harus tetap menjadi prioritas tertinggi kita.
Upaya perlu diintensifkan untuk menyelesaikan agenda pemberantasan kemiskinan dan untuk memberikan suatu fondasi yang kokoh bagi agenda yang baru.
Kedua, pembangunan berkelanjutan adalah inti dari agenda global itu.
Untuk menyelesaikan masalah global, hanya dengan pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup. Pertumbuhan ekonomi harus didukung dengan distribusi pendapatan yang setara, akses terhadap kebutuhan dasar bagi semua, dengan tetap melestarikan dan melindungi lingkungan.
Agenda pembangunan baru tersebut memberikan keseimbangan dan mengintegrasikan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan. Agenda tersebut juga berlaku untuk semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Beberapa negara berhasil keluar dari status negara berkembang dengan pendapatan rendah menjadi negara dengan pendapatan menengah. Tetapi, negara-negara berpendapatan menengah (middle income countries/MIC) tidak kebal terhadap tantangan dunia. Gejolak ekonomi terkini, misalnya, telah mebuat negara-negara tersebut menjadi rentan.
Ketiga, masyarakat internasional harus bertindak bersama.
Implementasi agenda tersebut memerlukan komitmen dan kemitraan global untuk bertindak.
Upaya kita untuk mencapai tujuan yang ambisius ini akan lebih mungkin tercapai jika didukung dengan komitmen yang kuat terhadap kemitraan global yang bertujuan untuk mendukung pembangunan yang adil dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kemitraan global yang kokoh demi suksesnya implementasi agenda pembangunan pasca-2015 tersebut harus didasarkan pada pada prinsip-prinsip transparansi, inklusifitas, dan persamaan. Kemitraan tersebut harus cukup kuat untuk membuat perubahan dunia yang diperlukan.
Sebagai kesimpulan, Yang Mulia para hadirin, izinkan saya untuk menegaskan kembali bahwa dokumen hasil agenda pembangunan pasca-2015 telah secara komprehensif terekam dan sejalan dengan pertimbangan Panel Tingkat Tinggi Para Tokoh Terkemuka tentang Agenda Pembangunan Pasca-2015.
Kini kita telah meletakkan sebuah fondasi yang kokoh demi masa depan yang lebih baik. Saya berharap bahwa pada 2030, semua anak laki-laki dan perempuan akan mengenyam pendidikan tinggi, hidup yang sehat terwujud bagi semua, dan kita akan melihat sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan dan kelaparan.
Terima kasih.