Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillahirrahmanirrahim.

 

Yang saya hormati Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) beserta jajaran pengurus Tarbiyah-PERTI, para ketua umum organisasi serumpun, para ketua pengurus daerah, pengurus cabang Tarbiyah-PERTI seluruh Indonesia, para peserta muktamar, dan hadirin, serta tamu undangan yang berbahagia.

Syukur alhamdulillah saya pada sore hari ini dapat hadir dalam acara Pembukaan Muktamar Bersama Persatuan Tarbiyah Islamiyah Tahun 2022. Suatu organisasi yang sudah cukup lama berperan atau berkiprah di Indonesia, mulai sebelum bangsa Indonesia merdeka dan didirikan oleh seorang yang alim ulama, Syekh Sulaiman Arrasuli.

Sebenarnya Syekh Sulaiman Arrasuli, Hasyim Asy’ari, Ahmad Dahlan itu memang berasal dari min syajaratin wahidah, dari satu pohon. Karena salah satu gurunya itu adalah Syekh Nawawi Al Bantani. Jadi, tentu pikirannya juga sama, sarat keilmuannya sama, jadi memang inilah ilmu-ilmu yang dibawa oleh para ulama itu.

Dan beliau salah satu dari ulama bersama Kiai Wahab Hasbullah yang menyelesaikan kemelut ketika masalah keabsahan Presiden Soekarno dipersoalkan. Karena tidak melalui pemilihan umum, maka menjadi perdebatan Bung Karno itu sah apa tidak sebagai Presiden. Ada yang mengatakan sah, ada yang mengatakan tidak, sehingga terbelah bangsa ketika itu. Tampil-lah ulama salah satunya beliau, Syekh Sulaiman Arrasuli, dan mereka mengatakan Bung Karno harus sah sebagai Presiden.

Kalau Presiden tidak sah, Menteri Agama tidak sah. Menteri Agama tidak sah, Kepala KUA mengawinkan orang tidak sah. Pengadilan agama memutuskan orang cerai tidak sah, kawin lagi tidak sah, semua anak yang lahir semua anak haram semua di Indonesia ini. Ini bahaya ini. Karena itu, kata ulama, kata beliau harus sah caranya apa? Diberi tauliyah, diberi kekuasaan. Tauliyah namanya itu, kemudian dicarikan rumusnya, di dalam fikih, bahwa diberi kau ditetapkan bersama menjadi waliyul amri, dharuri, darurat. Jadi, pemimpin pemerintahan, dharuri. Di kitab itu, kenapa? Karena dalam kitab disebut punya power, punya kekuasaan. Tapi Bung Karno ketika itu tidak memiliki, yang memiliki tantara. Oleh karena itu, oleh beliau-beliau ini diubah, ditopang oleh kekuasaan, jadilah Bung Karno waliyul amri dharuri, akhirnya Bung Karno sah, Menteri Agama sah, yang nikah sah, yang cerai sah, sah semua anak-anak Indonesia ini. Itu namanya solusi keagaman menjadi solusi kebangsaan dan kenegaraan. Namanya makharij fighiyah, makahrij diniyah menjadi makharij wathaniah, itu jasa-jasa beliau menenangkan keadaan, termasuk beliau, Syekh Sulaiman Arrasuli.

Karena PERTI ini sudah begitu besar, lama berkiprah, komitmen yang tadi disebut, Komitmen Tri Pilar Tarbiyah-PERTI, pendidikan, dakwah, dan sosial, ini harus tertanam dalam diri para pengurus beserta anggota dan menjadi pedoman untuk mencapai tujuan bersama. Pendidikan ini menjadi sesuatu yang prioritas dalam negara ini, beliau ini yang mengoordinasi, Pak Menko ini, untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, yang supaya bersaing, baik di tingkat nasional maupun di tingkat global.

Bagi umat Islam ada dua yang harus disiapkan, pertama adalah orang-orang yang al mutafakkihina fiddin, orang yang paham agama, rijaluddakwah, yang bisa menyampaikan dakwah, ini harus disiapkan, harus di-ya’dadul mutafakkihina fiddin, ini salah satu tugas kita. Karena pesantren-pesantren itu didirikan oleh para ulama dalam rangka ya’dadul mutafakkihina fiddin, karena apa? Karena para ulama ini kan nanti tidak ada. Ulama itu tidak akan terus ada. Innallaha la yanzi’ulna ilma min suddurinnas, Allah tidak akan mengambil ilmu dari hati mnusua, tidak ada. Ilmu hilang itu tidak ada. Wa la kin yantazi’uhu bi qabdil ulama, tapi mengambil ilmu dengan mengambil ulamanya. Ulamanya wafat, ilmunya dibawa apa tidak? Dibawa. Istrinya? Ditinggal. Rumahnya? Ditinggal. Mobilnya? Ditinggal. Ilmunya? Dibawa, tidak ditinggal ilmunya. Kalau nanti tidak ada lagi orang alim, orang akan mengambil pemimpin-pemimpin orang bodoh-bodoh tidak punya ilmu. Fadhalu adhalu, mereka sesat dan menyesatkan. Maka itu, organisasi seperti Tarbiyah harus menyiapkan ini, yaitu ya’dadul mutafakkihina fiddin, ya’dadu rijaliddakwah, karena tugasnya juga melakukan dakwah. Itu saya kira, ini harus menjadi komitmen.

