Peringatan Hari Konstitusi dan Grand Final Cerdas Cermat Empat Pilar MPR Tingkat SLTA Se-Indonesia
Jakarta. Konstitusi memiliki sistem dan sistem itu bersifat dinamis. Kedinamisan dalam konstitusi merupakan suatu hal yang wajar, karena adanya perbedaan-perbedaan dan dinamika yang terjadi. Bahkan hingga kini Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah empat kali diamandemen. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada Peringatan Hari Konstitusi dan Grand Final Cerdas Cermat Empat Pilar MPR Tingkat SLTA Se-Indonesia di Gedung Nusantara IV Komplek MPR/DPR/DPD Jakarta, Selasa 18 Agustus 2015.
Perubahan mendasar pada UUD 1945 itu seperti mengedepankan demokrasi, sehingga pemerintah tidak lagi otoriter, serta kebebasan yang lebih terbuka. Perubahan itu juga menyangkut bidang ekonomi, penguatan otonomi daerah karena tidak ingin lagi sentralistik, sehingga lebih memberikan kekuatan kepada pemerintah daerah. Selain itu, kata Wapres, kita juga tidak ingin adalagi lembaga tertinggi negara, agar sistem check and balances dapat berjalan. “Pada jaman Orde Baru, MPR dengan mayoritas partai, dapat berbuat apa saja,” ujar Wapres.
Perubahan itu, lanjut Wapres, menunjukkan adanya dinamika sejarah bangsa. Walaupun kita semua menghormati UUD 1945, pasalnya tetap, tapi ayatnya berubah. Artinya UUD satu negara tentu bukanlah suatu jimat yang bersifat tetap. “Perubahan UUD adalah keniscayaan karena dinamika bangsa itu sendiri, tapi yang tidak berubah itu adalah falsafah bangsa itu sendiri,” kata Wapres.
Konstitusi bukan untuk dikramatkan, tapi untuk dilaksanakan. “Bagaimana UUD dilaksanakan dan falsafahnya tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Wapres.
Di awal sambutannya, Wapres menyampaikan bahwa kita memahami bahwa suatu bangsa didirikan berdasarkan kesepakatan, falsafah dan sejarah. Suatu bangsa akan teguh dan kokoh selama dapat menjalani prinsip, yang disebut konstitusi. “Tujuh puluh tahun yang lalu, kita sama-sama sepakat mendukung negara Republik Indonesia,” ujar Wapres.
Tentunya kita semua mengetahui bahwa suatu bangsa berdiri dengan berbagai cara dan dan falsafah yg beda, seperti Inggris yang didirikan dengan magna charta, Amerika Serikat dengan Declaration of Independence dan Malaysia yang berdiri dengan kesepatan raja-raja. Oleh karenanya, kata Wapres, kita harus dapat memahami falsafah kita, yakni Pancasila.
Menyebarluaskan Kesepakatan Bangsa
Kepada peserta Cerdas Cermat Empat Pilar MPR Tingkat SLTA Se-Indonesia, Wapres berpesan bahwa tujuan cerdas cermat ini bukan hanya ajang adu kecerdasan, tapi menyebarluaskan kesepakatan bangsa, kesepakatan kita semua. “Agar dapat melaksanakan kesepakatan berbangsa,” ujar Wapres. Peserta grand final cerdas cermat itu adalah SMA Negeri 1 Mojokerto, SMA Negeri 1 Ciomas, dan SMA Negeri 1 Wonosobo.
Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sambutannya mengatakan bahwa peringatan hari Konsitusi merupakan momentum elemen bangsa dan refleksi bagi seluruh bangsa Indonesia dalam menjalankan konstitusi untuk mewujudkan negara yang adil dan makmur. Konstitusi memiliki arti penting dalam berbangsa dan bernegara serta merupakan norma dasar. “Tidak ada konstitusi yang sempurna di dunia karena dituntut menyesuaikan perkembangan jaman,” ujar Zulkifli.
****