Athirah

Jakarta- wapresri.go.id.  Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima kunjungan siswa dan siswi SMP Islam Athirah, Makassar, Sulawesi Selatan, di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (14/11/2016). Siswa-siswi yang berjumlah 128 orang tersebut didampingi oleh komite sekolah, guru dan juga perwakilan orang tua murid. Kedatangan mereka dalam rangka field trip sekaligus mendapatkan motivasi langsung dari Wapres tentang kepemimpinan.

“Tujuan field trip kami ke Jakarta adalah untuk leadership, itu bagian daripada  peningkatan akademisi pendidikan khusus untuk SMP Islam Athirah Makassar,” ujar Mas Aman, Kepala Sekolah SMP Islam Athirah.

Mas Aman menjelaskan, untuk kelas 7 (1 SMP), field tripnya adalah terkait science dan teknologi, kelas 8 tentang leadership, sedangkan kelas 9 tentang sosial.

“Jadi berjenjang. Yang hadir di sini adalah kelas 8. Sudah diterima di gedung DPR/MPR menimba tentang ketatanegaraan, kepemimpinan dan reorganisasi tentang sebuah lembaga. Kehadiran di sini ingin mendapatkan petuah atau wejangan motivasi bagaimana menjadi pemimpin yang akan datang, lebih sukses dan selalu menjaga norma-norma yang baik khususnya tentang kejujuran,” ungkap Mas Aman.

Wapres menyambut baik kedatangan siswa-siswi SMP Islam Athirah ini. Ia juga mengapresiasi tujuan mereka untuk melihat dan mempelajari  bagaimana kepemimpinan dan juga perkembangannya.

Wapres mengatakan, semua orang berkesempatan menjadi pemimpin. Namun, untuk menjadi pemimpin dibutuhkan kemauan dan juga niat baik untuk memajukan bangsa.

“Pertama ingin saya sampaikan bahwa Allah menciptakan manusia ini sama. Jadi tidak ada orang di sini lebih pintar. Maka sebaliknya, semua pekerjaan tergantung kepada kemauan tentu juga kerajinan, niat baik semuanya untuk maju semua,” tegasnya.

Berbicara tentang kepimpinan, Wapres menekankan, jangan hanya berpikir bagaimana menjadi presiden, wakil presiden, gubernur, ataupun bupati. Tapi, juga berpikir bagaimana mempertanggungjawabkan kepemimpinannya sebagaimana yang diajarkan semua agama. Sehingga, siapapun bisa menjadi pemimpin, seperti pemimpin negara, pemimpin perusahaan, pemimpin masyarakat, pemimpin sekolah, pemimpin OSIS, semua berjenjang jenjang.

Seorang pemimpin, sambung Wapres, tidak bisa memimpin tanpa pengetahuan. Namun, pengetahuan saja juga tidak cukup, harus ada keberanian, kejujuran, keimanan, kecerdasan, serta kemampuan berbicara.

“Kamu berada di lingkungan Istana semuanya di sinilah.  Negara dipimpin tentunya oleh Presiden, yang ada di sebelah sana, Wapres di sebelah sini. Jadi ini yang tertinggi, bagaimana memimpin rakyat yang 250 juta ini termasuk kamu,” jelas Wapres.

“Maka  yang sangat penting bagaimana belajar dengan baik karena tidak ada suatu kepemimpinan tanpa pengetahuan. Tidak ada yang bisa memimpin kalau dia tidak lebih pintar dari yang dia pimpin,” lanjutnya.

Disamping itu, Wapres menambahkan, semua pemimpin harus lebih kreatif tetapi juga memiliki kelebihan ilmu, inovasi, pintar bicara, bergaul, dan suka menolong orang.

“Saya mempelajari dari pengalaman. Jadi kamu kunjungi yang pintar, menggali ilmunya. Orang yang mampu dan sebagainya itulah yang kalian pelajari dan praktikkan. Tentu menjadikan peluang terbuka,” tegas Wapres.

Menurut Wapres, pendidikan dahulu dan sekarang berbeda. Jika dulu semua murid harus mengikuti perkataan guru karena guru selalu dianggap benar. Kini murid dapat bertukar pikiran dengan guru.

“Berbeda pendidikan dahulu dengan sekarang. Dulu apa yang dikatakan guru itulah yang benar, sekarang kita bisa berdiskusi dengan guru. Tidak melawan, tetapi berdiskusi, sehingga timbul inisiatif,” ungkap Wapres.

Selain pengalaman, Wapres mengatakan, pemimpin juga harus mempunyai cita-cita. Kedua hal inilah yang menyebabkan bangsa besar.

“Begitulah kira-kira harus punya cita-cita. Dari cita-cita itulah kita belajar bagaimana dulu cita-cita itu dijalankan. Belajar bagaimana memimpin orang, karena tanpa cita-cita atau kemampuan, (sulit) memimpin orang. Juga dengan pengalaman-pengalaman. Barulah bangsa ini bisa menjadi besar,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Agama Kasman, menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Kalla, yang turut berkontribusi dalam pendidikan khususnya meningkatkan kapasitas guru. Namun, Kasman menyarankan, untuk meningkatkan kapasitas guru-guru di SMP Islam Athirah 1 ini, perlu dilakukan pelatihan.

“Hasil ujian nasional menunjukkan kualitas hasil pembelajaran. Yang berperan penting di situ adalah guru, ujung tombaknya pasti guru, hingga peningkatan kualitas,” ujar Kasman.

Selain melakukan pelatihan bagi guru, Kasman mengungkapkan, SMP Athirah juga ingin mensingkronkan budaya di rumah dengan di sekolah. Kasman mencontohkan, adanya gedung baru, dari lantai dua menjadi lantai delapan, mendorong proses adaptasi budaya antri, yakni dengan menunggu untuk naik atau turun lift.

Disamping itu, Kasman menambahkan, hubungan antara orang tua dan guru juga terus dipelihara. Kualitas pendidikan sangat tergantung bagaimana cara guru mengajar secara pedagogik. Sementara, bagi orang tua, mendorong anaknya dengan baik, misalnya, kalau ada pekerjaan rumah betul-betul dilaksanakan dengan baik.

Di akhir sambutanya, Wapres mengajak para orang tua dari siswa SMP Athirah tersebut untuk mendorong anaka-anaknya untuk belajar, agar bisa bersaing dengan sekolah lain. alam berperan dalam Jusuf Kalla mengatakan terima kasih atas kunjungannya ke sini, Insya

Turut mendampingi Wapres dalam  kesempatan tersebut, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Kepala Sekretariat Wakil Presiden  Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, serta Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud. (KIP, Setwapres)