Yang kedua, sumber daya manusia yang menguasai ilmu dan teknologi. Karena apa? Karena kita diperintah untuk memakmurkan bumi, wa ansya’akum minal ardhi wasta’marakum fiha, Allah yang menjadikan kamu dari tanah, dari bumi, dan meminta kamu supaya memakmurkan bumi. Wasta’marakum kata ulama, kallafakum bi ‘imaratiha, kamu bertanggungjawab untuk memakmurkan bumi.

Untuk bisa memakmurkan bumi harus ditumbuhkan asbabul imarah, sebab-sebab kemakmuran itu, apa? Yaitu ekonomi, baik melalui pertanian, melalui juga perkebunan, kelautan, pertambangan, industri, perdagangan, dan sebagainya, itu adalah asbabul imarah. Tapi kuncinya miftahul imarah itu ada pada manusianya, sumber daya manusia, yaitu yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu harus disiapkan pendidikannya yang menyiapkan manusia-manusia unggul ini.

Kita sudah diperintah oleh Allah, iqra, baca, bismirabbikalladzi khalaq, baca. Nah, yang dibaca itu bukan hanya al huruful Qur’aniyah, tapi juga al huruful ilahiyah al maktuba ‘ala safahatil maujudat, huruf-huruf yang tertulis di dalam lembaran kehidupan itu. Di dalam apa? Di dalam padi, baca padi itu, di dalam pertambangan, dalam perkebunan, dibaca semua. Sebab yang namanya iqra itu bukan hanya membaca, bukan hanya anudqu bilafdzi, hanya melafazkan, kalau hanya melafazkan namanya tilawah, ‘utlu. Tapi qira’ati juga al qanadzra ilaiha, merenungkan, memikirkan, atathalu’, menyelenggarakan penelitian, riset, dan sebagainya. Jadi, iqra itu mengandung arti membaca, merenungkan, meriset segala apa yang ada, yang ada di dalam Qur’an maupun dalam tatanan kehidupan kita dalam rangka memakmurkan bumi dan negara kita. Ini saya kira tugas pendidikan kita yang harus kita pikul.

Yang kedua, tugas dakwah. Tadi sudah ayatnya dibaca, jadi supaya sebagian kita itu ada umat yang mengajak kebaikan. Kebaikan itu apa? Kata ulama ishalul manfa’ah wa dhaf’il madhar, menyampaikan sesuatu yang manfaat-manfaat dan menghilangkan yang bahaya-bahaya. Yang manfaat kita wujudkan, kemudian yang bahaya. Dua hal saja. Khair itu dua hal saja, ishalul manfa’ah wa dhafil madhar. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman la khaira fikatsirin minnajwahu illa man amara bi sadaqatin au ma’rufin au ishlahin bainannas, ini, yang pertama, isinya dakwah itu begitu. Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan pembicaraan mereka, nggak ada kebaikan. Pembicaraan itu nggak ada kebaikan, la khaira illa, kecuali tiga hal saja. Pertama, man amara bi sadaqatin, sedekah. Kata ulama, man amara bi sadaqatin itu sesuatu yang membangun secara fisik, sedekah kata Syekh Nawawi sadaqah wajibah au sunnah, sadaqah sunnah au wajibah, zakat atau infak dan sebagainya, untuk apa? Yang sifatya hisiyah, yang sifatnya fisik, membangun, untuk madrasah, dan sebagainya, kemudian membantu orang-orang miskin, dan sebagainya. Ini amara bi sadaqatin. Dan kedua, au ma’rufin, au ma’rufin itu mengajak kebaikan yang nonfisik. Yang kebaikan-kebaikan apa? Ide-ide, gagasan-gagasan, rintisan-rintisan, semua hal yang dilakukan kebaikan itu au ma’rufin. Nah, dua hal ini kata ulama, amara bi sadaqatin au ma’rufin termasuk dalam kategori ishalul manfa’ah, ini manfaat-manfaat.

