NEW YORK, 28 SEPTEMBER 2015

Yang terhormat Presiden Barack Obama,

Yang mulia para hadirin,

Para delegasi yang terhormat,

Izinkan saya mengawali pidato saya dengan menyampaikan apresiasi saya kepada Anda, Presiden Obama, yang telah berinisiatif mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi yang penting ini untuk membantu dan mendukung perdamaian dan keamanan di seluruh bagian dunia.

Lebih dari 100.000 penjaga perdamaian saat ini dikerahkan di beberapa tempat paling berbahaya di dunia, menjalankan mandat yang kompleks dan multi dimensi.

Tentu Anda akan setuju dengan saya bahwa kebutuhan yang tinggi sepanjang waktu akan penjagaan perdamaian PBB terus berlanjut.

Kebutuhan tersebut tidak hanya melampaui kapasitas PBB untuk merespon krisis di seluruh dunia, tetapi juga mengosongkan pangkalan personil dan kapabilitas yang diberikan oleh negara-negara anggota.

Dengan latar belakang seperti ini, Indonesia terus melakukan perannya. Indonesia diberi mandat oleh Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 untuk berperan aktif dalam mendukung perdamaian dan ketertiban dunia.   Sejak hari pertama kemerdekaannya, Indonesia telah berkontribusi dan terus mendukung misi penjagaan perdamaian di berbagai wilayah konflik di seluruh penjuru dunia, yang dimulai dengan misi di Sinai pada 1957 dan di Kongo pada 1960.

Sebagai tindak lanjut dari Konferensi Tingkat Tinggi Penjagaan Perdamaian sebelumnya, kami telah menjadi tuan rumah bagi Pertemuan Regional Asia Pasifik tentang Penjagaan Perdamaian (Asia-Pacific Regional Meeting on Peacekeeping) di Jakarta Juli lalu.

Saya berbangga hati untuk mengatakan bahwa pertemuan tersebut telah mampu mencapai tujuannya.

Sejumlah isu penting diangkat pada Pertemuan Jakarta itu, seperti bisa dilihat dari ringkasan yang baru saja diedarkan di ruangan ini, antara lain:

Pertama, pertemuan tersebut membahas lingkungan misi yang semakin kompleks dan isu utama tentang perhatian bersama untuk berkontribusi dalam penjagaan perdamaian PBB.

Kedua, PBB diminta memberikan kejelasan terkait mandat misi, terutama mengenai pembedaan antara penjagaan perdamaian dan penegakan perdamaian.

Ketiga, perlu ada konsultasi antara Dewan Keamanan, DPKO dan negara-negara yang ikut dalam seluruh tahap penyusunan mandat.

Lebih penting lagi, Pertemuan Jakarta juga mendengarkabarmenggembirakan tentang kemungkinan kontribusi di masa yang akan datang dalam penjagaan perdamaian PBB.

Yang mulia para hadirin,

Para delegasi yang terhormat,

Pada saat yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan janji Indonesia untuk turut berkontribusi dalam penjagaan perdamaian PBB di masa depan.

Saat ini, kami mengerahkan 2.730 personil tentara dan polisi di 9 misi.

Indonesia terus berkomitmen untuk mewujudkan visi kami untuk memiliki 4.000 penjaga perdamaian hingga tahun 2019. Untuk mencapai tujuan ini, baru-baru ini kami mendirikan suatu pusat keamanan dan penjagaan perdamaian untuk melatih para calon penjaga perdamaian. Pusat tersebut menerima peserta dari negara-negara sahabat.

Pada awal tahun ini, kami telah mengerahkan satu Batalion Komposit dengan 800 personil ke UNAMID.

Kami sekarang berada pada tahap akhir untuk mengerahkan tiga helikopter pendukung Mi-17 ke MINUSMA.

Pada 2016, kami siap untuk mengerahkan satu batalion komposit militer dengan satu unit polisi bentukan.

Unit ini meliputi 100 petugas polisi, 40 di antaranya perempuan.

Meningkatkan kapasitas sipil untuk bertugas pada misi PBB juga menjadi bagian dari peta jalan kami.

Presiden Obama,

Yang mulia para hadirin,

Para delegasi yang terhormat,

Tahun ini, kita merayakan ulang tahun ke-70 berdirinya PBB.

Kita sadar bahwa dalam memenuhi mandatnya, PBB masih terkendala berbagai tantangan.

Setiap negara dapat berkontribusi secara berbeda pada penjagaan perdamaian PBB.

Sekecil apapun kontribusi itu pasti bernilai. Kontribusi itu dapat membuat perbedaan dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional.

Pertama dan yang terpenting, pengerahan misi penjagaan perdamaian PBB mencerminkan komitmen internasional untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas, yang hanya dapat dibangun melalui kerjasama internasional yang erat.  Dalam menghadapi ancaman terkini terhadap keamanan internasional, kita harus bekerja keras untuk meningkatkan kerjasama internasional dan sikap saling percaya antar negara.

Namun, pada akhirnya mencegah konflik jelas merupakan cara terbaik untuk dikedepankan. Daripada harus mengerahkan banyak tentara dan polisi sebagai penjaga perdamaian PBB, kita semestinya bekerja lebih keras untuk mencegah terjadinya konflik antar negara. Secara internal, negara-negara dapat mencegah terjadinya konflik dan munculnya radikalisme antara lain dengan memastikan terwujudnya keadilan sosial, pembangunan ekonomi yang lebih adil, proses politik yang inklusif dan pastisipatif, dan tata pemerintahan yang baik.

Terima kasih.