Tangerang, wapresri.go.id – Perkembangan industri otomotif dapat menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara. Sebab industri ini mempunyai multiplier effect yang luas. Untuk itu, pemerintah bersama pelaku usaha harus bekerja sama dalam mengembangkan industri tersebut.

“Industri mobil memiliki ratusan vendor berkembang satu sama lainnya, ratusan ribu pekerja mungkin jutaan, dengan tentu pekerja yang mempunyai skill sehingga upahnya jauh di atas UMR, artinya mempunyai daya beli kuat. Ini indikasi bagaimana industri mobil harus kita dukung, dan didukung oleh swasta dan pemerintah,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka secara resmi The 27th GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, di International Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019).

Wapres menekankan bahwa upaya pemerintah dalam mendukung perkembangan industri otomotif, mulai dari segi regulasi, industri pendukung baja dan sebagainya, seperti industri pelat baja yang sudah diproduksi dalam negeri. Dan juga upaya lain pemerintah dalam industri ini ialah pengembangan infrastruktur, baik sistem jalannya maupun logistiknya.

“Untuk perdagangan dalam negeri dan ekspor, kita di Tj. Priuk sudah sejak lebih 10 tahun lalu ada car terminal. Nanti untuk melayani industri mobil di sekitar Bekasi dan Karawang akan dibuat car terminal yang besar itu di Patimban, Subang,” terang Wapres.

Selain itu, tambah Wapres, sebagai upaya peningkatan ekspor, tentunya dilakukan kerja sama kerja sama dalam meningkatkan mutu produksi dalam negeri, karena industri otomotif sangat dinamis dalam banyak hal, yaitu dari teknologi, model, harga dan cara pemakaian.

“Sekarang isu terbaru yang akan berkembang adalah bagaimana mobil listrik berkembang. Ini dibutuhkan suatu segala macam services untuk mencapai ini, baik manufacture oleh dealer dan masyarakat harus siap dengan ini. Tentu membutuhkan waktu dan perkembangan teknologi,” imbuhnya.

Menyinggung tema Future in Motion yang diusung pada GIIAS 2019, Wapres mengartikannya suatu dinamika industri mobil ke depan, tetapi tentu perlu kita mengetahui sejarah industri mobil Indonesia, yaitu kemajuan hampir 100 tahun atau 70 tahun.

“Sebenarnya industri otomotif dimulai sebelum perang, sudah ada assembly dari General Motor di Tj. Priuk. Kemudian setelah 60-an mobil Amerika jarang masuk akibat masalah Politik dan ekonomi, maka itu  dipakai Astra untuk assembling Toyota. Dengan pemakaian local component mulai dari 20 persen, 80 persen atau 90 persen pada dewasa ini untuk beberapa jenis mobil,” Wapres menceritakan.

Dampak lain kemajuan ekonomi tersebut, lanjut Wapres, terjadinya kemacetan yang disebabkan jumlah kendaraan yang terus meningkat, seperti terjadi di Jakarta dan di kota lain di Indonesia, sehingga diperlukan regulasi dalam mengatasi hal ini.

“Karena hanya negara yang bisa penduduknya beli mobil, masyarakatnya yang bisa macet. Tentu diatur Menteri Perhubungan bagaimana supaya pemakaiannya mobil itu teratur. Itu harus kita perbaiki,” terang Wapres.

Wapres pun berharap dengan hadirnya Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya dan Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada acara tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan industri otomotif nasional.

“Ada Menperin yang mengatur manufacture industry, Menhub mengatur pemakaiannya, ada OJK mengatur pembiayaannya. Kalau tiga 3 nya bersatu selesai sudah industri mobil ini,” harap Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres memberikan apresiasi kepada GAIKINDO atas penyelenggaraan acara ini dan terus mengalami perkembangan di setiap tahunnya.

“Saya lihat minat masyarakat luar biasa. Belum saja dibuka sudah penuh orang di luar untuk melihat yang pertama, tentu hari hari yg akan datang,” tandas Wapres.

Kemudian Wapres didampingi Menperin, Menhub, Ketua OJK, serta Ketua Umum GAIKINDO secara bersama menekan tombol multimedia sebagai tanda peresmian pembukaan GIIAS 2019.

Sebelumnya, Menperin Airlangga Hartanto menyampaikan bahwa GIIAS diharapkan dapat menjadi jendela perkembangan otomotif di Indonesia, sehingga menjadi stimulus bagi peningkatan investasi di sektor ini. Selain itu, ia pun berharap kebijakan pemberian insentif bagi pelaku usaha di bidang ini dapat memberikan dampak positif bagi investasi.

Airlangga juga mengatakan bahwa sebagai bagian dari lima prioritas industri 4.0, industri otomotif ditargetkan mampu mengekspor 1 juta unit kendaraan pada tahun 2025 dengan 20 persen merupakan kendaraan bertenaga listrik.

Di awal acara, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi melaporkan bahwa GIIAS 2019 merupakan bagian dari pameran automotif internasional yang diselenggarakan di empat kota di Indonesia, yaitu Surabaya, Jakarta, Makassar dan Makassar.

Dalam kesempatan tersebut, Yahonnes juga menyampaikan bahwa industri otomotif sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta telah mengekspor ke 80 negara. Adapun target ekspor di tahun 2019 sejumlah 300ribu unit kendaraan, dan 1juta unit kendaraan di tahun 2025.

Pameran GIIAS 2019 akan berlangsung pada 18-28 Juli 2019, dengan tema “Future in Motion”, sebuah gerakan gelombang pengaruh teknologi, kendaraan listrik, otonom dan digital.

Tampak hadir pula Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, para Anggota DPR RI dan para Duta Besar negara sahabat.

Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi dan M. Awal Chairuddin. (AF/RN-KIP, Setwapres)