Palembang. Indonesia dihadapkan dengan 4 tantangan utama dalam hal ketahanan pangan. Yaitu, bertambahnya jumlah penduduk sehingga lahan sawah berkurang, kualitas yang terkadang tidak baik, pangan utama yang kurang bervariasi, serta pasar bebas dimana negara-negara lain dapat menjual produk pangannya di Indonesia. Untuk menjawab tantangan tersebut maka kuncinya adalah meningkatkan produk pangan dan sekaligus mensejahterakan petaninya. “Satu cara mensejahterakan petani, tingkatkan produktivitasnya,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada acara Hari Pangan Sedunia ke-35 di Desa Palu, Ogan Ilir, Palembang, Minggu, 17 Oktober 2015.

Menurut Wapres, selama ini, banyak anggapan bahwa untuk mensejahterakan petani adalah dengan menaikkan harga pangan, dalam hal ini beras. Namun Wapres menekankan bahwa anggapan tersebut keliru, karena pendapatan para petani 60 persennya untuk makanan. Sehingga jika harga beras naik, yang paling kena dampaknya adalah para petani. “Jika ada kenaikan, justru yang paling kena orang yang tidak mampu. Karena itu harus jaga stabilitas harga,” kata Wapres mengarahkan.

Di sini, lanjut Wapres, peran pemerintah sangat dibutuhkan. Untuk itu Wapres mengapresiasi kerja Depot-depot Logistis (Dolog) yang turut membantu menjaga stabilitas harga pangan.

Wapres menekankan, untuk meningkatkan produktivitas pangan maka harus memanfaatkan teknologi. “Dimana kunci produktivitas ialah teknologi, dimana kunci teknologi ialah pendidikan. Karena itulah maka selalu pangan itu dibarengi dengan teknologi yang baik,” ungkap Wapres.

Sementara, lanjut Wapres, keberhasilan produksi pangan tergantung pada benih, pengairan, pupuk, metode, serta kemampuan masyarakat dalam mengolah lahan pertanian. Pada kesempatan tersebut, Wapres mengapresiasi para penyuluh dari Kementerian Pertanian yang turut membantu petani untuk meningkatkan produktivitasnya.

Wapres mengungkapkan tantangan lainnya yang masih dihadapi adalah setiap tahun konsumsi beras Indonesia menurun. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor gandum 7 juta ton per tahun untuk menyeimbangkan konsumsi beras tersebut. Namun, Wapres berharap ke depan Indonesia tidak lagi mengimpor, dan hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas pertanian dalam negeri.  “Upaya kita semua adalah mengurangi impor. Oleh karena itulah diperlukan produktivitas yang baik, jangan kita tergantung dari luar baik itu beras, jagung, kedelai dan lain-lain,” tegas Wapres.

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menyampaikan bahwa Sumatera Selatan telah menjadi pusat perhatian isu kebakaran hutan dan asap. Namun, Alex mengungkapkan bahwa Sumatera Selatan telah meraih prestasi akselerasi peningkatan pangan dan palawija terbaik di Indonesia.

Dalam acara tersebut, dilakukan penyerahan bantuan alat mesin pertanian kepada 6 orang perwakilan kelompok tani berupa traktor, pompa, combine harvester, transplanter dan benih padi serta pembnagunan dan pengembangan rumah UPO dan biogas yang dilanjutkan dengan penandatanganan Sampul Peringatan 70 Tahun Food and Agriculture Organization (FAO) oleh Wakil Presiden.

Selain didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Wapres Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Perwakilan FAO Mark Muller.

Usai membuka Hari Pangan Sedunia, Wapres melakukan peninjauan Pameran Gelar Teknologi Bidang Pertanian di Jakabaring Sport City. Dalam kunjungan ke Sumatera Selatan kali ini Wapres beserta rombongan menggunakan Pesawat Khusus Boeing 737-400 TNI AU.

*****