Nah, yang ketiga, yaitu au ishlahin bainannas, mendamaikan antara sesama manusia. Bainannas, nas itu manusia, bukan bainalmuslimin, bukan. Bukan hanya bainalmuslimin, bukan hanya bainal Indonesiyi, tapi bainannas. Antara manusia itu didamaikan, itu yang disebut dhaf’ul madhar. Artinya, kategorinya menghilangkan kemudaratan sebab kalau tidak didamaikan terjadi konflik. Manusia saja harus didamaikan apalagi sesama Indonesia, apalagi sesama muslim, apalagi sesama Tarbiyah-PERTI. Iya kan begitu? Jadi, untung sudah damai, kalau belum saya omelin (tawa hadirin). Alhamdulillah.

Ishlahin bainannas, itu, ini kerja kita, dakwah kita illal khair itu ya ini. Bagaimana membangun secara fisik melalui sadaqatin, bagaimana menumbuhkan ide-ide, gagasan-gagasan, inisiatif-inisiatif yang baik, yang disebut au ma’rufin, atau menghilangkan konflik, menyatukan, mencegah lebih dari itu terjadinya konflik. Ini kita cegah jangan sampai terjadi konflik. Jangan sampai nanti beda partai ribut, beda capres ribut, iya kan? Ya sudah. Lakum partaiyukum wa lana partaiyuna. Lakum capresukum wa lana capresuna. Jadi saya kira ini. Oleh karena itu, kita jaga bangsa ini jangan sampai.

Kemudian dakwah itu harus dengan cara yang baik, dalam Al-Qur’an disebut dengan ucapan yang baik, qaulan marufan; dengan ucapan yang mulia, qaulan kariman; dengan ucapan yang santun, qaulan layinan, wa kulla lahu qaulan layinan. Terus qaulan sadidan, ucapan yang lurus, benar, jangan hoaks-hoaks, walaupun dakwah jangan pakai hoaks. Wa kullu qaulan sadidan yaghfirlakum dzunubakum, dan seterusnya. Dan yang kelimanya itu qaulan maisurah, ucapan yang gampang, yang mudah, jadi kalau ngomong jangan yang susah-susah, orang mikir gitu, qaulan maisura. Jadi ma’rufan, kariman, layinan, sadidan, dan maisurah. Dan bagi kita bangsa Indonesia, dakwah itu harus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu. Jangan kita keluar, karena apa? Karena NKRI ini adalah kesepakatan kita, ini adalah sudah dari dulu, sudah dari ulama semua, termasuk Syekh Sulaiman Arrasuli dan semua sudah menyepakati, ini namanya al mitsaq al wathani.

Orang Islam itu harus memegang teguh kesepakatan, orang mukmin itu harus menjaga keperjanjiannya, harus kita jaga mitsaq-nya. Oleh karena itu, saya menyebutkan bahwa negara ini adalah darul mitsaq, negara kesepakatan. Kita tidak boleh mengubah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), tidak boleh membawa selain itu, selain republik. Misalnya khilafah, walaupun islami. Khilafah itu islami apa tidak? Islami saya bilang. Kerajaan juga, Mamlaka islami, dulu ada, sekarang masih ada Saudi Arabia, Emirat juga islami, itu Kuwait, Emirat, Qatar, islami. Republik ya republik Islam, Pakistan, Mesir, semua islami.

Makanya ketika orang mengatakan kenapa kalau begitu khilafah tidak boleh masuk Indonesia, kenapa ditolak? Saya bilang, tidak ditolak tapi tertolak. Bedanya apa? Kalau ditolak bisa masuk, kalau tertolak tidak bisa masuk. Karena apa? Karena sudah ada kesepakatan kita, NKRI. Kalau kita membawa selain NKRI namanya mukhalafatul mitsaq, menyalahi kesepakatan. Karena itu, maka ormas-ormas mengatakan NKRI harga mati, karena apa? Karena kita hifdzul mitsaq, menjaga kesepakatan. Itu saya kira yang harus dipahami. Bukan soal apa-apa, tapi hifdzul mitasq.

Kan kita ada mitsaq dengan Allah, ada. Jadi, ada mitsaq wathani, ada mitsaq rabbani. Ketika kita dalam alam arwah dulu kita sudah bersepakat, ketika Allah mengatakan, bukankah Saya Tuhanmu? Apa jawabnya? Iya. Ini mitsaq rabbani. Ketika kita salat, kita bilang inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahirabbil’alamin, hidup saya, mati saya, salat saya, ibadah saya untuk Allah.

