
Stafsus Wapres: Penemuan dan Inovasi Karya Anak Negeri untuk Kemandirian Kesehatan Indonesia Harus Diperjuangkan
Jakarta, wapresri.go.id – Stafsus Wapres RI, Dr. R. Gatot Prio Utomo menyampaikan pentingnya mengawal proses hilirisasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti bidang Kesehatan di Indonesia, agar visi Kemandirian Kesehatan Indonesia benar-benar dapat terwujud. Sudah banyak hasil karya peneliti-peneliti di Indonesia yang seharusnya dapat membantu pencapaian visi Kemandirian Kesehatan Indonesia, namun kurang mendapat perhatian dan kesempatan, serta dukungan dari para pemangku kepentingan.
Hal utama yang menjadi sorotan adalah upaya penanganan isu prioritas nasional seperti penurunan angka gizi buruk dan stunting, seperti yang disampaikan oleh Stafsus Wapres RI, Dr. R. Gatot Prio Utomo, dalam diskusi terkait hasil penemuan dari peneliti Poltekkes Kemenkes Riau yang menawarkan alternatif metode deteksi malnutrisi pada anak balita. Peneliti Pusat Kajian Stunting Poltekkes Riau, Dr. Aslis Wirda Hayati dalam pemaparannya perihal penemuan alat Rapid Diagnostic Test Pyridinium Crosslinks, yang berpotensi untuk deteksi dini malnutrisi pada balita.
Ada hal yang menarik yang disampaikan dalam forum diskusi di Kantor Sekretariat Wakil Presiden pada hari Senin tanggal 6 November 2023 kemarin, bahwa proses hilirisasi dari penelitian yang dilaksanakan sejak 2008, seharusnya baru bisa menghasilkan produk akhir yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di tahun 2034 nanti. Namun, dengan dukungan dari Pusat Intelijen Medik BIN, telah berhasil tercapai sebuah akselerasi proses penelitian dan hilirisasinya yang luar biasa, di mana bulan Agustus 2023 telah selesai produk protype, dan sekarang sedang dalam proses pengajuan ijin edar di Kementerian Kesehatan.
Diakui oleh Tim Peneliti bahwa bukan hal yang mudah melaksanakan penelitian di Indonesia, bahkan melanjutkannya ke dalam tahap hilirisasi produk. Gatot membenarkan bahwa memang jalannya panjang dan berliku, serta rawan gangguan dari fihak-fihak yang kepentingannya terganggu. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemerintah untuk memberi dukungan penuh agar hasil penelitian ini tidak “layu sebelum berkembang”, Gatot menambahkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aslis ini mendapat dukungan penuh oleh Pusat Intelijen Medik BIN, sebagaimana yang diutarakan oleh Kepala Pusat Intelelijen Medik, Dr Budiman Bela Sp. Mk. Menurutnya pengalaman pandemic covid memberikan pembelajaran yang penting dalam dunia Kesehatan negeri ini. Penemuan ini bisa menjadi jalan untuk kita mengurangi ketergantungan impor alat Kesehatan, oleh karenanya kami sudah dari awal mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Ibu Aslis ini. Terobosan dalam penelitian ini bahkan berpotensi merubah pola penanganan gizi buruk pada anak balita, bahkan penanganan stunting di dunia sehingga dapat mengharumkan nama Indonesia.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Suprayoga Hadi selaku Sekretaris Eksekutif TP2S (Tim Percepatan Penurunan. Stunting). Upaya-upaya pemerintah untuk menurunkan target angka stunting sudah sangat banyak, penemuan ini diharapkan bisa membantu sebagai sebuah terobosan dalam upaya penanganan masalah stunting.
Bahkan disampaikan oleh Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, sebagai pelaksana dari program penurunan stunting BKKBN, menyambut baik inovasi ini. Beliau menyampaikan : “Jika telah diproduksi massal, maka alat yang ditemukan ini akan sangat membantu petugas di lapangan. Kelebihan alat ini yang praktis dan mudah penggunaannya, serta non-invasive karena cukup dengan menggunakan sample urine balita dan hasilnya bisa didapat dalam waktu lima menit saja. Ini dapat menjadi alat skrining status gizi anak balita, dan kedepannya membantu efektiftas dari intervensi gizi yang dilakukan untuk penurunan stunting, tambahnya.
Semua pihak menyambut baik temuan dan inovasi ini, dan disampaikan oleh Ir. Sodikin Sadek, M.Kes., selaku wakil dari Dirjen Farmalkes Kemenkes RI, menyampaikan bahwa proses ijin edar alat ini saat ini sedang dalam proses sebagaimana mestinya. Dalam kesempatan tersebut berbagai pihak saling menyahut memberikan respon yang positif, dan sangat berharap agar ijin edar dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga dapat segera digunakan dan memberikan manfaat nyata bagi penanganan gizi buruk anak-anak balita di negeri Indonesia.
Artikel Terkait:









