Sambutan Dialog Kebangsaan dengan Diaspora Indonesia di Uzbekistan dan Kyrgystan
Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, Sslam sejahtera untuk kita semua, bismillahirrahmanirrahim.
Yang saya hormati Duta Besar RI untuk Uzbekistan merangkap Republik Kyrgystan, Atase Pertahanan RI untuk Republik Islam Iran merangkap Republik Uzbekistan dan Republik Kyrgystan beserta ibu, masyarakat Indonesia di Republik Uzbekistan dan Kyrgystan yang hadir luring maupun daring.
Alhamdulillah pagi hari ini saya bersyukur bisa bertemu dengan Bapak/Ibu, Saudara-Saudara sekalian, masyarakat Indonesia di Uzbekistan, berkat limpahan rahmat Allah SWT.
Dan saya tentu ingin banyak mendengar berbagai pandangan dalam mendukung berbagai ikhtiar pembangunan di tanah air, dan kondisi Saudara-Saudara di sini.
Kita menyadari bagaimana Indonesia berdiri dengan diwarnai latar belakang sosial, budaya, maupun ekonomi yang beragam. Terlepas dari perbedaan ini, kita semua alhamdulilah disatukan oleh tekad untuk menjadikan Indonesia lebih baik dari waktu ke waktu.
Hadirin sekalian, Indonesia dan Uzbekistan memiliki riwayat panjang di dalam pembangunan peradaban global di masa lalu. Uzbekistan memiliki Samarkand, salah satu kota bersejarah dan tertua di dunia, sekaligus rute perdagangan global terbesar pada masanya.
Kemudian terdapat pula Bukhara. Selain merupakan tempat kelahiran tokoh besar di dunia Islam yang sangat terkenal, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, atau disebut dengan Imam Bukhari, seorang ahli hadis yang terkenal. Dan Indonesia banyak mempelajari hadis yang disusun oleh beliau. Dan Bukhara juga adalah kota kuno yang menjadi jalur transit perdagangan sutra (silk routes) antara Barat dan Timur.
Begitu pula sejarah telah mencatatkan Indonesia sebagai sentra komoditas rempah dalam konstelasi jalur perdagangan dunia di masa silam, atau yang disebut Jalur Rempah (spice routes).
Jalur Sutra dan Jalur Rempah ini kerap dikatakan berada dalam satu tarikan langkah yang saling terkait satu sama lain. Kedua jalur ini bukan sekadar lintasan komoditas ekonomi, melainkan juga jalur perjumpaan lintas budaya yang majemuk, pertemuan pemeluk agama yang berbeda, serta pertautan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masa lalu.
Oleh karena itu, Jalur Sutra dan Jalur Rempah adalah bagian penting dalam pembangunan peradaban global yang pluralistik. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita memaknai fondasi dan kejayaan masa lalu itu untuk kebaikan saat ini dan ke depan?
Dewasa ini, kita menyaksikan sejarah Jalur Sutra mengalami re-kapitalisasi oleh Republik Rakyat Tiongkok sebagai kebijakan baru perdagangan, investasi, konektivitas, dan kemitraan lintas negara. Kita mengenalnya dengan Belt and Road Initiative (BRI).
Demikian pula, Indonesia yang terus meneguhkan visi sebagai Poros Maritim Dunia, yakni negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, dan kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi perdamaian global dan regional.
Dalam semangat ini, Indonesia mendorong revitalisasi Jalur Rempah, baik dari aspek komoditas ekonomi, konektivitas lintas pulau, maupun juga penguatan relasi sosial yang toleran, moderat, dan inklusif.
Hadirin yang saya hormati, saat ini tantangan di tingkat nasional serta global berkembang sangat dinamis. Berbagai institusi internasional mengemukakan berbagai skenario transformasi tatanan universal, di antaranya, perubahan kekuatan ekonomi dunia dari masa ke masa.
Populasi penduduk Asia yang kian meningkat, ditambah dengan transformasi kekuatan ekonomi, telah mengubah negara-negara berkembang di Asia menjadi negara maju, sekaligus pemain ekonomi tidak hanya di lingkup regional, tetapi juga global.
Dan tidak hanya itu, negara-negara Asia juga memiliki kekayaan budaya yang unik, semangat solidaritas, dan ilmu pengetahuan yang berbasis kearifan lokal, sebagai modal sosial dari semangat “Abad Asia” atau the Asian Century.
Kita memahami, Uzbekistan, terus melakukan ikhtiar untuk menjadi kekuatan regional di Asia Tengah. Begitu pula, Indonesia, memperkuat langkah-langkah sebagai kekuatan regional di kawasan Asia-Pasifik.
Saya yakin, Indonesia dan Uzbekistan merupakan dua negara yang memainkan peran strategis dalam tatanan global dan regional di masa kini dan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, kerangka penguatan kerja sama kedua negara menjadi semakin relevan.
Hadirin sekalian, tahun 2045 nanti, Indonesia akan berusia 100 tahun. Visi kita adalah Indonesia Emas, yang berdaulat, maju, adil, dan makmur.
Visi Indonesia Emas hanya akan terwujud, salah satunya, apabila Indonesia memiliki pemimpin yang transformatif, yakni pemimpin yang terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Pemimpin transformatif, bukan hanya pemimpin yang baik, tetapi juga terus melakukan perbaikan. Bukan hanya pemimpin yang saleh, yang baik, tetapi juga istilah agamanya yang muslih, artinya muslih itu melakukan perbaikan. Kalau saleh itu pribadi, kalau muslih itu melakukan perbaikan-perbaikan demi tercapainya transformasi yang berkesinambungan.
Pemimpin transformatif ini harus mampu menjaga komitmen kebangsaan yang diamanatkan para pendiri bangsa, yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Oleh sebab itu, proses Pemilu nanti dan Pilkada tahun 2024, harus diletakkan sebagai proses lahirnya pemimpin-pemimpin transformatif yang akan mengelola proses pembuatan kebijakan negara, baik di level nasional maupun di level daerah.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita kelola dan selesaikan. Dan selain mengelola transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, para pemimpin kelak juga diharapkan mampu membawa Indonesia menuju visi Indonesia-sentris.
Berbagai langkah re-distribusi pembangunan diupayakan guna mempercepat pemerataan kesejahteraan daerah di luar Jawa. Kemarin ini kan Jawasentris, sekarang sampai ke luar Jawa.
Kita desain agar daerah-daerah tumbuh dan berkembang sesuai potensi sumber daya alam yang dimiliki. Daerah yang maju adalah fondasi bagi ekonomi nasional yang lebih inklusif dan merata. Jadi kalau daerahnya tidak maju, ya nasionalnya tidak maju. Kalau nasionalnya maju itu fondasinya adalah daerah maju, maka nasional juga maju.
Tidak hanya dari sisi keadilan ekonomi, tetapi Indonesia-sentris juga meneguhkan Indonesia yang majemuk, baik suku, agama, ras, identitas sosial, maupun budaya. Jadi, itu merupakan implementasi dari NKRI agar kesatuan Republik Indonesia dalam sebuah aspek.
Saya selalu menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara darul mitsaq, saya menyebutnya darul mitsaq atau negara kesepakatan. Masyarakat Indonesia yang majemuk ini memiliki kesadaran kolektif untuk mendirikan negara Indonesia. Ini kesepakatan para pendiri bangsa.
Dalam konteks ini, prinsip toleransi, anti-kekerasan, komitmen kebangsaan, serta akomodatif terhadap budaya lokal dan perkembangan zaman, merupakan praktik yang harus senantiasa kita rawat bersama.
Hadirin yang berbahagia, saya ingin menyampaikan beberapa pesan dalam penguatan kebangsaan Indonesia ini. Pertama, diaspora Indonesia perlu menggali aspek-aspek positif di luar negeri sebagai bekal untuk mengusung perbaikan Indonesia. Apa-apa saja yang baik-baik coba kita bawa untuk Indonesia.
Yang kedua, terus menjaga harmoni, solidaritas dan kerukunan sesama masyarakat Indonesia di luar negeri, seperti saling tolong. Agenda Pemilu 2024 jangan sampai memecah ikatan kebangsaan, karena berbeda capresnya, berbeda partainya misalnya. Itu jangan sampai, saya biasa pakai istilah arab berbeda capres, berbeda partai. Kalau kita agama kan, lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu bagiku agamaku. Kalau berbeda partai, lakum partaiyukum wa lana partaiyuna, partai Anda partai Anda, partai saya, partai saya, tidak usah bertengkar. Capresnya berbeda, lakum capresukum wa lana capresuna. Jadi ya kita berbeda capres nggak apa-apa, jangan bertengkar, gitu maksudnya. Jangan sampai memecah ikatan kebangsaan, tapi mari rayakan Pemilu dengan kegembiraan dan jauh dari sikap permusuhan.
Yang ketiga, alangkah baiknya kita terus memilih dan memilah informasi yang tepat, seraya mencegah hoaks dan menghindari benturan pandangan yang keras. Nah ini, sebab musim ini panyak hoaksnya. Oleh kerena itu, hati-hati kita. Karena pemilu itu kan memang disuruh, tapi jangan sampai menimbulkan perpecahan dan jangan sampai menggunakan cara-cara yang hoaks, berita-berita yang bohong ini. Biasanya menggunakan medsos karena medsos itu kan bukan hanya daerah, nasional, tapi medsos ini sudah dunia, semua dengar semua tahu.
Gunakan kemajuan digital untuk mengabarkan pesan yang benar, penuh kebaikan dan santun. Bisa itu berita asalnya dari dalam negeri, bisa juga dari luar negeri masuk ke Indonesia, itu tidak jarang. Dicari di Indonesia nggak ada, ternyata dari luar negeri.
Keempat, saya akan terus menanti gagasan, inovasi, dan pandangan dari masyarakat Indonesia di Uzbekistan dan sekitarnya, guna menjadi pengayaan formulasi kebijakan nasional, serta bagian dari agenda transformasi ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Kalau ada yang baik, yang positif, yang merupakan inovasi, kemajuan, ya kita bawa, kita ambil untuk kepentingan Indonesia, dari mana saja, dari semua negara tentu yang baik-baiknya kita ambil.
Saya kira demikan yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah Subhanahu Wa ta’ala senantiasa memberikan ‘inayah-Nya dan meridai setiap ikhtiar yang kita lakukan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Artikel Terkait:









