Jakarta. Kita berharap pasar modal Indonesia adalah pasar modal yang lebih banyak dikuasai dana nasional dari investor domestik. “Inti dari semua itu adalah trust. Pengelolaan yang baik, good governance dalam pengelolaan dan pengawasannya berlapis,” ujar Wakil Presiden (Wapres) saat memberikan sambutan pada peluncuran Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal di Istora Senayan, Rabu 12 November 2014.

Sebelumnya Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Muliaman D Hadad menyebutkan bahwa 97,4 persen pemilik saham berasal dari dalam negeri dan sisanya sebesar 2,6 persen dimiliki investor asing, tetapi total nilai kepemilikan asing mencapai 60 persen. “Sehingga pasar modal di Indonesia memilki kerentanan terhadap perilaku dari investor asing. Untuk itu, investor lokal perlu terus ditingkatkan,” ucap Muliaman.

Wapres mengingatkan bahwa sangat rendahnya kepemilikan nilai saham investor domestik yaitu sebesar 40 persen, sehingga nilainya yang dimiliki investor asing sebesar 60 persen. “Artinya setiap keuntungan yang didapat akan lebih banyak lari keluar. Tapi itulah ciri pasar modal banyak spekulasi,” ujar Wapres.

Agar hal itu tidak terjadi, sebagai sebuah negara yang terbuka, kata Wapres, kita tidak dapat melarang investor luar negeri untuk tidak membawa modal atau keuntungannya ke luar negeri. “Tapi anda semua ikut serta berinvetasi di pasar modal,” ucap Wapres. Upaya itu sebagai pemerataan ekonomi nasional agar tidak didominasi modal asing, yang tidak punya kepentingan nasional hanya untuk memperbesar modal

Diakui Wapres, masyarakat kita masih lebih banyak menyimpan uangnya dalam bentuk deposito atau tabungan. Deposito dan tabungan bukan berarti tanpa risiko, deposito dan tabungan misalnya dapat terkena dampak inflasi sehingga nilainya riilnya menjadi berkurang. “Karena mereka belum bisa menghitung keuntungan dan risiko yang didapat dari pasar modal. Saham bisa untung 10 kali tapi ruginya juga puluhan kali,” kata Wapres.

Dua manfaat besar pasar modal adalah memberikan manfaat kepada pengusaha mendapatkan modal tanpa perlu membayar bunga dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan besar walaupun dengan nilai yang sangat kecil.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Muliaman D Hadad mengatakan bahwa pasar modal Indonesia telah ada sejak abad 19, tepatnya pada 1912 didirikan cabang bursa efek di Batavia, tetapi mengalami pasang surut. “Sejak berakhirnya pendudukan Belanda hingga orde lama, akhirnya pada 10 Agustus 1977 diaktifkan kembali melalui keputusan presiden pada tahun 1976, hingga kini telah berusia 37 tahun sejak diaktifkan kembali,”ujar Muliaman.

Lebih jauh Muliaman menjelaskan bahwa pasar modal dapat menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan yang sangat penting. Hingga kini, nilai penerbitan obilgas telah mencapai Rp 234 Triliun, kondisi yang sama juga dialami berbagai negara dimana pasar modal menjadi sumber pembiayaan utama yang melebihi perbankan.

Sepanjang lima tahun ini, dikatakan Muliaman, menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan yang dapat dilihat dari IHSG dan kapitalisasi di pasar saham indoensai. Sepanjang 2014 pertumbuhan indeks mencapai 18 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jepang, Malaysia dan Singapura. “Kapitalisasi tumbuh dengan signifikan. Pada 11 November 2014 tercatat Rp. 5.033 Triliun hampir mencapai 55 persen GDP Indonesia tahun 2013,” ucap Muliaman. Meski demikian, rasio yang kita miliki masih lebih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan, seperti Malaysia yang mencapai 60 persen.

Muliaman menjelaskan bahwa emiten di tanah air juga tumbuh lima persen setiap tahunnya. Hingga kini tercata 501 emiten, baik di pasar saham maupun surat utang korporasi. Meski termasuk rendah dibandingkan Malaysia yang memiliki 905 emiten dan Singapura sebanyak 767 emiten. “Tapi emiten kita tumbuh tertinggi di kawasan ini,” ucap Muliaman.

Tetapi Muliaman mencatat bahwa perkembangan yang baik dari pasar modal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan jumlah investor, terutama investor lokal atau domestik. Berdasarkan data yang dimilki OJK investor lokal baru mencapai 400 ribu orang Indonesia, sedangkan pasar kelas menengah di Indonesia telah mencapai 134 juta jiwa. “Jumlah investor di pasar modal Indonesia masih sangat kecil yaitu hanya 0,34 persen dibandingkan jumlah penduduk. Sementara Malaysia mencapai 12,8 persen Malaysia, bahkan Singapura sebesar 30 persen,” ujar Muliaman.

Upaya meningkatan investor Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari rendahnya literasi pasar modal di Indonesia. Berdasarkan survey, hanya 22 persen masyarakat Indonesia yang paham tentang industri keuangan, dengan latar belakang pendidikan yang berasal dari perguruan tinggi sebanyak 56 persen dan 30 persen dari Sekolah Menengah Atas. “Informasi atas produk layaanan pasar modal masih sangat rendah dibandingkan informasi produk perbankan,” ujar Muliaman.

Investor domestik yang sangat potensial adalah kelas menengah dan kelompok pelajar. Tahun 2010 tercatat 56,5 persen kelas menengah dari total penduduk, pada tahun 2003 kelas menengah baru 81 juta jiwa. “Tetapi tahun 2012 berkembang hingga 134 juta jiwa atau tumbuh 65 persen,”ucap Muliaman.

Masyarakat kelas menengah di Indonesia dikenal memliki variasi dalam hal gaya hidup. Peluang ini harus dimanfaatkan agar masyarakat kelas menengah memiliki berbagai variasi investasi termasuk pasar modal. Masih kecilnya masyarakat yang berinvestasi di pasar modal, jika dibandingkan dengan negara lain, mengharuskan kita membekali mereka dengan pengetahuan keuangan di pasar modal. “Sehingga budaya menabung dan berinvestsai akan terus melekat dalam kehidupan sehari-hari,” kata Muliaman.

Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK Nurhaida melaporkan bahwa Program Genta Pasar Modal Indonesia diluncurkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk pasar modal di Indonesia. Atas dasar itulah BEI, KPEI dan KSEI didukung oleh OJK merancang suatu program yaitu gerakan nasional cinta pasar modal. “Menumbuhkan kesadaran kencintaan masyarakat terhadap invesntasi di pasar modal Indonesia,” ujar Nurhaida.

Pemahaman investasi di pasar modal ini, kata Nurhaida, diharapkan dapat menjadi alternatif investasi yang unggul. “Bersifat jangka panjang dan berkelanjutan agar masyarakat Indonesai dapat menikmati manfaat pasar modal Indonesia,” ujar Nurhaida.

Target dari Genta Pasar Modal Indonesia ini adalah mahasiswa, dosen, praktisi bisnis, pengusaha, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibu rumah tangga. Acara ini sendiri dihadiri 5000 mahasiswa yang berasal dari 27 perguruan tinggi dan mereka semua sudah menjadi investor di pasar modal dan juga asosiasi yang terlibat di pasar modal.

****