Jakarta. Aksi terorisme muncul dari negara yang gagal. Gagal karena pemerintahnya tidak dapat memberikan keadilan. Gagal karena pemerintahannya tidak punya kekuatan karena intervensi negara-negara lain.

“Saya katakan di hadapan Majelis PBB,  intervensi asing dengan dalih demokrasi yang menggulingkan para penguasa otoriter secara paksa di beberapa negara, sering mengakibatkan kosongnya kekuasaan. Hal ini menyebabkan negara menjadi gagal, sehingga mudah dieksploitasi oleh kelompok ekstremis,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Kunjungan Kehormatan Deputi Perdana Menteri (PM) Turki Numan Kurtulmus, di sela-sela KTT Luar Biasa ke-5 OKI mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, di Nuri Room 1, Jakarta Convention Center, Senin (7/7/206).

Lebih jauh Wapres mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi negara Syiria yang diserang banyak negara. Meskipun serangan tersebut ditujukan untuk menumpas teroris, namun menyebabkan penderitaan bagi penduduk negara tersebut, sehingga mereka harus mengungsi ke negara-negara lain.

“Kita tidak tahu kapan Syiria akan kembali normal jika masih seperti ini,” ucap Wapres.

Menurut Kurtulmus, jumlah pengungsi yang berada di Turki saat ini lebih dari 3 juta orang. 7000 berasal dari Syiria, dan sisanya berasal dari Iraq, Afghanistan, Pakistan, dan juga Yaman. “Dana yang dibutuhkan untuk menangani pengungsi sekitar 9 miliar US Dollar. Selain mendapat dukungan dari PBB, kami juga mengharapkan dukungan dari negara-negara muslim lainnya,” ungkap Kurtulmus.

Kurtulmus mengatakan, negara-negara tetangga yang saat ini berkonflik sangat mempengaruhi kondisi di Turki. Menurutnya, Turki merupakan negara yang stabil seperti Indonesia, yang sama-sama telah melakukan reformasi di berbagai sektor. Namun, terjadinya pemboman akhir-akhir ini menyebabkan reformasi tersebut tidak berjalan maksimal.

Untuk itu, lanjut Kurtulmus, KTT OKI ke-13 yang akan dilaksanakan bulan April yang akan datang di Istanbul, Turki, diharapkan dapat menghentikan konflik-konflik yang terjadi di negara-negara kawasan Timur Tengah. “Tidak ada lagi konflik Sunni-Syiah. Tidak ada lagi perbedaan etnis Arab. Kami hanya ingin membangun persaudaraan sebagai sesama muslim pencipta kedamaian,” tegas Kurtulmus.

Wapres menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas terjadinya pengeboman yang terjadi akhir-akhir ini di Turki. Terkait KTT OKI ke-13, Wapres mengatakan Presiden Joko Widodo akan menghadirinya.

Dalam pertemuan itu, dibahas pula hubungan bilateral kedua negara. Kurtulmus menyampaikan Pemerintah Turki ingin meningkatkan kerjasama pendidikan. “Saya baru saja mengunjungi Yogyakarta. Selain melihat Borobudur, saya juga mengunjungi Universitas Gajah Mada. Universitas tersebut sangat bagus. Saya berharap akan ada kerjasama dengan universitas-universitas di Turki,” ucap Kurtulmus.

Sementara dalam bidang perdagangan dan investasi, Wapres mengundang pelaku bisnis Turki untuk berinvestasi di Indonesia.

Berkenaan dengan KTT LB OKI ke-5 yang berlangsung di Jakarta, Wapres meminta kepada Pemerintah Turki untuk mendukung solidaritas bagi perdamaian dan kemerdekaan Palestina.

“Mari sama-sama kita tunjukkan komitmen yang nyata dalam mendukung kemerdekaan Palestina,” tutur Wapres.

Hadir bersama Deputi PM Turki Numan Kurtulmus, Dubes Turki untuk Indonesia Zakeriya Akcam, Wakil Tetap OKI Salih Mutlu Sen, Penasehat Deputi PM Ali Osman Ozturk, dan Pejabat Kemlu Korhan Karakoc.

Sementara Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, dan Deputi Kasetwapres Bidang Dukungan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar. (Siti)