Jakarta-wapresri.go.id Duta Besar (Dubes) Afganistan untuk Republik Indonesia Roya Rahmani mengagumi Indonesia yang memiliki toleransi antar umat beragama yang tinggi, meskipun terdiri dari masyarakat majemuk dengan mayoritas muslim. Hal tersebut disampaikannya ketika bertemu Wakil Presiden (Wapres) di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, siang ini, Selasa (18/10/ Oktober 2016).

Rahmani, yang didampingi dua Consular kedutaan besar Amanullah Saleem dan Abdul Ghani Hassanzada serta Third Secretary Omid Jalali Bujan, bersama Wapres Jusuf Kalla membahas hubungan kedua negara Dolan meningkatkan bidang perdagangan dan ekonomi, pendidikan, people to people exchanges, kunjungan kedua pimpinan negara dalam pertemuan tingkat tinggi, promosi pariwisata, bisnis serta media dan jurnalistik.

Mewakili negaranya, dirinya berharap agar pemimpin negara Indonesia, baik Presiden maupun Wapres, dapat bertemu dengan pemimpin negara Afganistan, dan menyempatkan hadir di konferensi tingkat tinggi dalam bidang perdagangan dan ekonomi.

“Terakhir Pemerintah Indonesia berkunjung ke Afganistan adalah sekitar 50 tahun yang lalu pada tahun 1961, saat itu Presiden Soekarno berkunjung ke Afganistan. Oleh karena itu akan sangat menyenangkan apabila Presiden dan Wapres Republik Indonesia berkunjung lagi ke Afganistan,” harap Rahmani.

Rahmani juga mengagumi negara Indonesia dengan umat muslim terbesar di dunia, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, serta tidak ada konflik politik yang berarti.

Menanggapi hal tersebut, Wapres Jusuf Kalla menjelaskan bahwa Indonesia dengan beraneka ragam agama harus menjaga keharmonisannya.

“Contoh dalam kabinet kami di Indonesia, menteri-menteri yang menduduki jabatannya terdiri dari berbagai agama dan latar belakang, seperti Islam, Katolik, Kristen dan lainnya. Selain itu seluruh agama di Indonesia mendapatkan hari libur saat peringatan hari besarnya,” papar Wapres.

Kemudian Wapres menjelaskan bahwa pemerintah dan masyarakat bersama-sama wajib menjaga harmonisasi dan harus memiliki rasa saling menghormati antar sesama.

Terkait bidang ekonomi dan perdagangan, Afganistan sebagai salah satu negara yang dulu terlibat dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 ini, merupakan mitra ekonomi terbesar Indonesia di Asia Tengah. Untuk itu Rahmani meminta masukan kepada Wapres kemungkinan cara meningkatan perdagangan antara kedua belah negara.

“Afganistan sebagai negara post conflict dengan peningkatan perdagangan yang mulai pesat, baik untuk kesempatan investasi dan sebagai mitra bisnis. Afganistan wilayahnya juga menjadi penghubung perdagangan antar negara,” ungkap Rahmani.

Hal ini, lanjutnya, dapat terjalin dalam people to people exchanges, dengan membuat kedua negara menjadi dekat dan saling memahami. Untuk itu people to people exchanges bisa berupa ekspansi civil society, diplomat, bisnis dan jurnalis hingga akan sampai pada tujuan saling memahami satu sama lain.

“Kami memahami bahwa banyak orang mengira Afganistan adalah negara yang sedang berperang dan bermasalah, seperti bagaimana masyarakat Afganistan tidak memahami bahwa Indonesia sangat indah. Untuk itu dibutuhkan pertukaran dalam berbagai hal, salah satunya perdagangan, pendidikan, dan dalam bidang media,” jelas Rahmani.

Untuk itu, Rahmani berharap agar jurnalis dari media di Indonesia dapat berkunjung ke Afganistan melihat bagaimana situasi di Afganistan kini, sebagai negara post conflict yang sedang membangun. Begitu juga dengan harapan agar para pelajar Afganistan dan Indonesia dapat melakukan pertukaran pelajar.

Menanggapi hal itu, Wapres Jusuf Kalla menjelaskan, Indonesia juga sedang membangun Universitas Islam Internasional agar banyak mahasiswa yang ingin belajar tentang Islam dapat menempuh pendidikannya di universitas tersebut.

“Penting bagi generasi muda untuk membangun relasi, salah satunya dengan pertukaran pelajar,” dukung Wapres.

DI akhir pertemuan, Rahmani sekali lagi berharap agar Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Afganistan bersama-sama membangun hubungan ekonomi, pendidikan dan juga sektor lainnya. (KIP, Setwapres)