Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera buat kita semua. Salam Pancasila! Bismillaahirrahmanirrahim.

Yang saya hormati Pj. Gubernur beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Banten, Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP, Ketua KPK, para narasumber, hadirin, tamu undangan yang saya hormati

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya, sehingga kita dapat hadir dalam acara ini.

Hadirin sekalian, Pancasila adalah kesepakatan mulia, lahir sebagai ideologi dasar negara yang menyatukan tekad semua orang dan golongan untuk memerdekakan Indonesia. Kalau bahasa agamanya Pancasila itu adalah kalimatunsawa, titik temu yang menyatukan, sehingga semua bangsa Indonesia menerima sebagai ideologi negara, kebangsaan. Karena itu, Pancasila dan agama tidak saling bertentangan, Pancasila dengan agama tidak saling menegasikan, bahkan saling memperkuat.

Ini mungkin ada orang mengatakan Pancasila apa Islam apa Pancasila, sebenarnya Pancasila dan Islam tidak saling bertentangan, tidak saling menegasikan. Kalau bahasa agamanya itu la munafata bainahuma, jadi saling menguatkan. Jadi, seorang muslim yang baik dia bisa menjadi Pancasilais. Seorang Pancasilais juga dia bisa seorang muslim yang baik. Jadi, muslim kaffah bisa seorang Pancasilais, Pancasilais bisa seorang muslim kaffah.  Jadi tidak ada, dua hal bukan sesuatu hal yang dipertentangkan. Ini yang barangkali perlu di-clear-kan sehingga tidak ada lagi orang pilih Pancasila apa Islam, itu saya kira pertanyaan yang tidak betul itu ya. Bagi kita orang Indonesia, ya harus Pancasila. Tapi kita sebagai seorang muslim misalnya, kita tetap sebagai seorang muslim.

Kita meyakini Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai yang mengilhami lahirnya bangsa ini, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi hikmah kebijaksanaan, dan keadilan sosial. Ini yang dirumuskan kemudian disepakati. Jadi, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, itu kalau bahasa agamanya itu termasuk kesepakatan nasional, al mitsaq al wathani, namanya mitsaq al wathani. Oleh karena itu, kalau saya menamakan Indonesia ini sebagai darul mitsaq, negara kesepakatan. Karena itu, kita tidak boleh mengingkari kesepakatan sehingga orang-orang tidak boleh mengubah, mencederai kesepakatan, itu namanya mukhlafatul mitsaq. Mengganti Pancasila, mengganti NKRI, mengganti Undang-Undang 1945 itu namanya mukhalafatul mitsaq.

Dalam perjalanan sejarah pasca-kemerdekaan, Pancasila sebagai dasar negara juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak ringan. Sebagai contoh, ketika memasuki euforia reformasi, konstitusi telah mengalami beberapa kali amandemen. Hingga kini, alam demokrasi kian berkembang, dan seolah menuntut lebih banyak keterbukaan dan kebebasan.

Dalam situasi ini, publik kerap bertanya, bagaimana dan sejauh mana ideologi Pancasila memberikan panduan bagi negara dalam menyikapi ragam tantangan dunia. Namun, terlepas dari lika-liku dinamika perkembangan zaman, kita menyaksikan Pancasila tetap teguh sebagai pandu kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini menyadarkan kita, bahwa Pancasila adalah ideologi yang hidup, tetap relevan, dan mampu menjawab aneka tantangan. Jadi, Pancasila dia tidak statis ya.

Pancasila bukan dogma ideologi yang kaku, melainkan nilai-nilai luhur yang adaptif, inovatif, dan kreatif untuk menyikapi tantangan dalam beragam skala, baik regional, nasional, maupun global.

Oleh karena itu, saya menyambut baik pelaksanaan forum ini sebagai upaya menyuburkan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila secara konkret di tengah masyarakat, khususnya aparatur negara. Ini menjadi penting.

ASN tidak hanya dituntut untuk berkompetensi teknis, manajerial, dan sosio-kultural, tetapi juga ASN berintegritas dan berjiwa Pancasila. Nilai-nilai luhur Pancasila harus terinternalisasi pada jiwa, pola pikir, dan perilaku kinerja seluruh ASN. Upaya ini teramat penting karena pemerintah secara intens tengah mengelola berbagai agenda pembangunan nasional dan daerah dalam konteks pemulihan sosial ekonomi.

ASN memegang peranan penting sebagai pemersatu dan perekat bangsa. Demikian pula perannya dalam menghantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju serta tetap berkontribusi aktif di tengah tantangan global dan dinamikanya.

Hadirin yang terhormat, birokrasi merupakan unsur penting dalam pembangunan nasional. Kemajuan bangsa ini membutuhkan dukungan penyelenggaraan pemerintahan yang profesional dan berkualitas.

Meskipun paradigma birokrasi mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, tetapi saya ingin tekankan, bahwa roh utama dari birokrasi adalah melayani publik. itu roh utamanya melayani publik, melayani rakyat sesuai dengan tanggung jawabnya.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa, “Ya Allah, barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya” (HR Muslim). Ini sudah didoakan oleh nabi ini, jadi yang bikin mudah dimudahkan, yang bikin sulit disulitkan.

Hadis ini menggambarkan makna penting birokrasi, khususnya bagi ASN, untuk melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, utamanya dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan berbagai urusan masyarakat.

Pelayanan publik yang baik juga menjadi perhatian komunitas internasional. Jadi bukan tidak dipantau orang kita, dunia juga memantau kita ternyata. Kualitas kelembagaan birokrasi dijadikan ukuran dan indikator pencapaian dari setiap negara. Ini ada yang ngawasin sekarang ini. Sebagai contoh, Worldwide Governance Indicators (WGI) mengukur 6 dimensi, yaitu akuntabilitas publik, stabilitas politik dan kekerasan, efektivitas pemerintahan, kualitas regulasi, aturan hukum, dan tingkat korupsi. Ini 6 indikator ini dinilai.

