Tausiah Pada Acara Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillah walhamdulillah washalatu wassalamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi wa mawwalah.
Yang saya hormati Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Iriana Joko Widodo, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, ulama analkiram wa habaibana afadhil, para hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Alhamdulillah, malam ini kita bisa berzikir kembali di Halaman Istana Negara dalam rangka mensyukuri nikmat Allah, Hari Kemerdekaan kita yang ke-78. Tetapi juga momentum ini, mari kita jadikan saat untuk bersyukur karena kita telah bebas dari Covid-19, alhamdulillah.
Di bawah pimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, Indonesia bisa selamat daripada Covid-19, bahkan dari dampak ekonominya, di mana negara-negara lain banyak yang berantakan. Indonesia masih baik, masih tumbuh di atas 5 persen, dan ini patut kita syukuri, alhamdulillah tsum alhamdulillah tsum alhamdulillah.
Dan tentu ini juga berkat dukungan seluruh rakyat Indonesia dan doa seluruh rakyat Indonesia, dan doanya para ulama. Saya tahu para ulama terus berdoa, selalu membacakan allahumadfa’anal ghala fa’al wal bala wal waba wal corona itu dibaca tidak hanya waktu Qunut Subuh, tapi juga pada waktu salat lain, waktu Salat Jumat, bahkan di malam hari.
Dan tentu juga ini tidak lepas daripada ‘inayah dan himayah rabbaniyah, pertolongan dan perlindungan Allah SWT. Kita dilindungi, ditolong, sehingga pemerintah mampu mencari solusi yang tepat dalam menghadapi Covid dan diberikan himayah, dilindungi dari kemungkinan terjadinya keterpurukan dalam kehidupan bangsa kita. Ini adalah ‘inayah rabbaniyah, himayah rabbaniyah.
Oleh karena itu, kita ucapkan nasykuruka ya Allah ala inayatika wa himayatika ya rabbala’alamin, kami bersyukur ya Allah atas ‘inayah dan himayah-Mu.
Hadirin sekalian, bebas kita dari Covid dan dampak buruknya, kita juga menghadapi juga tantangan baru, keadaan global yang belum menentu, krisis energi, krisis pangan, dan kita memasuki El Nino, ini juga tantangan baru. Memang di dunia ini banyak tantangan demi tantangan.
Kata ulama, dunia ini adalah mammaran intihaniyyan, tempat lalu, tempat yang penuh ujian dan cobaan. Tempat yang banyak terjadi silsilatun minal imtihannad, mata rantai ujian. Oleh karena itu, mari kita hadapi situasi yang tidak menentu ini. Dan pemerintah di bawah pimpinan Bapak Presiden Joko Widodo sudah mempersiapkan berbagai instrumen untuk menghadapi ini.
Banyak negara yang sekarang sudah banyak kelaparan, banyak juga krisis, tapi Indonesia insyaallah. Atas juga dukungan, atas doa dari Bapak, Ibu, para ulama, dan juga tentu kembali kepada ‘inayah dan himayah rabbaniyah.
Oleh karena itu, momentum malam ini mari kita jadikan memohon ‘inayah rabbaniyah dan himayah-Nya. Nas alukallahumma ala inayatika wa himayatika ya rabbal’alamin, kita mohon kepada Allah supaya diberikan ‘inayah, himayah, dalam menghadapi tantangan yang akan datang.
Kuncinya adalah kita bersatu. Mari kita wujudkan sikap tawadud, saling mencintai di antara sesama kita; sikap tarahum, saling menyayangi di antara kita; irhammu man fil ardhi yarhamkum man fissama’, sayangilah orang yang di bumi, kamu akan disayang oleh yang ada di langit.
Kita wujudkan ta’awun, saling membantu, saling menolong, saling membantu, atta’awun watta’awan alal biri wattaqwa. Saling tolong menolonglah kamu, kata Allah, dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan saling juga tanasur. Tawadud, tarahum, ta’awun, dan tanasur. Saling menolong. Ini saya kira yang harus kita wujudkan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan kita hadapi ke depan.
Dan seperti kata Allah dalam Al-Qur’an, mari kita semua menjadi qalbun yan, seperti satu bangunan, yasyuddu ba’duhu ba’dan, yang satu sama lain saling menguatkan, bukan saling merobohkan, tapi yasyuddu ba’duhu ba’dan, saling menguatkan, saling menopang.
Dan seperti juga dikatakan oleh Rasulullah, mari kita jadikan kita sebagai bangsa kal jasadil wahid, seperti tubuh yang satu, kalau ada satu anggota yang sakit maka yang lain merasa sakit. Artinya, yang memiliki solidaritas yang tinggi.
Kalau kita bisa menjadi qalbun yan, seperti satu bangunan, kita bisa menjadi kal jasadil wahid, insyaallah tantangan apapun di hadapan kita, sebesar apapun, sesulit apapun pasti kita bangsa Indonesia mampu akan menghadapi dan mengatasinya. Insyaallah.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Artikel Terkait:









