Jakarta, wapresri.go.id – Pasar milenial memiliki potensi besar sebagai target pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di era transformasi digital. Terlebih saat ini muncul ‘Generasi Sy’ (Gen-Sy) yakni kelompok yang melihat pentingnya keseimbangan hidup antara duniawi dan rohani. Oleh karena itu, untuk menarik pasar milenial ini, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah harus menyesuaikan dengan selera generasi SY.
“Dari berbagai Informasi yang kita terima, sekarang justru milenial yang sadar syariah itu begitu besar jumlahnya, sampai timbul istilah ‘Generasi Sy’. Itu milenial, dan Gen-Sy itu sekarang besar sekali. Oleh karena itu, layanan daripada ekonomi dan keuangan syariah ini harus juga menyajikan layanan yang sesuai dengan generasi milenial,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat melakukan wawancara dengan Bisnis Indonesia melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Senin (26/04/2021).
Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tidak bisa dilepaskan dari dunia digitalisasi yang telah menghadirkan financial technology (fintech) dan pasar elektronik (e-commerce), serta produk-produk yang market friendly (ramah pasar) di kalangan generasi muda. Hal ini sebagai upaya agar produk-produk syariah lebih dikenal dan diminati generasi milenial.
“Karena itu, semboyan kita bahwa ekonomi syariah ini sekalipun pada mulanya kita sediakan untuk mereka yang ingin melaksanakan transaksi ekonomi sesuai dengan tuntutan agamanya, dan lebih pada pendekatan emosional, kini kita mempunyai keinginan menyajikan produk halal maupun juga layanan ekonomi dan keuangan syariah, itu lebih pada alasan rasional, dalam bentuk bukan lagi emosional, tapi lebih rasional,” paparnya.
Artinya, sambung Wapres, orang memilih barang/layanan ekonomi dan keuangan syariah karena memang baik layanannya dan sesuai dengan hati nuraninya. Misalnya, layanan syariah merupakan transaksi yang berdasarkan pada keadilan sehingga lebih nyaman digunakan.
“Kemudian kalau pada makanan, kalau kualitasnya bagus seperti di luar negeri misalnya Australia, di antara masyarakat lebih populer daging yang diproses secara halal sekalipun yang non-muslim,” ungkapnya.
Begitu juga layanan keuangan syariah, menurut Wapres saat ini justru berkembang di negara-negara dengan mayoritas penduduk non-muslim seperti Inggris, Singapura, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Bahkan, bank syariah lebih dulu lahir di Inggris dan Singapura, dengan Inggris menjadi pusatnya.
“Artinya mereka menggunakan sistem ini sebagai sesuatu yang rasional,” tegasnya.
Oleh karena itu, kata Wapres, untuk memanfaatkan potensi besar generasi milenial saat ini, pendekatan rasionalitas harus digunakan guna menarik minat generasi milenial, khususnya Gen-Sy.
“Kita ingin lebih kepada pendekatan-pendekatan yang sesuai selera Generasi Sy ini yang sekarang tumbuh dengan pesat dan besar,” ujarnya.
Perlu Dukungan Pers
Pada wawancara yang mengusung tema seputar ekosistem ekonomi syariah ini Wapres menuturkan bahwa sosialisasi dan literasi menjadi dua hambatan utama dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Untuk itu, peran pers menjadi sangat sentral untuk menyampaikan informasi yang utuh mengenai ekonomi dan keuangan syariah baik secara mikro maupun makro kepada masyarakat.
“Memang kita sedang merancang supaya bagaimana masyarakat itu disuguhkan tidak saja hanya dari pendekatan mikro ekonominya, tetapi juga dari makro ekonominya,” ucap Wapres.
“Kita ingin pers bisa menyajikan dua hal itu, yaitu yang berbentuk pendekatan mikro ekonomi dan juga literasi, kemudian artikel-artikel yang menggambarkan tentang makro ekonomi dari ekonomi dan keuangan syariah. Itu barangkali sangat penting dan sangat didambakan,” pungkas Wapres.
Wawancara eksklusif ini disiarkan pada podcast Bisniscom dan dipandu oleh Pemimpin Redaksi Maria Y. Benyamin, Wakil Pemimpin Redaksi Fahmi Achmad dan Rahayuningsih, serta Redaktur Pelaksana Galih Kurniawan. (EP/SK-BPMI, Setwapres)