Pada 6 indikator tersebut, WGI Indonesia tahun 2021 mengalami penguatan nilai dibanding dengan capaian tahun 2016, kecuali, nah masih ada kecualinya ternyata, pada indikator tingkat korupsi yang tetap, stagnan, masih stagnan, dan indikator stabilitas politik dan kekerasan yang nilainya turun.

Untuk itu, Indonesia perlu konsisten mengakselerasi langkah strategis dalam menata, memperbaiki, dan meningkatkan berbagai dimensi dalam tata kelola pemerintahan. Perbaikan tata kelola pemerintahan tentu tidak hanya dituntut di tingkat nasional, tapi juga di level daerah, termasuk tata kelola di tingkat Pemerintah Daerah Banten. Ini juga jadi indikasi, tapi saya tadi dapat laporan ada beberapa perbaikan-perbaikan, bahkan ada yang di atas rata-rata nasional.

Tata kelola pemerintahan menjadi instrumen signifikan dalam mengemban amanah untuk mewujudkan “Banten yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, dan Berakhlakul Karimah”.

Karakter masyarakat yang religius, jejak budaya dan perjalanan sejarah, serta letak geo-ekonomi yang strategis merupakan modal penting dalam percepatan pembangunan Banten. Banten berpotensi menjadi hub dalam koridor ekonomi Sumatra-Jawa, juga hub konektivitas udara nasional maupun internasional. Karena lapangan terbang ini adanya di Banten, jadi Banten ini menjadi hub internasional dan hub Jawa-Sumatra.

Untuk itu, saya mendorong Pemerintah Provinsi Banten segera merumuskan langkah-langkah komprehensif dan terobosan dalam desain percepatan pembangunan wilayah Banten ke depan. Saya kira gubernur sedang mempersiapkan ini dan semua berbagai indikasi ini dijadikan dasarnya, dengan tentu mengacu pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Hadirin yang berbahagia, memasuki periode menuju pesta demokrasi 2024, jadikanlah nilai-nilai Pancasila sebagai lokomotif dalam melawan politik identitas, baik identitas ras, etnis, agama, maupun identitas sosial lainnya. Jadi, jangan sampai yang memasuki ini menjadi sesuatu yang bisa merusak keutuhan bangsa ini. Kita kan sudah punya pedoman, di dalam kita beragama ya seperti itu, lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu bagiku agamaku. Dan kita dianggap sebagai negara paling toleran di dunia.

Beberapa waktu yang lalu saya didatangi utusan dari Timur Tengah, ada namanya Majelis Hukama Al Muslimin, tempat perhimpunan orang-orang pintar, ulama-ulama seluruh dunia, pusatnya di Abu Dhabi, di Emirat. Tapi ketuanya Syeikhul Azhar, Pemimpin Al Azhar, Prof. Thayyeb. Mereka datang ke tempat saya, menemui saya dan mengatakan kami datang ke Indonesia untuk belajar tentang toleransi. Karena model Indonesia adalah model yang paling baik di dunia, akan kami jadikan model dalam rangka pengembangan dakwah daripada Majelis Hukama Al Muslimin. Jadi, kami datang untuk belajar.

Oleh karena itu, jadi bukan saatnya lagi sekarang bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tapi bahasa Indonesia yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Jadi, kita jadi model.

Mereka punya forum namanya Dubai, Abu Dhabi Forum for Peace, jadi perdamaian dunia. Saya juga memberikan sambutan kemarin tapi tertulis karena saya harus ke Mesir mengikuti masalah lingkungan hidup, COP27 di Sharm El-Sheikh di Mesir, dan saya menyampaikan secara virtual. Dan saya menyampaikan tentang pengalaman Indoensia di dalam membangun toleransi dan perdamaian. Ini jadi kajian.

Oleh karena itu, ketika kita nanti menghadapi pemilu, saya sering mengatakan ya seperti itu kita. Kalau dalam agama kita lakum dinukum waliyadin, dalam berpartai lakum partaiyukum wa lana partaiyuna, partai Anda-partai Anda, partai kami-partai kami, jadi akur-akur saja. Kalau capres berbeda ya begitu juga, lakum capresukum wa lana capresuna, jadi tidak perlu, karena berbeda partai, berbeda capres kemudian kita bermusuhan, saya kira tidak selayaknya kita sebagai bangsa Indonesia dan kita sebagai insan Pancasilais sejati. Ini saya kira nilai-nilai itu.

Akhir kata, saya mengharapkan kegiatan ini mampu memberikan penguatan nilai-nilai Pancasila yang tercermin pada Core Value ASN “Ber-AKHLAK”. Ingat, jadi core ASN itu AKHLAK. AKHLAK itu artinya setiap ASN harus Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif, disingkatnya AKHLAK. Saya ulangi Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif serta mampu menjalankan semboyan “Bangga Melayani Bangsa” dengan ikhlas.

Saya minta semua kita teriak ya, satu, dua, tiga, Bangga Melayani Bangsa, dengan ikhlas. Saya kira itu, itu intinya itu. Kalau sudah kita bisa itu, itu insyaallah menjadi ASN yang baik.

Jadikanlah visi besar Indonesiasentris sebagai pembangunan Indonesia untuk semua. Indonesiasentris itu untuk semua, for all, semua untuk kita Indonesia, semuanya tanpa membeda-bedakan. Di titik ini optimalkan peran strategis ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ‘inayah-Nya dan meridai segala ikhtiar kita. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam Pancasila!

***