Jakarta. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ajak setiap rakyat Indonesia tumbuhkan bela negara sejak dini melalui pendidikan kewarganeragaan, “Anak-anak kita harus diajak untuk mencintai bangsa dan tanah airnya hingga bangga menjadi bangsa Indonesia,” kata Wapres pada Peringatan Hari Bela Negara ke-67 yang berlangsung di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu pagi, 19 Desember 2015.

Wapres mengingatkan agar nilai-nilai bela negara ditanamkan secara kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan jaman. “Kita sekarang berada di era kemajuan teknologi informasi yang menuntut cara-cara  baru yang memberi ruang  pada anak-anak muda untuk mengekspresikan kecintanya dengan tanah air, agar mereka bisa mewujudkan bela negara dengan kreatif,” imbau Wapres.

Dihadapan sekitar 10.000 peserta upacara yang terdiri dari personel TNI/Polri, Kementerian Pertahanan RI, Organisasi Masyarakat, resimen mahasiswa, pelajar, mahasiswa dan pramuka, Wapres menegaskan bahwa kini membela negara negara tidak hanya dilakukan dengan kekuatan senjata, tapi dilakukan setiap warga negara dengan kesadaran membela negara dengan upaya-upaya politik dan diplomasi. Karena saat ini Indonesia menghadapi dinamika konstelasi geopolitik ekonomi dunia yang berubah pasca perang dingin, gelombang perdagangan bebas, dan tekanan integrasi ekonomi  regional yang semakin besar beberapa tahun ke depan.

Untuk itu Wapres mengajak seluruh bangsa untuk turut bela negara sesuai dengan ladang profesinya. “Sejarah mencatat, Indonesia bisa berdiri tegak menjadi bangsa yang berdaulat tidak lepas dari seluruh kekuatan rakyat, mulai dari prajurit TNI, petani, nelayan, ulama dan lapisan masyarakat lain yang berjuang mengorbankan jiwa raga membela tanah air dari penjajah,” ungkap Wapres.

“Seperti petani yang bekerja keras meningkatkan produksi untuk meningkatkan ketahanan pangan, seorang guru mendidik anak-anak di kawasan perbatasan,  para prajurit TNI yang menjaga pulau-pulau terdepan, dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya yang ditempatkan di wilayah terpencil begitu juga polisi yang menjaga keamanan bangsa, para penggiat anti korupsi yang berjuang mewujudkan bangsa bebas korupsi, begitu juga perang terhadap narkoba adalah tindakan nyata menyelamatkan generasi muda  penerus masa depan bangsa,” lanjutnya.

Wapres Jusuf Kalla mengapresiasi para profesi yang rela berkorban melampaui kewajiban negara yang diberikan kepada mereka, “Harus kita apresiasi, dan tugas kita semua untuk memastikan agar api semangat terus menyala dan diwariskan di masa mendatang,” ajak Wapres.

Wapres menambahkan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh seluruh bangsa Indonesia adalah perdagangan bebas yang di dalamnya terdapat  persaingan antara negara terutama dalam hal penguasaan akses sumber daya maritim dan energi dan pangan. “Inilah tantangan konkrit yang harus dihadapi bersama, apabila lemah maka Indonesia akan tertinggal dan tergulung oleh perubahan ekonomi dan politik dunia tersebut,” tutur Wapres.

Wapres juga mengingatkan akan adanya ancaman pangan, kejahatan kemanusiaan yang bersifat trans nasional, radikalisme dan terorisme. Menurutnya saat ini banyak anak-anak Indonesia yang terjebak pada ketergantungan narkoba, karena Indonesia telah menjadi pasar bagi sindikat internasional, begitu juga banyak warga Indonesia yang juga masuk dalam jaringan perdagangan manusia yang tidak berperikemanusiaan.

“Indonesia menghadapi tantangan  kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan, belum semua warga indonesia memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan yang layak, mendapatkan fasilitas air bersih, menikmati listrik di rumah dan bebas dari keterisolasian, semua itu adalah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia,” kata Wapres memaparkan.

Dengan kemajemukan yang dimiliki, kata Wapres, Indonesia memiliki potensi menjadi negara yang kuat. Namun, akan terpecah jika salah dalam mengelolanya. “Kemajemukan bisa menjadi kekuatan yang maha dasyat jika kita mampu menjaga dengan baik. Banyak contoh yang dapat kita lihat bagaimana suatu bangsa harus menghadapi takdir negaranya terpecah-pecah dan tercerai berai karena tidak mampu mengelola kemajemukan,” pungkas Wapres.

Hari Peringatan Bela Negara ini diperingati setiap tanggal 19 Desember, mengacu pada peristiwa sejarah 67 tahun yang lalu saat Belanda melakukan Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948. Pada saat itu Presiden Soekarno memberi mandat kekuasaan kepada Mr. Syarifruddin Prawiranegara di Sumatera  Barat untuk menjalankan Pemerintahan guna mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat itu Belanda mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi, namun Mr. Sjafruddin Prawiranegara berjuang mempertahankan keutuhan NKRI dengan menyuarakan masih tegaknya NKRI. Guna mengenang peristiwa tersebut, maka melalui Keppres No. 28 tahun 2006, setiap tanggal 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara.

Peringatan tahun ini tidak hanya dilaksanakan di Lapangan Monas saja, namun juga dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia oleh pemerintah daerah dan instansi pemerintah serta komponen masyarakat lainnya. Seperti tahun yang lalu, dalam peringatan Hari Bela Negara kali ini turut dikibarkan Bendera Merah Putih raksasa sebesar 1500m2 dengan ukuran 47,43m x 31,62m di tiang Tugu Monas. Bendera raksasa ini akan dikibarkan selama empat hari sejak tanggal 18 Desember 2015.

Tampak beberapa menteri kabinet kerja dan pimpinan lembaga, TNI/Polri turut hadir mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla yang bertindak sebagai Inspektur Upacara. Sedangkan komandan upacara Hari Bela Negara ke-67 Tahun ini dikomandani oleh Dede Yusuf, Ketua Komisi IX DPR RI Periode 2014-2019. (Gita Savitri)