Yogyakarta, wapresri.go.id – Tujuan suatu bangsa ialah kemajuan dan kemakmuran. Untuk mewujudkan hal tersebut, hanya dapat dicapai bila suatu bangsa dapat meningkatkan nilai tambah (value added) dengan penguasaan teknologi melalui pendidikan.
Demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pada pembukaan Seminar Nasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan tema “Format Pendidikan Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”, di Kampus UNY, Yogyakarta, Sabtu (04/05/2019).
“Saat ini kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana semua hal berkaitan dengan kemajuan teknologi. Pendidikan di Indonesia harus meningkatkan inovasi dan skill yang mendukung ke arah teknologi. Bila tidak, maka pendidikan di negara ini akan tertinggal,” ujar Wapres mengawali sambutannya.
Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa dua hal tersebut perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing pendidikan di masa mendatang, yaitu inovasi dan skill sebagai inti dari arah pendidikan sistem liberal (inovasi) dan sistem Eropa (skill based).
“Sistem liberal biasanya diterapkan di USA, sehingga USA menjadi inovator yang lebih maju dibanding Eropa. Di Eropa, skill based menjadi sistem utama pendidikan, sistem itu juga diterapkan di Jepang, Korea dan China. Sistem tersebut telah menghasilkan SDM dengan kemampuan bekerja yang baik karena link and match antara pendidikan dan pekerjaan,” jelas Wapres.
Wapres pun berharap UNY dapat menghasilkan guru yang berdaya saing tinggi melalui peningkatan inovasi dan skill tersebut. Selain itu, tambah Wapres, perguruan tinggi bertugas untuk meningkatkan penelitian dan teknologi yang dibutuhkan pada masa mendatang.
“Tantangan itu, kembali ke tantangan teknologi dan pendidikan sebagaimana research, menjadi bagian dari tugas perguruan tinggi, meneliti apa yang dibutuhkan pada lima tahun mendatang,” ungkap Wapres.
Di sisi lain, Wapres juga menjelaskan ada empat hal yang mempengaruhi pendidikan yaitu guru, sistem pendidikan (kurikulum), sarana-prasarana, serta lingkungan. Guru merupakan inti dari pendidikan, yang menentukan baik tidaknya kualitas pendidikan. Sedangkan, bila sering terjadi perubahan kurikulum hal tersebut diperlukan karena materi dari kurikulum yang diajarkan akan dipraktikkan dalam 5-10 tahun mendatang. Terkait sarana dan prasarana, ujar Wapres, sangat didukung pemerintah dengan memberikan alokasi anggaran pendidikan yang cukup besar.
Terakhir, menurut Wapres, hal yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi pendidikan adalah lingkungan atau budaya.
“Budaya dan minat menyebabkan budaya masyarakat rendah sehingga lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah) kita untuk meningkatkan daya saing, lingkungan budaya sangat penting untuk mendorong budaya belajar, kita semua harus memperbaiki,” pungkas Wapres.
Sebelumnya, dilakukan penyampaian laporan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni UNY (DPP IKA UNY) Suyanto, Rektor UNY Sutrisna Wibawa, serta Sambutan Selamat Datang Gubernur D.I. Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Kegiatan tersebut diakhiri dengan pemukulan Gong oleh Wapres sebagai tanda peresmian pembukaan Seminar Nasional UNY, yang dihadiri sekitar 500 orang, meliputi tokoh nasional, guru pendidikan dasar, menengah dan atas, dosen, pengamat, dan pemerhati pendidikan, serta kalangan mahasiswa. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-55 UNY dimulai sejak bulan April sampai dengan Juni 2019.
Turut hadir mendampingi Wapres, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, serta Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan Syahrul Udjud.(IO/AF-KIP, Setwapres)