Jakarta, wapresri.go.id – Negara dengan penduduk yang besar, maka membutuhkan layanan sosial dalam jumlah yang banyak pula, seperti layanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya, sehingga mampu membantu kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, guna mengoptimalisasi usaha yang telah dilakukan pemerintah, juga diperlukan kerja sama dari pelbagai pihak, mengingat  setiap tahunnya permintaan masyarakat akan layanan sosial terus meningkat.

“Kalau dulu masyarakat sudah cukup puas berobat di Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), sekarang ingin mendapatkan pengobatan yang lebih modern dan mendapatkan layanan yang terbaik. Dan terus ingin mendapatkan layanan lebih baik hingga berobat ke luar negeri,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat meresmikan Rumah Sakit Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (RS Yarsi), di Jalan Letjend Suprapto, Jakarta Pusat, Rabu (10/7/2019).

Hal ini, lanjut Wapres, merupakan tuntutan kehidupan yang lebih baik dan tidak bisa dihindari, maka muncullah layanan kesehatan yang makin kompetitif. Mengutip sambutan Ketua Yayasan Yarsi Jurnalis Udin sebelumnya, saat ini di Jakarta terdapat kurang lebih sebanyak 300 rumah sakit, sedangkan 50 – 60 tahun yang lalu hanya sekitar 10 rumah sakit.

“Sekarang hampir semua pelosok sudah ada rumah sakit, itu artinya kesadaran orang akan pentingnya layanan kesehatan makin tinggi. Karena itulah RS harus mengembangkan diri jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya,” pesannya.

Lebih jauh Wapres mengatakan, kesehatan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama, kesehatan dipengaruhi oleh genetika atau keturunan, kedua adalah kebiasaan atau gaya hidup, sedangkan faktor ketiga adalah lingkungan. Namun, ada fakor keempat sebagai ujung dari faktor yaitu rumah sakit.

“Jadi, rumah sakit adalah penampung dari ketiga faktor masalah jika kita tidak segera benahi,” jelas Wapres.

Wapres bercerita jika sedang melakukan kunjungan ke daerah, banyak pimpinan daerah yang bangga bahwa masyarakatnya antri di rumah sakit sejak subuh. Menurutnya, hal tersebut sebenarnya tidak sehat karena berarti kotanya terlalu banyak masyarakatnya yang sakit. Karena itu, rumah sakit harus mengubah cara berpikir bahwa rumah sakit sebagai amal bagi masyarakat yang membutuhkan bukan hanya sekedar komersial.

Selain itu, terang Wapres kemudian, rumah sakit saat ini berkembang sesuai kebutuhan dan keinginan masyarakat, tidak hanya berisi paramedis namun saat ini juga diisi para ahli teknologi, khususnya teknologi di bidang kesehatan.

“Karena itulah rumah sakit yang tanpa teknologi dan alat kesehatan (alkes) yang memadai tidak akan dapat memberikan layanan kesehatan yang optimal pada masyarakat,” tutur Wapres.

Wapres pun menambahkan, begitu juga dengan tuntutan layanan yang baik dalam hal non medis, untuk itu rumah sakit membutuhkan orang yang memahami bidang hospitality, seperti staf rumah sakit mulai dari satpam, resepsionis, layanan tenaga medis, layanan administrasinya, makanan dan fasilitas kamar layaknya sebuah hotel.

“Maka yang disebut rumah sakit modern pada dewasa ini harus mencakup tiga unsur tersebut. Tenaga kesehatan, ahli teknologi dan tenaga yang memahami layanan non medis, layaknya sebuah hotel. Dan tidak menutup kemungkinan sebuah rumah sakit dipimpin oleh bukan dari kalangan dokter, seperti orang yang mumpuni di bidang TI dan hospitality. Semua akibat dari perubahan tuntutan masyarakat dan persaingan antar rumah sakit,” terang Wapres.

Wapres mengingatkan bahwa RS Yarsi yang juga mengusung RS Syar’i tersebut harus ada pemahaman yang mendalam soal syariah yang dijalankan dalam pelayanan sebuah rumah sakit. Dalam pelayanan rumah sakit, dokter terbiasa menggunakan alkohol untuk melakukan tindakan, semisal membersihkan luka pasien.

Mungkin dalam syariah Islam, alkohol akan haram apabila dikonsumsi, namun hal itu tidak berlaku bagi tindakan dokter terhadap pasien.

“Kalau minum alkohol ya haram, tapi kalau alkohol untuk suntik ya halal,” tegas Wapres.

Mengakhiri sambutannya, Wapres tak lupa mengucapkan apresiasi dan berharap RS Yarsi dapat menjadi bagian dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan terus memberikan layanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Sebelumnya, Ketua Yayasan RS Yasri Jurnalis Udin melaporkan bahwa RS Yarsi memiliki beberapa unggulan dalam pelayanan kesehatan, namun untuk pelayanan menggunakan fasilitas Badan  Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS).

Meskipun RS Yarsi telah menyiapkan 15 poliklinik khusus peserta BPJS kesehatan, tetapi masih harus menunggu akreditasi rumah sakit diterbitkan.

“Target pelayanan bagi peserta BPJS dimulai tahun depan,” jelasnya.

Jurnalis juga menyebutkan RS Yarsi memiliki unggulan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang komprehensif, selain pelayanan unggulan RS Yarsi lainnya adalah klinik khusus lansia. Menurutnya, menghadapi tahun 2030, Indonesia diperkirakan memiliki masyarakat yang memasuki lansia sebanyak 10% dari 300 juta penduduk di Indonesia.

Untuk itu pihaknya telah memiliki sub spesialis khusus lansia yang antara lain memiliki sub spesialis pengobatan penyakit karena lansia.

“Dengan fasilitas yang dimiliki RS Yarsi maka RS Yarsi dapat melayani masyakarat dengan lebih baik,” harapnya.

Tampak hadir dalam acara tersebut Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. Sementara Wapres hadir didampingi Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto dan Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud.(GSH/AF-KIP, Setwapres)