Nusa Dua – Bali, wapres.go.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) bertemu dengan CEO World Bank Kristalina Georgieva yang berlangsung tertutup di Hotel Westin Nusa Dua-Bali, Rabu sore, 10/10.

Dalam keterangan persnya, Wapres JK menyampaikan bahwa pertemuan tersebut membicarakan tentang program-program yang telah dijalankan dalam pembangunan infrastruktur, turisme, stunting, kesehatan, dan lain sebagainya.

Selain itu, kata Wapres JK, pertemuannya juga membahas tentang bagaimana bekerja bersama-sama untuk revitalisasi Lombok dan Palu pascagempa dan tsunami.

“Ini sangat penting karena kita harus bekerja segera. Jadi mereka sudah mengatur dan itu segera kita realisasikan hal tersebut untuk segera merehabilitasi,” tuturnya.

Sementara di tempat yang sama, Kristalina dalam keterangan persnya menyampaikan bahwa mereka sangat sedih dengan apa yang terjadi di Indonesia, khususnya gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu.

“Kami menghargai kekuatan Pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menanggapi bencana tersebut. Kami tahu bahwa Indonesia berada dalam zona yang sering terkena bencana,” ucapnya.

Kristalina menambahkan bahwa World Bank bersemangat untuk bekerja bersama, sehingga Indonesia memiliki kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi bencana ini.

“World Bank ada di sini bukan hanya untuk pertemuan tahunan, tapi kami di sini juga hadir sebagai mitra Indonesia di kala kesusahan seperti yang dihadapi saat ini. Kami sangat ingin bekerja dan belajar bersama,” ujarnya.

Kristalina juga menyatakan dirinya telah memiliki komunitas internasional yang dapat menghadapi bencana yang lebih sering dan lebih menghancurkan daripada ini.

Merespon mengenai asuransi bencana, Wapres menyampaikan bahwa kedua pihak sudah membicarakan hal tersebut dalam pertemuan yang juga dihadiri Presiden World Bank.

Ditanya soal penanggulangan bencana, Kristalina menyarankan agar Indoneaia menanamkan modal lebih banyak untuk persiapan menghadapi dan pencegahan bencana, serta bagaimana membangun setelah terjadi bencana.

“Kami siap mendukung, membagun kembali sekolah-sekolah, rumah sakit, perumahan yang tahan gempa ketika bencana itu datang lagi,” ungkapnya.

Kristalina menambahkan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

“Satu dollar investasi untuk pencegahan, akan bernilai 4-7 dollar saat terjadi bencana. Chile adalah salah satu contoh kasusnya.” ungkap Kristalina.

Selain itu, Kristalina juga menceritakan bahwa World Bank telah bekerja di banyak negara seperti Turki dan Chile, di mana bencana alamnya lebih kuat daripada di sini (Indonesia).

“Yang bisa dipelajari dari pengalaman ini adalah kita harus meningkatkan standar konstruksi, menjamin masyarakat memiliki pola pikir manajemen risiko (bencana), dan secara bersama-sama saling mendukung ketika bencana itu datang, sehingga mampu meminimalkan korban dan mengurangi kerusakan,” terangnya.

Di kesempatan tersebut, CEO World Bank ini, juga berbagi pengalamannya saat bencana alam melanda Chile, hingga ditemukannya standar konstruksi yang sesuai untuk menghadapi gempa bumi.

“Chile mampu menahan gempa bumi terbesar ketiga dalam sejarah di dunia dan yang kami lihat di sana, bangunan-bangunan yang dibagun di sana sesuai untuk menahan gempa hingga mengurangi jumlah korban meninggal,” kenangnya.

“Untuk di Indonesia kami ingin meyakinkan bahwa negara ini juga dapat menahan bencana, dan melindungi masyarakatnya,” sambungnya.

Berkaitan dengan anggaran, hal tersebut akan dibahas kemudian, karena saat ini World Bank harus menyelesaikan asesmen dengan cepat mengenai nilai kerusakan secara ekonomi akibat gempa bumi dan tsunami di Indonesia.

“Kami bekerja dengan Pemerintah Indonesia untuk menentukan prioritas mana untuk konstruksi dan kemudian Pemerintah akan menyampaikan kepada kami apa yang dibutuhkan,” jelas Kristalina. (DM/RM, KIP-Setwapres).