Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillahirrahmanirrahim.

الحمد لله الذي أرسل سيدنا محمدا (ص) بكامل الشريعة وخالص الدين، الصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، سيدنا ومولانا محمد، وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد.
Yang terhormat Keluarga Besar Romo Kiai Ahmad Asrori Al-Ishaqi, Habib Umar Al-Jailani dari Makkatul Mukarramah, para Imam Khushushi, Al-mukarramin, para alim-ulama, para habaib dan para tokoh masyarakat; pengurus Jama’ah Al-Khidmah di semua tingkatan di seluruh Indonesia, pengurus Thariqat Qadiriyah wan Naqsabandiyah Utsmaniyah, hadirin-hadirat, rahimakumullah.

Puji-syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta ‘inayah-Nya kepada kita, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Majelis Dzikir Maulidurrasul SAW & Haul Akbar Jamaah al-Khidmah Jakarta.

Salawat serta salam mari senantiasa kita lantunkan kepada Nabiyullah Sayyidina Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Hadirin-hadirat yang terhormat, berzikir dan berdoa merupakan anjuran yang kuat dalam ajaran agama Islam. Nabi SAW bersabda: (ليس شيئ أكرم على الله تعالى من الدعاء ), tidak ada sesuatu lebih mulia di hadapan Allah daripada berdoa.

Berdoa merupakan inti ibadah (الدعاء مخ العبادة). Dalam berdoa kita merendahkan diri (tadharru’ wa tadzallul) di hadapan kemaha-agungan dan maha-kuasaan Allah. Dalam berdoa kita bergantung hanya kepada Allah. Bagi orang mukmin, tidak ada yang lebih indah dari ketergantungan pada zat Yang Maha Agung.

Berzikir dan berdoa berjemaah sebagaimana yang kita lakukan saat ini merupakan hal terpuji dan menyebabkan terkabulnya doa. QS. Al-Ahzab ayat 40 menyatakan: (يا أيها الذين آمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا), artinya, wahai orang beriman berzikirlah kalian kepada Allah dengan zikir yang banyak.

Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menafsiri ayat tersebut sebagai berikut:
مستوعبا لجميع أوقاتكم وحالاتكم، وبالغوا في ذكره، كي تصلوا من اليقين العلمي إلى العيني.
Artinya: “(berzikir yang banyak) yang memenuhi semua waktu dan aktivitas kalian, dan bersungguh-sungguhlah dalam berdzikir, supaya kalian sampai dari ilmul yaqin ke ‘ainul yaqin”.

Berzikir dengan sepenuh hati dan dilakukan dengan berjemaah menjadi kekuatan tersendiri untuk mempertebal keyakinan, dan menjadi penyebab terkabulnya doa yang dipanjatkan.

Hadirin-hadirat yang berbahagia, di acara kita ini, juga diselenggarakan haul, yaitu peringatan atas wafatnya seseorang untuk mendoakan, mengingat, mempelajari dan meneladani perilaku baik dari orang tersebut semasa hidupnya.

Rasulullah SAW setiap tahun hadir di Uhud untuk mendoakan para syuhada Uhud dan mengingatkan peristiwa Uhud kepada para sahabat lain yang masih hidup. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tersebut menjadi dalil bagi umat Islam untuk melakukan hal yang sama kepada figur dan tokoh tertentu yang dipandang mempunyai peran besar, khususnya dalam penyebaran risalah Islamiyah.

Di acara ini dibacakan manaqib atau sejarah singkat Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Diharapkan kita semua dapat memetik hikmah dan ‘ibrah dari manaqib tersebut, dan kemudian menjadi panduan dalam kehidupan keseharian.

Di antara isi manaqib tersebut ada satu kutipan nasihat dari Syaikh yang penting kita aktualkan dalam kehidupan saat ini:
إياكم أن تحبوا أحدا أو تكرهوه إلا بعد عرض أفعاله على الكتاب والسنة، كي لا تحبوه بالهوى وتبغضوه بالهوى
Artinya: “Jangan kalian menyukai seseorang atau membencinya sebelum menimbang semua perbuatannya dengan Al-Qur’an dan Hadis, supaya kalian tidak menyukai atau membenci seseorang berdasarkan hawa nafsu”.

Nasihat ini sangat relevan untuk diterapkan saat ini, di mana penilaian terhadap seseorang banyak disandarkan pada berita di media sosial, yang tidak jarang belum terkonfirmasi kebenarannya atau hoaks.

Sebagai orang yang beriman, kita harus memiliki filter atas berita-berita yang ada. Harus ada proses tahqiq dan tabayun atas kebenaran berita tersebut, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadis, sehingga tidak salah dalam menilai seseorang. Dengan demikian, nasehat Syekh Abdul Qadir al-Jilani tersebut sangat penting untuk kita ikuti dan sebarkan kepada orang lain.

Hadirin-hadirat yang saya hormati, di akhir sambutan ini, saya ingin mengapresiasi terselenggaranya acara ini. Acara yang dipenuhi dengan zikir, salawat kepada Nabi, dan doa bersama merupakan rangkaian ikhtiar yang harus terus kita lakukan. Melalui acara ini kita bermunajat dan memohon kepada Allah SWT agar bangsa dan negara kita dijauhkan dari bencana dan marabahaya, dihindarkan dari kesulitan dan ancaman, serta direkatkan melalui ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kita sebagai bangsa telah melakukan ikhtiar dhahiriyah untuk menjaga dan menguatkan bangsa dan negara. Namun sebagai orang beriman, kita juga sangat sadar bahwa upaya dan ikhtiar tersebut tidak akan banyak artinya tanpa kehendak Allah SWT. Dalam bahasa santri sering dinyatakan, ana urid, anta turid, wallahu yaf’alu ma yurid, masya Allah kan wama lam yasya’ lam yakun. Saya bisa merencanakan sesuatu, anda pun boleh merencanakan sesuatu, tapi yang berlaku adalah apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Oleh sebab itu, acara ini merupakan upaya bathiniyah atau upaya “mengetuk pintu langit” agar menjadi sababiyah diturunkannya pertolongan Allah SWT sehingga apa yang kita ikhtiarkan tersebut dapat segera terwujud. Tentu saja hal ini harus disertai dengan upaya yang sungguh-sungguh melalui mujahadah seperti disebutkan dalam Al-Qura’n Al-Ankabut 69, “walladzina jaahadu fiina lanahdiyannahum subulana”. Mudah-mudahan zikir dan doa yang kita lantunkan diterima dan diijabah oleh Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ‘inayah-Nya dan meridai apa yang kita kerjakan. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***