Jakarta-wapresri.go.id Energi merupakan sumber kekuatan dan keberlanjutan. Energi menjadi kebutuhan siapa saja, baik perorangan, industri, transportasi, maupun perumahan. Di Indonesia, transportasi dan perumahan yang paling banyak membutuhkan energi, dan kebutuhan energi ini akan terus meningkat. Untuk itu, perlunya menjaga ketahanan energi.

“Ketahanan energi hanya dua caranya, [pertama] tingkatkan selalu produksi, kedua, efisiensi pemakaiannya, hanya itu bisa baru tahan energi,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika membuka Business Gathering Bidang Energi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (8/9/2016).

Menurut Wapres, energi secara umum terbagi antara lain dari fosil menjadi minyak bumi, fosil menjadi gas bumi, batubara, dan energi yang terbarukan. Wapres menjelaskan bahwa semua sumber energi tersebut ada di Indonesia.

“Kita bersyukur bangsa Indonesia mempunyai semua itu. Tidak banyak negara yang mempunyai semua sumber energi utama itu. Kita mempunyai fosil oil, batubara, minyak dan sebagainya. Kita punya gas, kita punya renewable energy. Renewable energy itu terbagi contohnya saja tenaga panas bumi, geothermal, hydro, surya, angin, bio gas, di Indonesia itu semua ada,” ungkap Wapres.

Namun, Wapres melihat, dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan energi terus meningkat.

“Setiap kali jumlah penduduk bertambah, setiap kali pendapatan gross bertambah butuh energi 1.5 kali atau 2 kali dari pertumbuhan itu. Kalo pertumbuhan 5%, biasanya kita butuh energi 10% untuk memberikan kekuatan ekonomi daya dukung kepada kita semua,” tegas Wapres.

Untuk itu, Wapres mengimbau agar produktivitas bisa terus ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan produk prime energy seperti gas, dan juga meningkatkan produksi renewable energy seperti geothermal, hydro, surya dan angin. Produksi fosil oil juga tetap harus dijaga, karena 95% kebutuhan transportasi di Indonesia masih menggunakan fosil oil, seperti bensin atau solar.

Selain itu, lanjut Wapres, efisensi pemakaian juga perlu dilakukan. Dahulu memang pendapatan Indonesia dari minyak bumi mencapai 80%, sekarang pendapatan dari minyak tinggal 25%. Jadi artinya masyarakat harus menyusaikan diri terhadap kebutuhan ekonomi dan kebutuhan negara.

Oleh karena itu, lanjut Wapres, dibutuhkan efisiensi, yakni efisiensi dari prilaku sehari-hari dan juga penggunaan teknologi guna mendapatkan ketahanan energi. Dulu, penggunaan energi sangatlah berlebihan, namun sekarang, pasca berkembangnya teknologi semua itu dapat diefisiensikan.

“Dulu kalau kita keluar dari kamar hotel, AC tetap jalan, listrik tetap jalan, setelah krisis energi tahun 1974, semua hotel begitu kita keluar kamar mati lampu, mati AC dan sebagainya. Itu suatu teknologi dan kebiasaan,” ungkap Wapres.

Wapres juga berbagi pengalaman ketika ia menjadi Wakil Presiden pada periode sebelumnya, dimana ia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menghemat energi. Tahun 2005, pada saat harga minyak naik dan subsidi tinggi sekali, dan Indonesia hampir mengalami defisit besar-besaran, 3 hal dilakukan, yaitu menaikkan harga minyak 123%, konversi minyak tanah menjadi gas dalam waktu 3 tahun, dan tidak menggunakan jas, sehingga suhu udara pada AC dapat ditentukan menjadi 25° C.

“Itu akibat penghematan energi yang bisa kita lakukan, karena kalau kita pakai jas, AC mungkin [suhu udaranya] 16, paling sedikit 20 derajat. Kalau pakai batik [AC] harus 25 derajat, menghemat energi,” jelas Wapres.

Sebelumnya Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhanas (IKAL) Agum Gumelar menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah serangkaian acara yang terdiri dari VVIP Dialogue dan Focus Group Discussion yang berlangsung demi menggali fikiran para peserta yang nantinya bisa menjadikan sumbangsih kepada Pemerintah dalam meningkatkan ketahanan nasional pada bidang energi kedepan.

”Hasilnya nanti akan dituangkan dalam bentuk rekomendasi ataupun solusi yang ingin kita sampaikan kepada Pemerintah, kepada Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden”, jelas Agum.

Acara Business Gathering ini diselenggarakan oleh IKAL bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN). IKAL merupakan wadah perkumpulan para alumni pendidikan Lemhanas yang bertujuan agar para alumni yang menjalankan peran-peran strategis dapat terus mengamalkan nilai-nilai luhur demi kepentingan rakyat, bangsa dan negara.IKAL mendukung visi-misi Presiden dan Wakil Presiden terutama dalam hal penguatan ketahanan nasional dalam berbagai sektor.

Business Gathering yang diselenggarakan IKAL kali ini memfokuskan pada topik ketahanan energi. Selain Ketua Umum IKAL Agum Gumelar, hadir dalam kesempatan tersebut Mustafa Abubakar dan Ketua APINDO Hariyadi Sukamdani. (KIP, Setwapres)