Jakarta. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sebagai asosiasi yang mewadahi profesi arsitek di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitasnya sehingga mampu memenangi persaingan dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Bagaimana profesionalismenya ditingkatkan. Bagaimana bisa berfungsi dan memberikan warna pada pembangunan nasional,” pesan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menerima pengurus pusat IAI di Kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, Kamis, 21 Januari 2016.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum IAI Ahmad Djuhara melaporkan kesiapan profesi arsitek dalam menghadapi persaingan MEA yang telah dimulai pada awal tahun 2016 ini. Demi mendukung profesionalitas arsitek tersebut, lanjut Ahmad, IAI telah mengajukan draft RUU tentang profesi arsitek kepada Komisi V DPR, sehingga ke depan para arsitek memiliki landasan hukum keprofesian.

“Indonesia belum memiliki UU tentang arsitek sebagai regulated professionals, yang melindungi para arsitek. UU tersebut nantinya diharapkan juga dapat melindungi masyarakat dari pelayanan arsitek yang tidak standar,” ujar Ahmad Djuhara.

Menanggapi apa yang disampaikan Ketum IAI, Wapres juga mengemukakan pentingnya asosiasi profesi arsitek menetapkan standar kualitasnya. Bila perlu dikeluarkan sertifikasi keahlian, yang dapat terus di-upgrade dengan mengikuti perkembangan pengetahuan, teknologi dan inovasinya.

Wapres menganalogikan profesi arsitek seperti dokter yang memiliki keahlian spesialisasi masing-masing. “Jadi diharapkan nanti ada spesialis gedung bertingkat, sekolah, rumah sakit, perbelanjaan dan sebagainya. Tentukan standar kualitas profesinya, nanti pemerintah yang akan memberikan target-target tertentu kepada para arsitek,” seru Wapres.

Kemudian Wapres mengungkapkan pengalamannya dalam pembangunan beberapa bandara baru yang ada di Indonesia. Pada awalnya, bandara-bandara seperti Sultan Hasanuddin Makassar dan Kualanamu Medan diusulkan dibangun dengan menonjolkan ciri khas budaya dan bersifat tradisional.

Namun, Wapres pun dengan tegas menolaknya dan meminta agar dibangun dengan gaya modern, futuristik dan fungsional. Wapres menginginkan semua hal diperoleh dari dalam negeri, baik dana maupun pekerjanya. “Jadi arsitek itu harus punya pendirian yang kuat dan tidak sekedar mengikuti arus saja,” tutur Wapres.

Di sisi lain, menyongsong perhelatan Asian Games di Jakarta pada tahun 2018 nanti, IAI mendapatkan tugas dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membantu pembangunan 13 sarana olahraga di kawasan Gelora Bung Karno. 11 dari jumlah tersebut berupa renovasi, sedangkan 2 lainnya bangunan baru.

Terkait hal itu, Wapres mengingatkan agar fasilitas yang dibangun dapat disesuaikan dengan standar internasional. “Dalam keadaan darurat misalnya kebakaran, bagaimana safety-nya sebuah stadion, dalam waktu 15 menit, stadion bisa dikosongkan,” jelas Wapres.

Turut hadir mendampingi Wapres, Kasetwapres Mohamad Oemar, Deputi Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat serta Staf Khusus Bidang Ekonomi Wijayanto. (Taufik Abdullah)