Bagaimana dengan mitsaq wathani? Tidak saling menegasikan. Antara mitsaq rabbani dan mitsaq wathani itu tidak saling bertentangan. La munafata bainahuma, karena apa? Memegang mitsaq wathani bagian daripada mitsaq rabbani. Dalam satu ayat mengatakan Allah, fa inkana bainakum wa bainakaumin mitsaqun, kalau antara kamu dengan suatu kaum ada mitsaq, hendaknya kamu memenuhi mitsaq itu. Kalau ada yang terbunuh di antara mereka, kamu harus bayar diyat, bayar denda kalau sampai ada orang nonmuslim yang ada mitsaq, yang bunuh mereka. Jadi jelas, mitsaq rabbani, mitsaq wathani, bahkan saya bilang ada mitsaq insani, yaitu kesepakatan kemanusiaan. Kami jadikan kamu satu orang laki-laki, satu orang perempuan, kemudian jadi berbangsa-bangsa, kemudian jadi bersuku-suku untuk ta’aruf, untuk saling mengenal.

Kalau Syekh Nawawi mengatakan supaya ngerti semuanya tentang asal manusia. Manusia itu asalnya satu, yaitu dari Adam dan Hawa. Jadi seluruhnya apapun bangsanya, apapun agamanya, sebenarnya saudara kita, satu pohon juga, jadi satu pohon. Karena itu kita tidak bisa membanggakan kita orang Indonesia, dengan nenek moyang kita. Nenek moyang kita sama, Adam dan Hawa. Kecuali orang komunis. Kalau komunis lain. Dulu pernah berdebat memang, manusia itu asalnya apa? Adam. Kata orang komunis, monyet. Adam. Monyet. Karena nggak selesai-selesai orang Islam bilang, begini saja, kalau begitu manusia itu asalnya dua, yang satu adam keturunannya kita umat Islam, yang satu asalnya monyet, turunannya kalian semua komunis tawa hadirin). Habis tidak selesai-selesai. Jadi, kemanusiaan ini tinggi di dalam islam. Kalau bahasa kitabnya itu namanya huququl ‘ibad, hak hamba, ada huququllah, ada huququl ‘ibad. Hak Allah ada hak hamba Allah, harus semua dipenuhi buat kita.

Syekh Nawawi Al Bantani mengatakan tuqaddamu huququl ‘ibad ala huququllah indatadza’u bil huquq, kalau ada hak hamba, hak manusia, hak Allah, terjadi berhimpitan, mana, yang harus didahulukan? Maka yang didahulukan adalah huququl ‘ibad, itu kata Syekh Nawawi. Ini luar biasa. Kenapa beliau berpandangan begitu? Karena ada ayat wa ma kana rabbukal yuhlikal kura bi zulmin wa ahluha muslihun, Allah tidak akan menghancurkan suatu kaum karena adanya kemusyrikan, bi zulmin ibi shirqi, sepanjang berbuat kebaikan, muslihun.

Syekh Nawawi mengatakan Allah tidak akan menurunkan siksa kalau orang itu musyrik, kalau orang itu kafir, Allah nggak akan turunkan. Dan azab Allah turun itu kalau muamalah-nya tidak baik, saling menjegal, saling mengkhianati, saling memakan, saling. Menyakiti orang. Ada orang saling menyakiti, dan menzalimi. Kalau ada kezaliman, ada namanya penganiayaan, baru Allah turunkan itu. Kenapa kalau haknya Allah tidak diturunkan, tapi kalau hak hambanya diturunkan? Karena Allah men-tolerir haknya, nanti saja, ditunda, nanti, nanti siksanya ditunda saja. Tapi kalau hak hambanya yang dilanggar, yang tidak dipenuhi, langsung Allah turunkan. Karena itu, kata Syekh Nawawi, maka hak hamba harus didahulukan atas hak Allah ketika terjadi himpitan atau saling membutuhkan antara hak Allah dan hak hamba. Saya kira begitu, itu namanya kita sebut sebagai mitsaq insani. Jadi, tiga-tiga ini, mitsaq rabbani, mitsaq wathani, maka dakwah kita pun harus dalam kerangka mitsaq ini. Kita umat Islam harus menjadi mukmin atau muslim yang kaffah ma’al mitsaq, beserta kesepakatan yang harus kita jaga.

Saudara-saudara sekalian, tentu saya ingin banyak tapi saya ingin mengatakan gembira tentang hari ini karena saya bisa hadir. Karena itu, saya kira begitu pula PERTI supaya dengan kiprah Syekh Sulaiman Arrasuli sejak zaman perjuangan, agar menjadi kompas dalam memajukan dunia pendidikan dakwah, serta sosial keumatan dan sosial politik.

Momentum muktamar kali ini kiranya agar dioptimalkan untuk menentukan arah kebijakan Tarbiyah-PERTI lima tahun ke depan, sekaligus menghadirkan solusi atas aneka isu strategis yang menjadi agenda organisasi.

Akhirnya, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Muktamar Bersama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-PERTI) Tahun 2022 secara resmi saya nyatakan dibuka.

 

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ‘inayah-Nya, himayah-Nya, dan meridai setiap ikhtiar yang kita lakukan.  Wabillahi taufiq wal hidayah, wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

***