Jakarta-Wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla membuka acara International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL), pada Senin pagi, 9 Mei 2016 di Jakarta Convention Center dengan tema “Islam Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia”. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan internasional ini adalah untuk menyegarkan kembali misi Islam dan mendorong langkah konkret dari pengambil kebijakan dalam membangun peradaban umat manusia di dunia yang damai dan adil, terutama dalam mengatasi masalah terorisme dan radikalisme agama di dunia saat ini yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Dalam kesempatan tersebut Wapres menyatakan bahwa Indonesia sangat bersyukur karena hampir 90% penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Walaupun terdiri dari berbagai bahasa, berbagai budaya, juga berbeda dalam cara melaksanakan agama. ”Karena itulah apa yang kita harapkan dari segi perbedaan itu kita bersatu, dan segi perbedaan itu kita harapkan menjadi kekuatan bukan perpecahan,” tutur Wapres.
Lebih lanjut Wapres mengungkapkan bahwa radikalisme dan terorisme harus diatasi karena kita semua menginginkan suatu dunia Islam yang moderat, agama rahmatan lil’alamin. “Bagaimana Islam sebagai agama memberikan rahmad, memberikan kebaikan, mempersatukan kepada seluruh umatnya. Itulah yang selalu menjadi tujuan dan cita-cita kita semuanya,” ungkap Wapres.
Wapres mencontohkan kejadian di beberapa negara Islam yang terjadi akhir-akhir ini, yang terlihat hanyalah bom, perang dan konflik. Kalau jaman Rasululloh orang hijrah dari Mekah ke Madinah untuk mencari kebaikan dan persatuan sehingga timbullah masyarakat Islam yang baru. Hari ini yang kita saksikan adalah hijrahnya orang-orang Islam dari negara-negara yang indah, Syria, Irak, Lybia dan sebagainya, berlindung di negara-negara non Islam di Eropa. “Sungguh tragis memang apa yang terjadi pada hari ini. Dan semua itu merupakan bagian dari apa yang harus kita selesaikan, bukan hanya kita bicarakan dikalangan kita semua,” tandasnya.
Wapres juga menceritakan bagaimana pengalaman yang ada di Eropa, terorisme oleh anak-anak muda justru karena tidak mempunyai pemahaman agama yang dalam. “Abdulsalam, Abdullah, atau siapapun, di Perancis, di Belgia, semuanya tidak mengenal masjid dengan benar, justru mereka minum-minum, narkoba dan sebagainya. Tapi yang timbul adalah kemarahan, kepada nasib umatnya,negaranya, yang dihancurkan oleh banyak pihak. Tapi yang lebih menyedihkan, kita sendiri menyerang satu sama lain, saling menghancurkan satu sama lain, tanpa alasan yang jelas,” ungkap Wapres
Wapres menambahkan bahwa memang terlalu banyak hal yang dikonflikkan, mulai ideologi, energi, pemerintahan, demokrasi dan sebagainya menjadi penyebab daripada semua ini. “Tidaklah mudah menyelesaikannya dalam konferensi tanpa pemahaman,” ujar Wapres.
Sebelumnya, Ketua Panitia Prof. Dr. Mahsum Mahfud menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai dialog people to people antar ulama dan antar pemimpin Islam seluruh dunia. Para peserta yg hadir antara lain para narasumber, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, para tokoh Islam dari 25 negara, para ulama dan pimpinan umat Islam dari tanah air, pimpinan Pondok Pesantren serta para pimpinan dan tokoh Nahdlatul Ulama.
PBNU memandang usaha mendesak dilakukan mengingat kemelut konflik di Timur Tengah dengan mengatas namakan agama Islam adalah sumber radikalisme yang kemudian menyebar keseluruh dunia. Selama konflik tersebut belum terselesaikan, bibit radikalisme dengan latar belakang agama Islam akan terus tumbuh dan menyebar diberbagai tempat. Menyelesaikan konflik Timur Tengah, berarti menutup lahan persemaian radikalisme, sekaligus menyelamatkan kawasan itu dari kehancuran total peradabannya akibat perang panjang
Hadir dalam acara tersebut Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarno Putri, Rais ‘Aam PBNU KH. Makruf Amin, Ketua PBNU KH. Said Aqil Siroj, Para Duta Besar Negara Sahabat, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Mahari, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin serta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (KIP-Setwapres)
*****